Rahib dan Pencuri

Ketika orang benar-benar percaya Tuhan dan memuja Buddha, Buddha akan menjadi welas asih. (pixabay)

Pada zaman dahulu kala, ada seorang rahib yang berlatih di kuil gunung dengan cukup rajin. Pada saat itu, di sekitar gunung juga sangat banyak pencuri dan perampok yang berkeliaran. 

Suatu malam, sang rahib bermimpi ada Dewa yang mengatakan padanya, “Kamu akan meninggal besok. Ada seorang pencuri yang menunggang kuda putih bernama Zhu Er. Dia memiliki dendam di kehidupan masa lalumu. Kamu tidak bisa menghindarinya.” Dalam mimpi, rahib memohon pada sang Dewa, “Mengingat saya banyak melakukan perbuatan baik dalam kehidupan ini, mohon lindungilah saya.” Namun Dewa berkata, “Saya tidak dapat menyelamatkanmu, hanya dirimu sendiri yang bisa menyelamatkanmu.” 

Keesokan paginya, benar saja, ada pencuri yang memasuki gunung. Setelah menawan rahib di kuil, si pencuri bertanya dimana letak harta dan wanita di desa setempat, dan memaksa rahib agar menuntunnya kesana. 

Saat itu, rahib melihat bahwa kuda yang ditunggangi oleh si pencuri itu benar-benar kuda putih. Ia pun teringat mimpinya semalam. Ia berpikir: karma saya saja sudah membuat saya mati, jika saya menuntun dia merampok harta kekayaan dan mencabuli wanita, karma saya akan jadi berlipat ganda. Ia pun berkata dengan keras pada si pencuri, “Saya tidak akan menuntunmu kesana. Bukankah kamu Zhu Er? Bunuhlah saya, bunuh saya saja seorang.” 

Mendengar itu si pencuri sangat kaget dan bertanya, “Bagaimana kamu bisa tahu nama saya?!” Sang rahib lalu menceritakan kepada si pencuri tentang mimpinya. 

Setelah mendengar cerita rahib, si pencuri menjadi lemas, hatinya sangat tersentuh. Dia melempar senjata ke tanah dan berkata, "Saling berbalas dendam mau sampai kapan? Dewa berkata dia tidak akan menyelamatkanmu, tapi sebenarnya dia telah menyelamatkanmu. Kamu tidak mau menuntun saya berbuat kejahatan, sebenarnya kamu sudah menyelamatkan dirimu sendiri! Semua kebencian antara kamu dan saya selesai sudah sejak sekarang.” Setelah berkata demikian, si pencuri pun pergi. 

Pikiran lurus dari rahib, telah mendorong munculnya kebijakan pada pencuri Zhu Er. Ia pun menyadari bahwa balas dendam tidak akan ada ujungnya. Dengan berlapang dada memaafkan orang lain, dendam kehidupan lampau menjadi sirna, dan dapat mengubah kejahatan menjadi kebaikan. Dalam kehidupan sehari-hari pun, jika kita dapat dengan berlapang dada memaafkan orang lain, masa depan kita akan menjadi cerah. (carol/lily)

Disadur dari Minghui.net

0 comments