Saksi Sekaligus Korban Beberkan Pengalaman Tragis yang Dialaminya di Penjara Xinjiang: Diperlakukan Tak Manusiawi


Bitterwinter.org

Komunis Tiongkok menindas secara brutal terhadap etnis minoritas Muslim di Xinjiang. Hingga mendirikan kamp konsentrasi untuk menahan lebih dari satu juta orang yang mendapat kecaman masyarakat internasional. Rezim Komunis Tiongkok kerap berlindung atas dalih memberantas terorisme, radikalisme dan separatisme.

Seorang pria dari etnis Kazakh yang melarikan diri dari penjara Xinjiang beberapa hari yang lalu menceritakan bahwa etnis minoritas di penjara seringkali digantung dan dipukuli seperti “hewan.”

Beberapa waktu lalu, Asan yang hanya nama Samaran, seorang pria dari etnis suku Kazakh mengungkapkan kepada Bitter Winter, pada 17/4/2019. Media ini adalah sebuah majalah daring tentang kebebasan beragama dan hak asasi manusia di Tiongkok, mengatakan tentang perlakuan tidak manusiawi di penjara Xinjiang.

Asan mengatakan bahwa sebelumnya ia ditangkap oleh polisi karena melanggar peraturan lalu lintas di Xinjiang dan dibawa ke kantor polisi.

Polisi mengikatnya ke bangku besi. Tak hanya itu, menginterogasinya secara beruntun. Sehingga akhirnya pingsan disetrum dengan tongkat listrik kemudian dibawa ke penjara.

Asan mengatakan, kehidupan di penjara itu sangat tersiksa. Kondisi lingkungannya juga ekstrim buruk. Banyak orang diselimuti kotoran di sekujur badannya dalam waktu yang lama. Beberapa diantaranya bahkan terinfeksi.

Namun demikian, hal yang paling mengerikan di penjara adalah ruang penyiksaan. Rak dalam ruangan dilengkapi dengan semacam kait besi yang digunakan di rumah pemotongan hewan.

Dalam kondisi tertentu, tahanan diborgol, dan digantung ke atas dengan pengait. Sepasang kaki menghadap ke atas digantung seperti “daging segar” yang digantung. Sementara itu, sipir penjara memukulinya dengan tongkat kayu sampai tahanan pingsan.

Menurut cerita Asan, dia sendiri juga pernah digiring ke ruang penyiksaan.

Dia mengungkapkan bahwa tahanan yang disiksa hingga tewas kerap terjadi di penjara.

Sementara itu, pihak penjara seringkali beralasan tahanan meninggal karena tekanan darah tinggi atau alasan lain untuk membungkam anggota keluarga.

Meski mayat korban dipenuhi dengan bekas luka, anggota keluarga korban juga tidak berani menanyakan lebih lanjut. Dikarenakan takut bisa saja mereka sendiri yang dipenjara.

Penyiksaan dalam penjara di seantero negeri Komunis Tiongkok bukanlah sebagai rahasia umum.

Terutama dalam beberapa tahun terakhir, untuk “mengubah” praktisi Falun Gong, berbagai cara penyiksaan hingga tewas yang dilakukan sipir penjara semakin sadis dan mengerikan.

Tindakan tersebut atas perintah rahasia mantan sekjen Partai Komunis Tiongkok Jiang Zemin dan sekutunya.

Jika ada tahanan yang disiksa hingga tewas, maka itu dianggap sebagai kasus bunuh diri.

Kini, cara-cara brutal dan sistem penyiksaan dari hasil “latihan” komunis Tiongkok terhadap praktisi Falun Gong telah banyak digunakan untuk menindas masyarakat umum.

Di Tibet dan Xinjiang, di mana kebijakan pemusnahan etnis diterapkan, cara-cara yang digunakan komunis Tiongkok saat ini juga sama-sama tidak manusiawi. (et/jon/asr/sun)

0 comments