Mengapa Kertas Putih Menjadi Simbol Baru dalam Berunjuk Rasa di Tiongkok?

Pengunjuk rasa di Beijing memegang kertas putih sebagai protes terhadap tindakan otoritas dalam pengendalian epidemi yang ketat pada 27 November 2022. (Kevin Frayer/Getty Images)


XIA YU

Ada benda apa lagi yang dapat mencerminkan kepolosan, keluguan kecuali selembar kertas putih tak bertulisan ? Baik kertas putih tanpa tulisan atau rumus matematik di atas kertas telah secara kreatif digunakan oleh para pengunjuk rasa di Tiongkok untuk menyampaikan aspirasi dan kemarahan mereka terhadap kebijakan ekstrem yang diberlakukan rezim dalam mencegah penyebaran epidemi, serta blokade wilayah jangka panjang yang menewaskan 10 orang warga sebuah gedung di Kota Urumqi, Xinjiang yang terbakar.

Dalam sebuah rekaman video yang cukup kuat menarik perhatian, terlihat seorang wanita muda yang mengenakan rantai di pergelangan dan tangannya memegang selembar kertas putih, sedangkan mulutnya dalam keadaan diplester lagi berjalan di atas trotoar Kota Wuzhen, Zhejiang.
Seorang mahasiswa Universitas Tsinghua, Beijing menggunakan rumus fisikawan Rusia Alexander Friedman sebagai slogan untuk menyampaikan aspirasinya. Ia memanfaatkan hampir samanya ucapan Friedman dengan free man.


Pengunjuk rasa lainnya mengangkat tanda seru berwarna merah yang sering muncul di WeChat saat pesan yang diharamkan otoritas tidak dapat dikirim.

Pesan-pesan yang sulit dipahami, kreatif, dan seringkali sarkastik itu dimanfaatkan untuk menampung aspirasi dalam gerakan kertas putih atau revolusi kertas putih di seluruh Tiongkok pada akhir pekan lalu, di mana para pengunjuk rasa memegang kertas putih sebagai simbol sistem sensor pemerintah Tiongkok sekaligus protes terhadap mereka. Lembaran kertas putih itu juga menandakan solidaritas di antara pengunjuk rasa yang datang dari berbagai lapisan masyarakat. Hampir 3 tahun setelah wabah, kemarahan publik atas tindakan penguncian dengan cepat berubah menjadi salah satu ekspresi perbedaan pendapat paling berani terhadap otoritas Tiongkok. Revolusi kertas putih ini juga menandai protes terbesar di Tiongkok sejak 4 Juni 1989.

Kewertas Putih Makili Aspirasi yang Ingin Kita Sampaikan Tapi Dilarang

Protes sebenarnya sering terjadi di Tiongkok. Namun menurut para analis, kita nyaris tidak mendengar adanya karena PKT secara ketat mengontrol media dan internet, berusaha keras untuk memastikan bahwa pengunjuk rasa di berbagai daerah tidak dapat bergabung untuk membentuk gerakan protes yang lebih luas.

Matt Schrader, seorang penasihat tentang urusan Tiongkok di International Republican Institute, Washington DC,. mengatakan kepada The Washington Post bahwa protes besar-besaran anti-pemerintah yang meletus di berbagai kota telah mengirim sebuah pesan terpadu. tetapi ini adalah ‘zona terlarang’ “

Dia mengatakan bahwa ketika pemerintah Tiongkok sama sekali tidak bersedia menerima bentuk protes apa pun, maka satu-satunya benda yang dapat dipegang saat berunjuk rasa yang tidak menyinggung siapa pun yang berkuasa adalah selembar kertas putih, kertas kosong tidak bertulisan. “Itu adalah trik, karena segala bentuk protes online yang nyata sebagian besar akan disensor”, katanya.

Oleh karena itu, kata Matt Schrader, selembar kertas putih melambangkan ketidakpuasan, “Semua orang mengerti apa yang ingin mereka sampaikan, tetapi mereka tidak bisa benar-benar menyampaikan apa yang membuat mereka marah”.
Banyak warga Beijing memprotes PKT dengan memegang kertas putih di tangan. (Kevin Frayer/Getty Images)

Johnny, seorang pengunjuk rasa berusia 26 tahun di Beijing mengatakan kepada reporter Reuters, bahwa kertas putih mewakili aspirasi yang ingin kita sampaikan tapi dilarang.

“Jelas tidak ada apa-apa di atas kertas, tapi kami tahu apa yang ada di dalamnya”, kata seorang wanita yang ikut dalam protes di Shanghai kepada reporter BBC.

Bentangan kertas tanpa tulisan mencerminkan “Kami tidak bersuara, tapi kami memiliki kekuatan”, kata Hazel Liu, pembuat film berusia 29 tahun yang menghadiri kegiatan jaga malam di Liangma Beijing Minggu lalu.

“Bagaimana Otoritas Menghukum dan Membasmi Orang yang Tidak Mengatakan Apa-Apa ?”

Di Tiongkok yang memberlakukan sensor ketat, “Protes harus dilakukan dengan cara yang unik dan kreatif untuk menghindari sensor”, kata Jemimah Steinfeld, pemimpin redaksi “Index on Censorship”, sebuah organisasi berbasis di London yang mengadvokasi kebebasan berbicara di seluruh dunia kepada reporter Washington Post.

“Kertas putih itu lebih efektif”, Lagipula, bagaimana otoritas menghukum dan membasmi orang yang tidak mengatakan apa-apa ?” kata Jemimah Steinfeld.

Video dan gambar gerakan protes dengan kertas putih dengan cepat menyebar ke luar lewat Internet. Akhir pekan lalu, topik “Revolusi A4” (A4 mengacu pada ukuran kertas yang juga dikenal sebagai “revolusi kertas putih”) mulai menjadi tren di akun Twitter. Di Facebook dan Instagram, beberapa pengguna bahkan mengubah gambar kepala mereka menjadi kertas putih untuk menunjukkan dukungan terhadap para pengunjuk rasa di daratan Tiongkok.

Unjuk rasa dengan menggunakan kertas putih juga pernah muncul dalam demonstrasi di Hongkong pada tahun 2020. Saat itu, warga Hongkong memegang kertas kosong untuk memprotes “Undang-Undang Keamanan Nasional Hongkong”. Aktivis Hongkong mengangkat kertas putih untuk melanjutkan protes setelah pihak berwenang melarang slogan dan frasa terkait protes massal pada tahun 2019. Rakyat Rusia juga menggunakan kertas putih untuk memprotes perang Ukraina.
Pada 27 November 2022, warga Shanghai menggelar kertas putih di jalan untuk memprotes tindakan blokade pihak berwenang. (Hector Retamal/AFP/Getty Images)

“Saya pikir kertas putih itu sendiri adalah bentuk protes terhadap kurangnya kebebasan berbicara di Tiongkok”, kata Maya Wang, seorang peneliti senior “Human Rights Watch” kepada Axios.

Ketika pesan protes apa pun dapat membuat Anda mendapat masalah, Maka “menunjukkan selembar kertas putih tanpa tulisan adalah semacam protes terakhir terhadap ketakutan itu”, katanya.

Sekarang, dalam lingkungan pengawasan ketat baik secara online maupun offline, warga sipil Tiongkok telah enggan untuk menyampaikan aspirasi lewat kata-kata. Kertas putih telah menjadi alat satir untuk menyampaikan konten yang dilarang, baik untuk menghindari risiko melanggar aturan otoritas maupun membingkai ulang sebagai sarana melakukan perlawanan.

Warga Tionghoa perantauan juga menggelar protes di luar kedutaan Tiongkok. Mereka menyalakan lilin dan memegang kertas kosong. (ET/sin/sun)
Pada 28 November, rakyat Hongkong mendukung revolusi kertas putih yang sedang berkobar di daratan Tiongkok. (Peter Parks/AFP/Getty Images)


0 comments