Wedang Tahu, Wujud Hangatnya Keberagaman Indonesia

Wedang tahu © www.kedaikuka.co.id
Udara dingin kala hujan membuat semua orang ingin kehangatan. Ada yang melakukan dengan mandi air hangat, menyantap mie kuah, hingga menyeduh secangkir susu, teh, atau kopi hangat. Namun santapan satu ini juga tak kalah menjadi favorit saat orang butuh kehangatan, apalagi kalau bukan wedang tahu.

Wedang tahu merupakan minuman beraromakan jahe dan berisi kembang tahu yang terbuat dari sari kedelai. Oleh karena itu, minuman yang khas dari Semarang ini memiliki rasa mirip susu kedelai dalam bentuk yang padat, berpadu dengan rasa manis dan pedasnya jahe. Namun siapa sangka ternyata wedang tahu ini memiliki sejarah dan nilai budaya yang tinggi.

Salah satu kuliner hasil akulturasi budaya | Foto: Bogor Tribunnews/Humas IPB

Dosen sejarah Universitas Sanata Dharma, Heri Priyatmoko, mengatakan bahwa wedang tahu pertama kali masuk ke Semarang pada akhir abad ke-19. Fakta menariknya adalah wedang tahu dibawa oleh seorang Tionghoa bernama Ong Kiem Nio.

Melalui tulisannya berjudul Silang Sejarah dan Budaya pada Koran Jakarta 2015 silam, Heri mengungkapkan awalnya wedang tahu dijual hanya dengan dipikul, bukan gerobak. Lalu bahannya juga berbeda dengan yang ada saat ini.

Selain campuran jahe dan kembang tahu, dulunya wedang tahu ini terdapat tambahan bahan lain berupa udang kecil (rebon), kecap asin, irisan sayur, daun bawang hingga ketumbar. Tak hanya itu, santapan ini dulu juga dinikmati sembari menggigit cakwe atau mantou (sejenis bakpao China).

Foto: travelingyuk

Hingga kini wedang tahu kian populer di lidah masyarakat Semarang. Perkembangan zaman juga membawanya ke dalam bentuk yang lain. Yang mulanya bercita rasa gurih, kini menjadi manis.

Sari kacang kedelai diganti dengan susu kedelai yang dicampur dengan agar-agar. Sedangkan kuahnya yang terbuat dari rebusan jahe dan gula pasir/merah, ditambahkan daun pandan, daun jeruk, kayu manis hingga cengkeh agar lebih harum.

"Waktu merambat pelan, orang lain rupanya kepincut untuk ikut menjajakannya seraya mengakrabkan dengan lidah penghuni Semarang lintas etnis dan kelas," tutur Heri.

Dan tak hanya di Semarang, wedang tahu juga sudah berkembang di daerah lain dengan nama yang berbeda-beda.

Di Solo, Jawa Tengah, wedang tahu disebut Tahoek; di Surabaya, Jawa Timur disebut Tahuwa; di Singkawang, Kalimantan Barat disebut Bubur tahu; di Palembang, Sumatera Selatan dan Bangka Belitung dikenal dengan kembang tahu.

Wedang tahu sudah dikenal di berbagai daerah Tanah Air | Foto: travelingyuk

Dibawa oleh seorang Tionghoa, wedang tahu merupakan bukti bahwa Indonesia berdiri di atas keberagaman; budaya Indonesia merupakan hasil dari pergaulan masyarakat dari berbagai suku bangsa yang sudah berlangsung sejak beratus-ratus tahun lalu.

"Aspek makanan merupakan perekat relasi sosial yang ampuh. Buktinya, kita menyantap hasil olah kreasi tanpa menyoal perbedaan etnis," pungkas Heri.

Sumber: AntaraCNN Indonesia

0 comments