Intelijen “Aliansi Lima Mata” Dapatkan Bukti: Partai Komunis Tiongkok Sembunyikan Informasi Epidemi dan Hancurkan Bukti

Tenaga Medis di Tiongkok Memakai Alat Pelindung Diri (APD) Lengkap.

Luo Tingting & Zhu Xinrui

Sebuah berkas dari intelijen Barat “Lima Mata” telah mengungkapkan dakwaan yang memberatkan terhadap penanganan Partai Komunis Tiongkok (PKT) atas pandemi virus PKT.

Pada 2 Mei 2020, The Daily Telegraph Australia mengumumkan sebuah laporan penelitian setebal 15 halaman dari aliansi intelijen “Lima Mata”, yang terdiri dari badan-badan intelijen Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Australia, dan Selandia Baru.

Menurut laporan itu, setelah ledakan wabah di Wuhan, Tiongkok, pada akhir tahun lalu, Partai Komunis Tiongkok menyembunyikan informasi wabah. Bahkan, menghancurkan sampel virus, “merusak transparansi internasional”, membahayakan negara-negara di dunia, hingga akhirnya memicu penyebaran epidemi dan wabah pada abad ini.

Laporan itu menyebutkan, Partai Komunis Tiongkok (PKT) awalnya menyangkal bahwa virus itu dapat menyebar dari orang ke orang, membungkam atau “melenyapkan” dokter yang mencoba untuk memperingatkan, merusak bukti di laboratorium, mendisinfeksi pasar makanan laut Wuhan tanpa pengambilan sampel penyelidikan. Tak hanya itu, menolak memberikan sampel langsung kepada para ilmuwan internasional yang bekerja pada vaksin.

Langkah Tak Tepat Partai Komunis Tiongkok dalam Merespon Epidemi

Laporan itu mengurutkan kronologi respon PKT terhadap epidemi. Dimulai dari tanggapan PKT, bisa dengan jelas melihat langkah-langkah PKT untuk menyembunyikan informasi epidemi, berikut kronologinya:

Pada 31 Desember tahun lalu, sehari setelah Dr. Li Wenliang, yakni “whistleblower,” memperingatkan epidemi di media sosial. Otoritas Partai Komunis Tiongkok (PKT) mulai meninjau informasi tentang virus PKT di mesin pencari dan media sosial.

Pada 1 Januari, PKT menutup dan mendisinfeksi pasar makanan laut Wuhan tanpa menyelidiki sumber virus, rute infeksi, dan jumlah orang yang terinfeksi.

Selain itu, Komisi Kesehatan Provinsi Hubei meminta penghancuran sampel kasus. Polisi Wuhan memperingatkan delapan dokter yang mengungkapkan informasi tentang virus dan menuding mereka menyebarkan “hoax”.

Pada 3 Januari, Komisi Kesehatan Nasional Partai Komunis Tiongkok memerintahkan agar sampel virus dipindahkan ke lembaga pengujian yang ditunjuk atau dimusnahkan.

Pada 10 Januari, Wang Guangfa, anggota kelompok ahli dari Komisi Kesehatan Nasional yang melakukan inspeksi di Wuhan, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan CCTV bahwa epidemi itu “dapat dicegah dan dikendalikan.” Ia juga mengatakan “sebagian besar pasien hanya mengalami gejala ringan sampai sedang”. Wang Guangfa mengklaim “tidak ada staf medis yang terinfeksi”.

Pada 24 Januari, otoritas Komunis Tiongkok mencegah Institut Virologi Wuhan berbagi sampel strain virus yang diisolasi dengan University of Texas.

Menurut laporan resmi media PKT, pada 25 Januari, pejabat PKT secara resmi mengkategorikan “epidemi, opini publik, dan psikologi” sebagai tiga medan perang utama.

Menyangkal Virus Menular dari “Manusia ke Manusia”

Laporan itu menyebutkan bahwa meskipun ada bukti pada awal Desember tentang penyebaran virus dari manusia ke manusia. Akan tetapi sebelum 20 Januari 2020, PKT selalu menyangkal fakta bahwa virus itu dapat menular dari orang ke orang.

Laporan itu juga mengkritik WHO dikarenakan mengabaikan peringatan Taiwan. Sehingga mengikuti perintah Partai Komunis Tiongkok dari awal hingga akhir. WHO juga membantu komunis Tiongkok menyebarkan berita palsu dan menutupi informasi epidemi.

WHO menerbitkan cuitan di Twitter resmi pada 14 Januari yang menyatakan: “Penyelidikan awal yang dilakukan oleh otoritas PKT menemukan bahwa tidak ada bukti nyata virus yang bersumber dari Wuhan itu menular antar manusia.”

Sementara itu, sejak 31 Desember 2019, pejabat Taiwan telah memperingatkan WHO serta para ahli Hong Kong juga menyatakan keprihatinan terkait hal itu pada 4 Januari 2020.

Partai Komunis Tiongkok dan WHO Menekan Komunitas Internasional

Laporan itu juga mengkritik Partai Komunis Tiongkok karena menekan komunitas internasional. Bahkan, sikap munafiknya terkait larangan bepergian.

Pada awal Februari 2020, Komunis Tiongkok memberlakukan lockdown dan tindakan isolasi ekstrim ketat di dalam negeri. Akan tetapi mendesak Amerika Serikat, Italia, India, Australia, negara-negara tetangga di Asia Tenggara, dan negara-negara lain untuk tidak melindungi diri mereka melalui pembatasan perjalanan.

Mencegah Penyelidikan Sumber Virus

Rezim komunis Tiongkok mencegah komunitas internasional untuk menyelidiki sumber virus. Laporan tersebut menyatakan, “Ketika pemerintah Australia menyerukan penyelidikan independen terhadap pandemi virus, PKT mengancam akan memutuskan perdagangan dengan Australia.”

Sama halnya, PKT menanggapi dengan marah seruan AS untuk transparansi, sebagaimana tercantum dalam dokumen aliansi intelijen tersebut.

Namun demikian, menurut sebuah laporan Fox News pada 15 April, pejabat intelijen Amerika Serikat semakin yakin bahwa virus PKT besar kemungkinan berasal dari Laboratorium Virus Wuhan.

Presiden Trump juga menyatakan di Gedung Putih pada 30 April, ia telah melihat bukti bahwa virus itu kemungkinan besar berasal dari laboratorium Wuhan. Akan tetapi Trump belum bisa mengungkapkannya secara detail.

“Ya, saya punya buktinya,” demikian pernyataan Trump ketika ditanyai wartawan.

“Saya pikir Organisasi Kesehatan Dunia harus malu karena mereka layaknya agen humas Partai Komunis Tiongkok,” tambahnya.

Virus PKT (Partai Komunis Tiongkok) atau yang umumnya dikenal sebagai virus corona wuhan telah menyebar ke seluruh dunia. Hingga kini, lebih dari 3 juta orang telah terinfeksi dan lebih dari 240.000 orang meninggal dunia.

Untuk menghindari tanggung jawabnya, Partai Komunis Tiongkok mengklaim bahwa virus tersebut berasal dari negara lain. Akan tetapi dalam sebuah pernyataan pada 30 April, Kantor Kepala Intelijen Nasional Amerika Serikat secara resmi menyimpulkan bahwa virus PKT berasal dari Tiongkok. Patogen itu bukan hasil buatan manusia atau rekayasa genetika. Akan tetapi tidak mengesampingkan kemungkinan virus tersebut berasal dari laboratorium Wuhan yang bocor.

Perdana Menteri Australia, Scott Morrison mengatakan: “Australia akan terus melakukan penyelidikan yang wajar untuk menarik pelajaran terkait, mencegah terulangnya epidemi.” (epochtimes/jon)

0 comments