Pandemi Soroti Ikatan Vatikan dengan Rezim Tiongkok

Orang-orang mengenakan masker wajah di Lapangan Santo Petrus setelah Vatikan melaporkan kasus pertama virus PKT, di Vatikan, pada 6 Maret 2020.

CHEN HAN

Sejak Kota Vatikan (Tahta Suci) mengkonfirmasi kasus pertama virus PKT (Partai Komunis Tiongkok) pada 5 Maret, total 12 orang telah terinfeksi. Mengapa kota kecil itu menjadi mangsa pandemi?

Penyebaran virus ini menyoroti hubungan negara-negara dengan rezim Tiongkok. Mari kita teliti hubungan Vatikan yang berkembang dengan Beijing dalam beberapa tahun terakhir.

Vatikan memiliki populasi sekitar 800 orang. Pada 6 Mei, kantor pers Tahta Suci itu mengumumkan bahwa orang ke-12 dinyatakan positif terkena virus PKT. Kardinal pertama yang dites positif adalah Angelo De Donatis, Vikaris Jenderal untuk Keuskupan Roma, pada 30 Maret.

Pada malam hari 27 Maret, Paus Francis berdiri sendirian di Lapangan Santo Petrus dan selama kebaktian doa ia berkata, “Kami mendapati diri kami takut dan tersesat.” Pela-yanan itu disiarkan langsung ke seluruh dunia.

Mengapa Vatikan, otoritas tertinggi Gereja Katolik, dipengaruhi oleh virus PKT?

Vatikan dan Beijing memutuskan hubungan pada 1951 setelah Tiongkok dikuasai oleh komunis. Vatikan tidak mengakui apa yang disebut sebagai uskup Katolik yang ditunjuk oleh PKT melalui prosedur “pemilihan sendiri” dan “pengudusan sendiri”.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, situasinya justru mulai berubah.

Pada September 2018, Vatikan menandatangani perjanjian dengan Beijing, yang memungkinkan pemerintah Tiongkok untuk menunjuk sendiri uskup-uskup Tiongkok. Tahta Suci juga mendukung legitimasi para uskup yang ditunjuk oleh pihak Beijing ini.

Kardinal Joseph Zen, mantan us-kup Hong Kong, mengkritik Tahta Suci karena menyerahkan sepenuhnya kepada PKT dan tetap diam tentang catatan pelanggaran hak asasi manusia PKT.

BBC menerbitkan sebuah artikel yang menyatakan bahwa Vatikan menandatangani perjanjian dengan Beijing untuk mempromosikan hubungan baik dan untuk menarik lebih banyak orang Tiongkok Daratan untuk bergabung dengan iman Kristen di masa depan.

Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan surat kabar yang berbasis di Hong Kong, Asia Times pada Februari 2016, Paus Francis mendesak dunia untuk tidak takut pada “kekuatan yang tumbuh” di Tiongkok dan dia menyampaikan pesan persahabatan kepada pemimpin Tiongkok, Xi Jinping untuk Tahun Baru Imlek. Francis menghindari berbicara tentang hak asasi manusia dan penganiayaan PKT terhadap umat Katolik di Tiongkok.

Selama protes di Hong Kong atas RUU ekstradisi sejak tahun lalu, Vatikan memilih untuk tetap diam mengenai masalah ini.

Dalam sebuah blogpost, Kardinal Zen menulis bahwa ia terbang ke Roma untuk bertemu Paus pada Juni tahun lalu untuk memohon kepadanya secara pri-badi guna mengambil sikap menentang erosi Beijing terhadap otonomi Hong Kong. Namun lima bulan kemudi-an, Vatikan tidak membuat pernyataan apa pun tentang protes tersebut.

Kompromi Vatikan dengan PKT tidak terbatas pada hal-hal ini.

Pada Februari 2017, Organisasi Dunia untuk Menyelidiki Penganiayaan terhadap Falun Gong (WOIPFG) menulis surat kepada Paus, mendesaknya untuk mencegah dua pejabat Tiongkok menghadiri KTT Akademi Kepausan Vatikan tentang Perdagangan Manusia dan Pariwisata Transplantasi Organ. Huang Jiefu dan Dr. Wang Haibo telah banyak terlibat dalam pengambilan organ dari para tahanan di Tiongkok, menurut penelitian oleh WOIPFG. Huang adalah mantan wakil menteri yang bertanggung jawab atas transplantasi organ di Komisi Kesehatan dan Keluarga Berencana Nasional PKT. Wang bertanggung jawab untuk membuat basis data transplantasi organ Tiongkok.

Huang sendiri kemudian mengungkapkan dalam sebuah wawancara dengan Phoenix TV bahwa undangannya ke Akademi Ilmu Pengetahuan Kepausan Vatikan dikutuk oleh 12 pakar etika medis dari berbagai negara yang mengemukakan kekhawatiran tentang pengambilan organ paksa Tiongkok.

Huang juga membual kepada wartawan tentang dukungan yang ia terima dari Uskup Marcelo Sanchez Sorondo, presiden Akademi Ilmu Pengetahuan Kepausan, dan Paus, atas partisipasinya dalam konferensi itu.

Uskup Sorondo tidak hanya menyambut Huang ke Vatikan, tetapi juga menantikan undangan untuk mengunjungi Tiongkok. Keinginannya dengan cepat terpenuhi, dan dalam wawancara berikutnya dengan media, dia memuji PKT dan mengecilkan pelanggaran transplantasi organ PKT.

Dalam beberapa tahun terakhir, Paus Francis telah berulang kali memperluas cabang zaitun ke Beijing, menyatakan kesediaannya untuk mengunjungi Tiongkok. Ini mungkin juga menjadi tujuan Tahta Suci berikutnya setelah menandatangani perjanjian penunjukan untuk para uskup antara Tiongkok dan Vatikan pada 2018. The South China Morning Post melaporkan pada Agustus 2014 bahwa Francis mengatakan kepada sekelompok wartawan yang bepergian bersamanya ke Korea Selatan dan sedang terbang kembali bersamanya ke Eropa: “Apakah saya ingin pergi ke Tiongkok? Tentu saja, bahkan besok.”

Penutupan dan tanggapan tertunda PKT terhadap wabah virus PKT menyebabkan pandemi dan sekarang dunia menderita akibatnya. Namun, Paus Francis secara terbuka memuji PKT atas upayanya dalam menahan virus PKT di dalam perbatasannya. (epochtimes/zzr)

0 comments