Ganyang PKI Tak Mungkin Jika Tidak Ganyang PKT (1)

Beberapa ormas yang melakukan aksi menolak disahkannya RUU HIP di depan Kantor DPRD Kabupaten Mojokerto (Foto: Maulana Syarifudin/disemua.com)

WAN JAYA

Gerakan PKI di Indonesia mempunyai sejarah kelam. Paling tidak PKI telah beberapa kali melakukan pemberontakan di Indonesia. Pada tahun 1926, 1948 dan yang paling masif adalah tahun 1965. Namun mimpi PKI untuk menjadikan negara Indonesia menjadi negara komunis harus dikubur dalam-dalam karena pada Tahun itu gerakan kontra komunisme yang dipimpin Jenderal Soeharto berhasil menumpasnya sampai keakarnya. Sejak saat itu gerakan komunisme di Indonesia mati suri.

Era reformasi pada 1998 yang telah menumbangkan Presiden Soeharto dari kursi kepresidenan telah menyebabkan sel-sel tidur komunisme hidup kembali. Mereka telah berhasil menempatkan kader-kadernya atau orang yang mengusung agenda mereka atau anak-anak kader PKI menempati posisi penting di pemerintahan. Walaupun mereka tidak secara nyata mengusung ideologi komunisme tapi upaya-upaya baik secara terang-terangan maupun tersembunyi untuk menulis ulang sejarah kelam pemberontakan bisa dirasakan oleh pegiat anti komunis di Indonesia yang diantaranya ingin menulis ulang peran mereka sebagai aktor pemberontakan menjadi korban pelanggaran HAM berat di masa lalu.

Menanggapi isu bangkitnya komunisme publik Indonesia terbelah. Salah satu pihak mengatakan bahwa komunisme telah mati seiring dengan runtuhnya rezim komunis Uni Soviet. Walaupun RRT yang juga berideologi komunis, sebagian orang berpendapat bahwa rezim komunis Tiongkok telah bermetamorfosis menjadi kapitalis lebih tepatnya state capitalism. Secara ekonomi kapitalis tapi secara politik berhaluan komunis. Di sisi yang berseberangan sebagian publik Indonesia yang lain masih sangat percaya bahwa komunisme di Indonesia tidaklah mati. Sebagian percaya bahwa gerakan komunis Indonesia menemukan momentum yang tepat untuk bangkit karena dukungan komunisme internasional di bawah rezim partai komunis Tiongkok (PKT). Mereka percaya bahwa gerakan komunisme di Indonesia menempuh sebuah pola yang sama sekali baru alias komunisme gaya baru.

Isu bangkitnya komunisme gaya baru ini pada pilpres tahun 2019 sering dijadikan sebagai produk jualan kampanye untuk menyerang salah satu pasangan presiden. Namun nampaknya isu ini tak banyak menggerus elektabilitas pasangan petahana. Dan saat itu publik Indonesia semakin tidak percaya bahwa komunisme gaya baru akan bangkit dan lebih percaya bahwa itu sebagai propaganda untuk memenangkan calon yang berkontestasi di Pilpres.

Faktanya apakah gerakan untuk membangkitkan komunisme akan mati begitu saja? Ternyata tidak. Sebagai sebuah ideologi komunisme tak pernah mati. Hanya saja gerakan komunisme abad milenial akan jauh berbeda. Gerakanya telah sangat cair dan bermetaformosis menjadi gerakan ideologi turunan yang sangat beragam, namun agenda-agenda untuk mengkomuniskan dunia tidak pernah berhenti. Dan sebuah buku berjudul How The Specter of Communism is Ruling Our World menjelaskan secara rinci bagaimana agenda-agenda mereka telah berhasil menguasai dunia secara tak kasat mata namun bisa dirasakan sebagian besar agenda-agenda mereka terwujud. Apalagi rezim komunis Tiongkok mempunyai ambisi besar untuk menjadi kekuatan geopolitik baru.

RUU HIP mengkonfirmasi bangkitnya komunisme di Indonesia

Long march to the Institution adalah salah satu cara gerakan komunis menguasai suatu negara. Mungkin kita tidak akan menemukan gerakan komunisme radikal yang menyerukan revolusi kekerasan untuk mewujudkan negara komunis. Komunisme gaya baru menempuh jalan yang sangat halus, moderat tapi bisa dipastikan mereka sampai pada tujuan akhirnya dengan menginfiltrasi berbagai sektor dari politik, hukum, budaya, pendidikan, media, dan lain-lain.

Saat Indonesia berjuang melawan pandemi yang tak jelas kapan berakhir. Saat kas negara kering dan hutang negara yang semakin menggunung. Publik Indonesia dikejutkan dengan agenda perampokan ideologi terselubung dengan diusulkannya RUU Haluan Ideologi Pancasila yang sarat kejanggalan. Dimana tidak mencantumkan TAP MPRS No. 25 tentang larangan PKI dan ajaran Marxisme dan Leninisme sebagai konsideran, dan upaya pemerasan ideologi Pancasila menjadi Trisila dan Ekasila.

Momen ini menyadarkan publik bahwa gerakan komunisme gaya baru memang ada dan bukan isapan jempol. Tak kelihatan wujudnya tapi baunya tercium ke mana-mana. Dengan masuknya RUU HIP dalam program legislasi nasional dengan disetujui oleh mayoritas fraksi di DPR menandakan bahwa para pelobi yang membawa agenda pembuka jalan bagi bangkitnya komunisme di Indonesia sangat terasa.

Dengan mencuatnya RUU HIP ini masyarakat mulai sadar bahwa komunisme gaya baru gerakannya sudah menyusup kemana-mana. Ormas-Ormas Islam yang semula diam mulai tampil ke permukaan menuntut agenda RUU HIP dibatalkan sama sekali. Gerakan anti komunis mulai muncul di mana-mana di penjuru Indonesia. Ketakutan akan bangkitnya PKI gaya baru membuka luka lama dan memori pedih bangsa akan sejarah kelam pemberontakan PKI. (et/sun)

Bersambung

1 comments