Apakah Xi Jinping Berharap Trump Menjabat Kembali?

Pada 20 Juni 2020, Presiden AS Trump di saat melakukan kampanye di BOK Center di Tulsa, Oklahoma.(NICHOLAS KAMM /AFP/GETTY IMAGES)

YANG WEI

Mantan penasihat keamanan AS John Bolton dalam buku terbarunya menulis kisah Trump yang meminta pertolongan Xi Jinping agar menjabat kembali, karena tidak sesuai logika, lantas disangkal oleh anggota kabinet lainnya, nuansa segarnya pun kurang lebih sudah berlalu. Perang pilpres AS telah resmi dimulai, apakah Xi Jinping berharap Trump menjabat kembali, atau kalah dalam pilpres?

Apakah Partai Demokrat akan melunakkan sikap terhadap PKT?

Lebih banyak orang berpendapat, Xi Jinping sepertinya berharap Biden terpilih, agar kebijakan AS menentang PKT mungkin akan melunak. Teorinya sepertinya memungkinkan, dalam pernyataannya sebelumnya, memang Biden selalu berusaha menghindar menyatakan sikap terhadap PKT.

Namun sekarang situasinya telah berubah, lantaran PKT menutupi kondisi awal wabah, pandemi ini kini telah menyebabkan kematian lebih dari 120.000 orang (per 25/06) di AS, kini semakin banyak warga AS membenci PKT. Biden pun mau tidak mau ikut bersikap keras terhadap PKT, seluruh Partai Demokrat juga memperlihatkan sikap keras, bahkan lebih keras dibandingkan Partai Republik. Partai Demokrat menguasai mayoritas suara di kongres AS, yang berturut-turut telah meloloskan resolusi HAM Hong Kong, Xinjiang dan Tibet, bahkan Partai Demokrat juga menekan Trump agar bersikap lebih keras lagi terhadap PKT, inilah tipikal “pembenaran politik (political correctness)” ala Partai Demokrat.

“Pembenaran politik” seperti ini tidak diragukan akan terus berlanjut. Pandemi AS belum sepenuhnya berlalu, angka penularan dan kematian masih terus bertambah, antipati masyarakat AS terhadap PKT masih terus naik. Di luar AS, tidak hanya negara Eropa, G7 dan G11 mulai secara jelas menyatakan sikap terhadap PKT, makin banyak pula negara ikut serta dalam aliansi anti-PKT. Semua ini akan mendesak Partai Demokrat untuk terus bersikap keras terhadap PKT, melanjutkan “pembenaran politik”-nya, karena jika bersikap mundur bagi Partai Demokrat akan bersifat bencana.

Bagaimana biden akan menghadapi PKT

Setelah menutupi pandemi, serangkaian aksi konyol PKT mulai dari lempar tanggung jawab, menyangkal, perkataan dan tindakan menentang, telah menyebabkan PKT sendiri tidak bisa mundur dan kehabisan alasan pembenar. Seandainya Biden terpilih, walaupun secara pribadi ingin berdamai dengan PKT, pun tidak akan memperoleh konsesi yang sebenarnya dari PKT.

Biden pun tidak memungkinkan mundur sepihak, seperti membatalkan tarif masuk, keluar dari kesepakatan dagang, menarik kembali pasukan dari Samudera Pasifik, menyerahkan kembali rantai kepulauan gugus pertama kepada PKT, membiarkan PKT menguasai Laut Tiongkok Selatan, dan leluasa mengganggu Taiwan. Seandainya PKT merobek kesepakatan dagang itu, Biden juga tidak mungkin bersikap lemah.

Bahkan bila Obama menjabat kembali pun tidak akan melakukan hal itu. Dalam hal perdagangan internasional, Obama pada masa itu mendirikan kubu sendiri di luar WTO, dengan membentuk Trans-Pacific Partnership atau TPP, telah mengucilkan PKT di luar. Ini merupakan semacam melepaskan keterkaitan secara tersamar, hanya saja tidak menggunakan cara Trump, tidak melawan PKT secara frontal. Trump lebih langsung, mengoreksi PKT dengan cara konfrontasi.

Obama tidak ingin berurusan dengan PKT, juga tidak memiliki strategi yang tepat, ia tidak segan terhadap PKT. Obama berniat melewati PKT, tapi sebenarnya tidak bisa menyelesaikan masalah PKT. Obama juga tidak ingin berdialog langsung dengan Korut, melainkan bersiap perang dengan Korut. Inilah cara non-strategis ala Partai Demokrat.

Walaupun Biden secara pribadi lemah, namun internal Partai Demokrat tidak akan membiarkannya lemah, Xi Jinping berharap Biden terpilih kembali, tapi tidak akan mendapatkan buah yang manis. Apalagi, begitu presiden dari Partai Demokrat menjabat, maka Partai Republik dan oposisi akan memonitornya, Partai Demokrat mungkin akan secara permukaan harus lebih keras terhadap PKT, untuk menunjukkan “pembenaran politik”-nya, tidak akan memberi peluang bagi pemimpin PKT, sangat mungkin para petinggi PKT akan semakin terpojok.

Bagaimana Trump perlakukan Xi Jinping

Dalam perang dagang, Xi Jinping berulang kali melanggar janji, bahkan menutupi pandemi tidak mengatakan hal yang sebenarnya, jadi Trump telah memutus sementara komunikasi langsung dengan Xi Jinping, tapi bukan berarti tidak ada kompromi sama sekali.

Jika PKT menarik kembali “UU Keamanan Nasional versi Hong Kong”, maka Trump tidak akan membatalkan pemberlakuan status istimewa Hong Kong; jika PKT serius menjalankan kesepakatan dagang, Trump akan menurunkan tarif masuk; jika PKT berhenti memprovokasi secara militer, Trump tidak akan memperluas pasukannya, juga tidak akan mengirimkan 3 unit kapal induk ke Pasifik Barat; jika PKT membubarkan diri, menuju demokrasi dan pasar ekonomi bebas, Trump dipastikan akan mau bekerja sama dan membantu. Inilah hubungan kesetaraan yang dimaksud Pompeo. Trump memiliki strategi yang jelas terhadap PKT.

Yang terpenting adalah, Trump akan menjaga pamor Xi Jinping. Hingga kini, Trump masih terus menyebut virus PKT, namun tidak menyerang Xi Jinping. Biasanya Trump berbicara sangat lugas, tapi masih menghargai Xi Jinping, setidaknya tidak sampai merusak pamornya.

Xi Jinping juga tahu jelas akan hal ini, oleh sebab itu media massa PKT mengecam Pompeo tapi tidak memaki Trump, harapannya adalah agar Trump tetap menjaga pamor Xi ini, hal ini sangat penting bagi Xi Jinping untuk menjaga posisinya di internal partai PKT. Trump menganggap Xi Jinping sebagai pesaingnya, pada permukaan dengan cara berbisnis, menyebut Xi Jinping sebagai temannya. Xi Jinping juga mengikuti arus, memanfaatkan hubungan “teman” ini untuk menambah bobotnya di internal PKT.

Apa yang bisa diharapkan Xi Jinping

Serangkaian kesalahan Xi Jinping, atau bisa dikatakan serangkaian aksi jahat yang timbul akibat sifat hakiki PKT, telah menyebabkan hubungan AS-RRT, hubungan Eropa-RRT, dan hubungan internasional tidak bisa kembali seperti semula lagi. Rantai pasokan Tiongkok untuk ekspor menghadapi kehancuran, kerugian ekonomi sudah tidak dapat diselamatkan lagi, siapa pun tidak berdaya. Dapat mempertahankan hubungan pribadi dan pamornya dengan Trump, sebenarnya sangat dibutuhkan oleh Xi Jinping.

Kalangan luar menduga, Biden mungkin akan berhubungan baik dengan Xi Jinping. Seandainya Biden terpilih, karena “pembenaran politik”, justru harus jaga jarak dengan Xi Jinping, tidak mungkin menjalin hubungan baik dengan Xi Jinping, juga tidak akan menjaga pamor Xi Jinping.

Biden yang renta, juga sama sekali tidak memiliki energi luar biasa seperti Trump, yang mampu bergelut dengan PKT dalam segala hal. Biden mungkin akan meniru Obama, membangun sebuah benteng untuk mengamankan diri, membentuk sikap tubuh melepaskan keterkaitan dari PKT, mungkin juga harus bersikap keras terhadap sejumlah masalah kecil, bahkan mungkin ada pula perang berskala kecil, walaupun mungkin tidak akan menimbulkan luka yang terlalu besar terhadap PKT, namun pamor yang diinginkan oleh Xi Jinping tidak akan pernah di didapatkan.

Walaupun Biden yang menjabat, strategi AS terhadap Tiongkok tidak akan mungkin kembali ke posisi dulu. Persaingan dan konfrontasi AS-RRT akan menjadi hal yang wajar, AS harus memastikan diri agar tidak dikikis hingga lemah oleh PKT, pada saat bersamaan tidak akan membiarkan PKT menjadi besar. Orang Amerika tak akan lagi membiarkan PKT mencuri rahasia teknologi, juga tidak akan lagi membiarkan produk buatan RRT mengalir masuk ke Amerika, terlebih lagi tak akan membiarkan dana dalam jumlah besar mengalir lagi pada PKT, “kerjasama AS-RRT” yang diinginkan PKT telah pergi dan tidak kembali lagi.

Xi Jinping tidak punya pilihan lain

Trump melawan PKT, sudah bukan lagi perang seorang diri. Jika Trump menjabat kembali, yang paling mungkin dilakukannya, adalah bagaimana memperkirakan skala dalam konfrontasi ini, yakni terus melemahkan kekuatan PKT, tapi tidak akan benar-benar bentrok dan mengarah pada peperangan. Trump pasti akan menyisakan sedikit ruang bagi petinggi PKT, membiarkan pejabat elit PKT memilih antara berubah, atau memilih kehancurannya sendiri.

Gada besar Trump terhadap PKT akan selalu diayunkan, tapi kadang kala disertasi sedikit senyuman. Petinggi PKT sudah tidak lagi mempertimbangkan kerugian internasional dan merosotnya ekonomi, semua ini tidak bisa berubah lagi. Masa depan PKT juga tidak ada lagi yang mempedulikannya, bagaimana dapat lolos dari krisis di depan mata, inilah yang paling dikhawatirkan. Yang paling didambakan oleh petinggi PKT saat ini adalah, di tengah goyahnya pemerintahan ini masih dapat mempertahankan kekuasaannya, sedikit senyum atau sikap ramah Trump, entah itu diam saja, akan cukup memberikan sedikit kelegaan bagi para petinggi PKT.

Jika dibandingkan tidak ada orang yang dapat mengubah tren konfrontasi AS-RRT, satu-satunya mungkin di sisi Trump ini masih tersisa sedikit ruang, setidaknya masih bisa menjaga pamor para petinggi PKT dan membiarkan mereka bernafas lega. PKT tidak peduli akan kehilangan kepentingan bagi lebih banyak rakyat Tiongkok, jika dapat mendapat sedikit melunaknya Trump, PKT mau tidak mau harus berharap pada Trump.

Ini seperti prediksi masyarakat terhadap bursa efek Amerika, jika Biden terpilih, maka bursa efek akan anjlok; jika Trump terpilih, bursa efek akan bullish. Trump juga pernah mengatakan, ia tahu banyak orang tidak menyukai dirinya, tapi selain memberikan suara bagi Trump, mereka tidak punya pilihan lain. (et/sud/sun)

0 comments