Kasus Virus PKT di Indonesia Lampaui Data yang Dilaporkan Tiongkok

Data tentang COVID-19 di Indonesia yang dikeluarkan secara resmi oleh pemerintah. Terlihat angka yang terus meningkat dari pasien virus PKT di Indonesia.

WAN JAYA
Virus PKT: Jumlah kasus lampaui Tiongkok, Indonesia berpeluang jadi episentrum' di Asia, pemerintah Indonesia hadapi simalakama antara pemulihan ekonomi dan kesehatan.
Tren peningkatan kasus virus PKT di Indonesia dengan jumlah kasus yang kini sudah melampaui RRT, negara tempat pandemi virus PKT bermula, membuat Indonesia berpotensi menjadi episentrum virus PKT di Asia.
Pemerintah Indonesia sendiri dalam dilema antara pemulihan ekonomi dan kasus yang terus meningkat. Hingga Selasa (21/07) jumlah kasus virus PKT di Indonesia mencapai 89.869 kasus, dengan penambahan kasus selama dua hari terakhir di atas 1.600 kasus baru, di tengah pelonggaran atau kebijakan new normal yang dilakukan pemerintah sejak Juni lalu.

Ahli ilmu epidemiologi dan pakar pemodelan matematika menyebut tren peningkatan kasus akan terus terjadi, dan pandemi diperkirakan akan terus berlangsung hingga setidaknya tahun depan.

Kepala Pusat Pemodelan Matematika dan Simulasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Nuning Nuraini, sebagaimana dilaporkan BBC memperkirakan, "mendekati akhir tahun ada pola penurunan saja kita sudah cukup happy".

Secara terpisah ahli ilmu epidemiologi dari Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono, menyebut Indonesia masih "tertatih-tatih" menangani pandemi sebab respons pemerintah yang tidak terorganisir sejak awal.

"Kita memiliki skenario yang lebih buruk dan itu akan menyedihkan sekali, mungkin dua tiga tahun akan seperti ini. Bukan hanya tahun ini, tapi tahun depan juga akan bermasalah. Tahun depannya lagi masih bermasalah, kalau tidak ada perubahan strategi," ujar Pandu Riono sebagai dilansir oleh BBC News Indonesia, Senin (20/07).

Sayangnya kebijakan pemerintah dalam mengatasi pandemi cenderung mementingkan kepentingan ekonomi ketimbang penanganan pandemi.

"Harusnya pandemi kita atasi dulu, ekonomi bisa pulih. Kalau tidak, kedua-duanya jebol. Pandeminya nggak bisa teratasi, ekonominya juga akan semakin sulit dipulihkan," tegasnya.

Namun, Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto memastikan penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi "berjalan beriringan", seiring akan dibentuknya tim terpadu penanganan virus PKT dan pemulihan ekonomi yang melesu ditengah pandemi.

Penambahan kasus berasal dari aktivitas perkantoran

Achmad Yurianto, Juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan virus PKT, menjelaskan dalam sepekan terakhir, penambahan kasus terkonfirmasi lebih banyak berasal dari aktivitas perkantoran.

Usai pelonggaran pembatasan, aktivitas kerja yang sebelumnya dilaksanakan dari rumah kini mulai dilakukan di kantor.

"Gambaran penambahan kasus ini adalah gambaran dari aktivitas produktif yang semakin tinggi, namun tidak mematuhi protokol kesehatan yang ditetapkan, menjaga jarak, menggunakan masker dengan baik dan benar, serta mencuci tangan," papar Yuri.

Ketidakdisiplinan masyarakat, minimnya pengetesan dan jumlah penduduk Indonesia yang besar, membuat Indonesia diramalkan berpotensi menjadi episentrum baru, menurut Kepala Pusat Pemodelan Matematika dan Simulasi Institut Teknologi Bandung, Nuning Nuraini.

"Kenapa Indonesia "dituduh" menjadi episentrum baru karena jumlah penduduknya besar dan ketaatan penduduk terhadap suatu aturan seperti itu. Bisa jadi itu berpotensi menjadi makin menyebar, dengan dibukanya berbagai fasilitas dan sulitnya monitoring," jelas Nuning sebagaimana dilaporkan BBC.com.

Ditambah lagi, pengetesan yang dilakukan Indonesia disebutnya belum memenuhi standar yang ditetapkan WHO. Merujuk pada jumlah penduduk Indonesia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberi acuan jumlah minimal tes Indonesia adalah 54.000 orang per hari. Adapun berdasar data per Senin (20/07), jumlah orang yang diperiksa sebanyak 13.259 orang, dengan jumlah spesimen yang selesai diperiksa 14.027, jauh di bawah jumlah spesimen yang diperiksa sehari sebelumnya, sebanyak 20.504 spesimen.

Secara agregat, Indonesia telah memeriksa 1.2351.545 spesimen, dengan jumlah kasus positif terkonfirmasi 88.214 kasus.

Angka tersebut melampaui Tiongkok (namun karena sensor berita diduga jumlah sesungguhnya di Tiongkok jauh lebih besar), negara di mana pandemi virus PKT bermula, dengan jumlah kasus 85.314, merujuk data Johns Hopkins University per Senin (20/07).

Tren positif akan terus meningkat

Walaupun jumlah kasus virus PKT Indonesia telah jauh melampaui Tiongkok, akan tetapi tes yang dilakukan negara itu jauh lebih masif ketimbang Indonesia, mencapai lebih dari 90 juta orang.

Pakar epidemiologi, Pandu Riono, menuturkan jika pengetesan dilakukan secara masif jauh hari sebelumnya, bisa jadi kasus virus PKT di Indonesia melampaui Tiongkok beberapa waktu silam.

"Jadi peningkatan akan terus terjadi dan ini akan terus terjadi kalau testing ditingkatkan bukan tidak mungkin kita sudah melampaui Tiongkok bukan sekarang, mungkin sudah beberapa waktu yang lalu," katanya.

Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Percepatan Penanganan virus PKT, Reisa Broto Asmoro me-ngaku total kumulatif konfirmasi kasus virus PKT Indonesia sejak Sabtu (18/7) lalu telah melampaui Tiongkok, episenter dari virus PKT.

Kendati begitu, dia mengatakan membandingkan pencapaian negara satu dengan negara lain, bukanlah "cara memerangi virus PKT" yang tepat.

"Data kasus tiap negara berubah cepat. Saat ini bisa jadi yang tertinggi, besok bisa sukses menghentikan penularan. Semua tergantung kerjasama komponen bangsa. Cara kita memerangi virus PKT bukanlah dengan membandingkan angka-angka yang cepat berubah, bahkan bisa tidak valid lagi dalam hitungan jam dan hari," jelas Reisa.

"Cara terbaik adalah dengan tetap optimis dan bergotong royong," imbuhnya.

Peluang Indonesia menjadi episentrum baru

Peringatan bahwa Indonesia berpeluang menjadi pusat penyebaran atau episentrum virus PKT disampaikan oleh ahli epidemiologi dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, di sejumlah publikasi.

Dia menyebut, India, Brasil, dan Indonesia memiliki potensi menjadi pusat wabah selanjutnya karena memiliki kerawanan tersendiri, mengingat tingginya kepadatan penduduk, faktor kesadaran penduduk terhadap pencegahan dan sistem kesehatan yang masih belum mapan.

Namun, Kepala Departemen Epidemiologi UI, Tri Yunis Miko Wahyono tidak sepakat dengan pendapat Indonesia bisa jadi pusat penyebaran virus, melainkan "negara dengan jumlah kasus terbanyak di Asia Tenggara".

"Dengan positivity rate sekarang sekitar 9%, kalau tes ditingkatkan pasti akan lebih banyak kasus ditemukan. Pasti lebih banyak," ujarnya pasti.

Positivity rate adalah rasio antara orang yang dinyatakan positif virus PKT dengan jumlah tes yang dilakukan.

Menurut data Worldometer, Indonesia menempati peringkat sembilan dalam daftar negara dengan kasus virus PKT terbanyak di Asia. Peringkat pertama adalah India dengan lebih dari 3,4 juta kasus.

"Nggak mungkin India tersusul, paling mungkin kita jadi negara dengan jumlah terbanyak di Asia Tenggara," kata dia.

Simalakama kesehatan dan pemulihan ekonomi

Pandemi Virus PKT yang telah berlangsung enam bulan mengancam kesehatan, juga mendisrupsi ekonomi banyak negara, termasuk negara besar dengan ekonomi kuat seperti Amerika Serikat, RRT, India, bahkan negara tetangga Singapura baru-baru ini jatuh dalam jurang resesi terburuk.

Ancaman serupa juga dihadapi Indonesia. Update terbaru, Presiden Joko Widodo baru saja menandatangani Peraturan Pemerintah (PP) terkait penanganan virus PKT dan pemulihan ekonomi nasional. Menteri koordinator bidang perekonomian, Airlangga Hartarto menjelaskan berdasar PP tersebut, pemerintah akan membentuk satu tim untuk menangani virus PKT dan memulihkan ekonomi, dibawah komando Menteri BUMN, Erick Thohir.

Menteri koordinator bidang perekonomian, Airlangga Hartarto menjelaskan berdasar PP tersebut, pemerintah akan membentuk satu tim untuk menangani virus PKT dan memulihkan ekonomi.

"Tugasnya tentu melihat situasi perekonomian nasional perkembangan virus PKT terkait dengan perkembangan dari segi ketersediaan peralatan tes, maupun perkembangan vaksin dan antibodi dan juga program perekonomian yang sifatnya multiyears," jelas Airlangga.

"Jadi kita melihat recovery dari pandemi ini akan memakan waktu dan oleh karena itu bapak Presiden memberi penugasan agar tim sepenuhnya merencanakan dan mengeksekusi program agar penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi berjalan secara beriringan, dalam arti keduanya ditangani oleh kelembagaan yang sama dan koordinasi secara maksimal," imbuhnya.

Dalam PP tersebut pula disebutkan Gugus Tugas Percepatan Penanganan virus PKT dan Gugus Tugas Percepatan Penanganan virus PKT daerah dibubarkan. Pelaksanaan tugas dan fungsi gugus tugas, selanjutnya dilaksanakan oleh Komite Kebijakan dan Satuan Tugas Penanganan virus PKT.

Airlangga menjelaskan penanganan virus PKT akan tetap ditangani oleh Kepala Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) Doni Monardo, sementara Satgas Perekonomian ditangani oleh Wakil Menteri BUMN, Budi Gunadi Sadikin.

Nuning Nuraini dari ITB menyadari pemerintah punya kepentingan untuk memastikan tetap melaksanakan berbagai kegiatan agar ekonomi tetap berjalan.

"Tetapi constraint-nya adalah kontak, sementara kontak berkaitan dengan kendala kesehatan," katanya.

Yang perlu dilakukan pemerintah, ujar Nuning, adalah memastikan kontak yang dilakukan masyarakat dalam menjalankan berbagai kegiatan agar ekonomi tetap berjalan dilakukan secara aman.

Sehingga fungsi objektif berjalannya ekonomi bisa tetap berputar, tetapi dalam situasi bisa beraktivitas dalam protokol kesehatan.

Namun, Pandu Riono memperingatkan, berlangsungnya aktivitas ekonomi tanpa dibarengi surveilans aktif yang terdiri dari tes, lacak dan isolasi, maka Indonesia "harus bersiap menjadi wilayah di Asia yang gagal menangani pandemi dan ekonomi".

"Kita tidak akan menyelesaikan gelombang pertama tahun ini."

"Itu efeknya dahsyat, Indonesia kalau memang tidak dipercaya sebagai negara yang berhasil mengendalikan pandemi, jangan harap Indonesia bisa memulihkan ekonomi," cetusnya.

0 comments