PKT Akui Diplomatik Dengan AS Adalah “Radio Silence”

Pompeo berkata, “Mulai sekarang, kami tidak akan percaya lagi pada PKT, tidak akan percaya apa pun yang mereka katakan, dan harus memastikan dahulu apa yang mereka telah lakukan.” Dalam foto Nampak Menlu AS Pompea ketika pada 11 Agustus lalu berpidato di kota Pilsen dalam rangka kunjungannya ke Ceko.
CHEN ZHOU

Semua orang telah mengikuti bagaimana hubungan AS-RRT telah berkembang semakin memburuk, tapi hubungan diplomatik AS-RRT ini memburuk sampai ke tahap seperti apakah sebenarnya? Masyarakat luas tengah ramai membicarakannya.

Dubes Beijing untuk AS Cui Tiankai menyatakan, bahkan dialog pun tidak ada, ini tidak normal. Menlu RRT Wang Yi dan Komisi Kenegaraan Yang Jiechi, juru bicara Kemenlu berulang kali menyatakan ingin berdialog dengan AS, tapi sepertinya tidak ada tanggapan. Apa yang sebenarnya terjadi?

Pada 12 Agustus lalu, Wakil Menlu RRT Le Yucheng pada saat menerima wawancara khusus dengan Guancha Network, secara khusus membahas kembali hubungan AS-RRT, lalu naskah wawancara tersebut diunggah pada situs Kemenlu. Pada paragraf terakhir dituliskan: Pertama-tama harus ada dialog dan komunikasi. Dialog tidak bisa terputus, khususnya kemenlu kedua negara tidak bisa terjebak dalam kondisi “radio silence”.

Apa itu kondisi “Radio Silence”?

Kemenlu AS dan RRT ternyata telah terjebak dalam kondisi “radio silence”, Kemenlu RRT pun mengakuinya dengan tegas, juga sarat dengan pencitraan.

Kondisi “radio silence” di saat baru terdengar terkesan agak misterius, jika dipikir lebih lanjut, ini adalah kondisi yang gawat. Antara Kemenlu AS dan RRT tidak hanya tidak ada lagi dialog, bahkan sedikit hubungan pun sudah tidak ada, teringat akan Kedubes AS di RRT baru saja mengganti simbolnya, kata “Tiongkok” dihilangkan, berubah menjadi Kedubes AS untuk Beijing. Walaupun pihak Kedubes AS memberikan penjelasan lain, tapi masyarakat sepertinya tidak mudah percaya.

Kondisi “radio silence” pada Kemenlu AS yang merupakan masalah diplomatik yang begitu besar, bahkan Menlu Pompeo pun tidak berhak menentukannya, dengan sendirinya karena sudah mendapat persetujuan dari Presiden AS Donald Trump. Tentunya, hal ini juga tidak mengherankan, Trump baru saja meluruskan bahwa ia telah memutus jalur komunikasinya dengan Xi Jinping, lalu Kemenlu AS pun meniru tindakan presiden, ini sudah seyogyanya.

Mengapa AS bisa mengalami kondisi “Radio Silence”

Kondisi “radio silence” apakah sedikit tidak sopan? Sepertinya memang kurang sopan, tapi kalau dipikir lagi, seberapa buruk hubungan antar manusia untuk bisa mengalami kondisi “radio silence”? Jika berpikir seperti itu, maka tidak sopan sudah menjadi masalah kedua, yang lebih penting lagi adalah level hubungan AS-RRT sudah tidak bisa lebih buruk lagi.

Bagaimana orang Amerika bisa begitu tidak sopan? Cobalah membaca naskah wawancara Wakil Menlu RRT Le Yucheng, maka akan bisa memahaminya.

Le Yucheng mengatakan, “Perilaku sejumlah politisi AS memiliki dua karakteristik besar: yang pertama begitu membuka mulut selalu berbohong, yang kedua melanggar hukum sudah biasa”.

Konten konkritnya tidak perlu dilihat, bisa dibayangkan sendiri. Jika di dalam kehidupan ada seseorang berkata seperti itu pada orang lain, siapa yang masih bersedia menghiraukan orang tersebut? Tentunya semua orang tahu, kedua hal tersebut sebenarnya justru lebih tepat digunakan pada diri PKT.

Pandangan Le Yucheng berikutnya lebih buruk lagi, ia membahas Amerika anti-komunis, tiba-tiba dikatakan, “Jangan lupakan fasisme Hitler dulu adalah berangkat dari anti-komunis dan anti-Yahudi, kita tidak bisa tidak mewaspadainya.” AS dikatakan oleh Le Yucheng sebagai “fasis”, sebuah rezim diktator, negara demokrasi ini disebut “fasis”, kedengarannya sangat konyol. Dipertimbangkan lebih cermat lagi, bagaimana pemerintah negara demokrasi yang disebut fasis ini akan berpikir, apakah masih ada keinginan untuk berhubungan?

Pandangan Le Yucheng lainnya lebih konyol lagi, dikatakannya Amerika berupaya menimbun dan memonopoli vaksin demi kepentingan sendiri”.

Sebelumnya PKT mengumumkan penelitian vaksin telah mendahului, berdasarkan waktu perkembangannya, kemungkinan sejak tahun lalu PKT telah mulai meneliti vaksin, akibatnya tetap saja tidak bisa memimpin. Ingin mencuri milik AS tapi tidak berhasil, PKT gusar bukan main, tanpa sengaja terlontar kata-kata sebenarnya, AS tidak boleh menggunakannya sendiri, harus berbagi dengan negara lain. PKT sudah terbiasa mencuri teknologi AS, kini tidak bisa lagi mencurinya, lalu mulai mencaci maki AS.

Untungnya Le Yucheng tidak berani mengatakan betapa besarnya pasar Tiongkok, jika ingin memasuki pasar Tiongkok harus menyerahkan teknologi sebagai imbalannya. Vaksin AS sangat mungkin akan segera diproduksi massal, seharusnya belum mempertimbangkan langkah selanjutnya, apalagi belum melalui tahap uji coba terakhir, hasilnya masih berupa tanda tanya. Tapi dengan sikap PKT seperti itu, AS mungkin akan mempertimbangkan apakah akan berbagi dengan PKT, sepertinya lebih baik terus melanjutkan kondisi “radio silence”.

PKT tak mampu memahami perubahan AS

Le Yucheng berpura-pura mengatakan, tidak memahami dari mana sikap bermusuhan pada politisi AS terhadap PKT itu berasal? Perlu diketahui yang dijabat-tangan oleh Presiden Nixon setelah melintasi Samudera Pasifik adalah tangan pemimpin PKT, yang mencapai kesepakatan Three Joint Communiqués juga pemimpin PKT, Gedung Putih dan pejabat Kemenlu AS hampir setiap hari berinteraksi dengan anggota partai PKT, bagaimana mungkin PKT mendadak dalam semalam berubah menjadi ancaman dan tantangan bagi AS?

Le Yucheng kurang wawasan, pemerintah AS di masa perang dingin, tidak bersedia berinteraksi dengan pemimpin PKT, dan mau tidak mau berinteraksi dengan para pengkhianat kubu komunis yang melawan arus. Di masa perang dingin AS berhasil memecah belah kubu komunis dengan cara ini. Setelah perang dingin, pemerintah AS terus berinteraksi, berbekal niat baik berharap PKT akan berubah, tapi apa akibatnya?

Le Yucheng sendiri telah memberikan jawabannya, “PKT tidak berubah, ini berarti masalahnya ada pada para politisi AS.” Akhirnya AS memiliki satu kesepahaman, PKT tidak berubah, itu sebabnya AS telah mengubah kebijakan. Pemerintah AS secara lugas mengakui, kebijakan awal ternyata sudah gagal, tidak hanya tidak bisa membuat PKT berubah, juga semakin memperbesar PKT, begitu parahnya sehingga mengancam keamanan AS sendiri. AS tengah mengubah kebijakannya, kebijakan baru adalah kebijakan penentu kemenangan yang dikhususkan terhadap PKT.

PKT masih mengira, paling-paling yang terjadi adalah perang dingin yang seimbang. PKT masih saja tidak tahu diri, dengan kesenjangan begitu besar, AS tidak akan hanya memainkan perang dingin dengan PKT, AS hendak menghancurkan PKT.

Tidak melepaskan tembakan pertama dan tidak ada jalan lain

Le Yucheng juga membenarkan berita yang beredar saat ini, “Kami tidak akan pernah melepaskan tembakan pertama, setiap langkah adalah setelah musuh bertindak.”

PKT memang benar-benar telah memberikan instruksi (tidak menembak duluan), tapi dalam militer jika tidak melepaskan tembakan pertama, maka dalam diplomatik juga tidak akan melepaskan tembakan pertama, ini menandakan, PKT hanya akan merespon secara pasif saja, PKT terlihat sepertinya punya strategi, tapi sebenarnya sama sekali tidak punya strategi.

Terakhir, Le Yucheng berharap Kemenlu kedua negara tidak terjebak dalam kondisi “radio silence”.

Sepertinya, kondisi “radio silence” di Kemenlu AS telah membuat PKT merinding, Rapat Beidaihe (rapat tahunan khusus para elit PKT di tempat wisata Beidaihe) diperkirakan masih akan membahas bagaimana memecahkan kondisi “radio silence”.

Pompeo berkata, “Mulai sekarang, kami tidak akan percaya lagi pada PKT, tidak akan percaya apa pun yang mereka katakan, dan harus memastikan dahulu apa yang mereka telah lakukan.” Pompeo juga menambahkan, “Mengubah perilaku partai komunis Tiongkok, bukan misi rakyat Tiongkok saja, semua negara bebas pun harus melakukannya, demi melindungi kebebasan.”

Rapat Beidaihe tentu akan membahas melakukan perubahan, perubahan apakah yang mungkin akan dilakukan, apakah PKT akan berubah sesuai tuntutan Amerika?

PKT telah berulang kali menyatakan bahwa mereka tidak berubah, juga tidak akan berubah. Maka pernyataan PKT yang palsu dan bertolak belakang itu menjadi tidak bermakna. PKT tidak berubah, maka kondisi “radio silence” Kemenlu AS akan terus berlanjut, PKT secara sepihak ingin berdialog akan menemui jalan buntu.

PKT tidak ingin berubah, tapi tindakan AS yang begitu cepat tengah memaksa PKT untuk diubah. Perubahan, adalah perintah diplomatik Pompeo. Sebelumnya, AS juga menantikan PKT berubah, tapi tidak berubah, AS tidak lagi berharap PKT akan berubah. Pompeo tidak bisa secara resmi mengumumkan perang, yang disebutnya perubahan sekarang ini, sebenarnya adalah membuat PKT tercerai berai dengan sendirinya, atau bersama dengan sekutu AS dan rakyat Tiongkok, mengalahkan rezim PKT.

Mungkin PKT masih berhalusinasi akan membentuk “komunitas manusia yang senasib”, tapi di dalam takdir manusia di masa mendatang, tidak akan eksis lagi yang namanya PKT (Partai Komunis Tiongkok). (et/sud/sun)

0 comments