Perang Rusia-Ukraina Memanas: AS Peringatkan Dunia di Ambang Bencana Nuklir

Kiev, 14 Juni 2025 – Ketegangan antara Rusia dan Ukraina semakin meningkat pekan ini. Di tengah eskalasi serangan udara terbesar sejak perang dimulai, Kepala Intelijen Nasional AS, Tulsi Gabbard memperingatkan dunia bahwa kita kini berada di ambang bencana perang nuklir.

Rusia Tingkatkan Serangan, Produksi Drone Kamikaze di Korea Utara

Rusia melancarkan serangan udara besar-besaran ke berbagai kota di Ukraina, termasuk ibu kota Kiev. Serangan ini menyebabkan kerusakan serius, termasuk runtuhnya sebagian dinding luar Katedral Santo Sofia, simbol budaya Ukraina.

Laporan dari media internasional menyebut bahwa Rusia berencana membangun basis produksi drone kamikaze model Shahed-136 buatan Iran di Korea Utara. Sementara itu, Kementerian Pertahanan Inggris mencatat bahwa Rusia telah kehilangan lebih dari satu juta tentara sejak invasi dimulai pada 2022.

Putin Tegaskan “Triad Nuklir” sebagai Penjamin Kedaulatan Rusia

Presiden Rusia, Vladimir Putin kembali menekankan bahwa kekuatan nuklir—termasuk kapal selam nuklir, rudal balistik, dan pembom strategis—adalah jaminan kedaulatan Rusia dan penyeimbang kekuatan global.

“Triad nuklir selalu menjadi penjaga kedaulatan Rusia dan memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan kekuatan dunia,” ujar Putin.

Ukraina: “Kami Berhak Memiliki Senjata Nuklir”

Di sisi lain, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy menyerukan sanksi yang lebih keras terhadap Rusia dalam KTT Ukraina-Eropa Tenggara. Ia menyatakan bahwa Ukraina memiliki hak untuk mempertahankan diri, bahkan termasuk kemampuan nuklir.

Serangan balasan Ukraina pun intensif, termasuk pengeboman Jembatan Krimea dan uji coba rudal balistik buatan dalam negeri yang menyerang markas militer Rusia.

AS & Uni Eropa: Sanksi Baru, Tapi Pendekatan Berbeda

Uni Eropa mengumumkan paket sanksi ke-18 terhadap Rusia, mencakup sektor energi, perbankan, dan militer. Bahkan, ada usulan larangan transaksi untuk jaringan pipa gas Nord Stream 1 dan 2, serta larangan penuh akses Rusia ke sistem SWIFT.

Namun, pendekatan AS sedikit berbeda. Menteri Pertahanan AS menyerukan solusi damai, sementara Trump menyatakan kekecewaannya terhadap kedua belah pihak karena belum mencapai kesepakatan damai.

“Saya kecewa perang ini belum selesai. Ribuan orang tewas setiap minggu. Itu termasuk warga sipil yang jadi korban serangan rudal,” kata Trump pada 13 Juni.

Senator AS, Lindsey Graham mendukung langkah Eropa, bahkan mengusulkan undang-undang baru untuk menghentikan pembelian minyak murah Rusia oleh Tiongkok.

Kerja sama Senjata: Jerman & Ukraina Kembangkan Sistem Senjata Jarak Jauh

Jerman juga menyatakan dukungan kuat untuk Ukraina, dengan mengumumkan investasi sebesar 1,9 miliar euro untuk mengembangkan sistem persenjataan jarak jauh bersama Ukraina. Prototipe pertama direncanakan akan dikirim dalam beberapa bulan ke depan.

Pertukaran Tahanan Tak Menghentikan Perang

Meskipun perang memanas, Rusia dan Ukraina masih sempat melakukan pertukaran tawanan perang dan jenazah tentara pada 10 dan 12 Juni. Namun, hal ini tak mengurangi intensitas konflik, terutama setelah Rusia meningkatkan serangan di wilayah timur dan utara Ukraina seperti Sumy.

Dunia di Persimpangan: Damai atau Bencana Global

Tulsi Gabbard, dalam video yang diunggah pada 10 Juni, menyebut bahwa dunia sedang melangkah di tepi jurang perang nuklir. Pernyataan ini memperkuat kekhawatiran komunitas internasional bahwa konflik ini bisa meluas melampaui Eropa Timur.

Presiden Zelensky dijadwalkan menghadiri KTT G7 minggu depan, dengan harapan bisa menggalang dukungan lebih kuat dan berdiskusi langsung dengan Trump mengenai strategi baru menjatuhkan sanksi pada Rusia.

“Pada akhirnya, keputusan ada di Gedung Putih. Kami hanya selangkah lagi dari keputusan penting dalam sanksi terhadap Rusia,” tegas Zelenskyy.



0 comments