Cerita tentang ‘Kitab Tiga Huruf’

Ilustrasi


Kata Pendahuluan

‘Kitab Tiga Huruf’ dihasilkan dari tangan Wang Ying Lin, seorang cendikiawan besar kota Ning Bo pada masa-masa di antara dinasti Song dan Yuan. Dia adalah buku yang dipakai anak-anak dalam pendidikan dasar pada zaman Tiongkok kuno. Dia sudah beredar selama ribuan tahun, hampir semua orang sudah mengetahuinya. Buku ini telah menyatukan sejarah peradaban selama ribuan tahun dan kultur etika moral yang tradisional. Beberapa tahun belakangan ini, ‘Kitab Tiga Huruf’ oleh Persatuan Bangsa-Bangsa dikategorikan sebagai ‘Serial Buku Moral Anak-Anak’.

‘Kitab Tiga Huruf’ Menggunakan cara penyampaian ganda yang meliputi tuturan ceritera dan etika moral, dia banyak menceritakan ungkapan dan kisah dalam sejarah, yang mana telah menampilkan inti sari kebudayaan bangsa Tionghoa, sehingga digemari oleh banyak pembaca. ‘Kitab Tiga Huruf’ secara keseluruhan ada seribu huruf lebih, setiap kalimat rata-rata terdiri dari tiga huruf, sehingga enak dibacanya dan mudah diingat. Huruf “Jing”(kitab) artinya norma atau standar, merupakan aturan yang harus dipatuhi oleh orang-orang, maka diberi nama ‘Kitab Tiga Huruf’.

Demi membangkitkan hasrat belajar anak-anak, dibelakang setiap empat kalimat, menurut ungkapan dan kisah sejarah yang ada dalam kalimat tersebut, penulis menggunakan bahasa umum yang mudah dimengerti untuk menyusun cerita yang bersangkutan. Tujuannya adalah lewat belajar, bisa memperluas wawasan anak-anak, menambah pengetahuan dibidang sastra, sejarah dan geografi. Disamping menceritakan etika moral, dan menjunjung kebenaran, juga dapat meningkatkan taraf kemampuan membaca dan menulis, kami percaya, ‘Kitab Tiga Huruf’ dikemudian hari bisa menjadi guru yang baik dan teman bermanfaat bagi anak-anak.

Pendidikan dasar dari kebudayaan tradisional Tiongkok, adalah meleburkan pendidikan etika moral sebagai manusia, cara membaca dan menulis huruf, pendidikan pengetahuan sejarah, semua menjadi sebuah kesatuan. Dalam ‘Kitab Tiga Huruf’ dibahas mulai dari karakter manusia, menghendaki manusia memiliki karakter yang baik, oleh karena pengaruh lingkungan yang tidak baik, manusia bisa perlahan-lahan berubah menjadi buruk, di samping itu juga ada diangkat beberapa contoh keberhasilan dalam mendidik anak. Dalam buku juga diuraikan sejumlah etika moral antar anggota keluarga dan pengetahuan tentang negara, selanjutnya dibahas kisah sejarah tentang pergantian dinasti, dari masa lampau hingga masa akhir-akhir ini, agar para pembaca dapat mengukuhkan sebuah fondasi yang mengerti pokok masalah, bersamaan juga tahu jelas hubungannya antara dulu dan sekarang.

Di akhir buku juga diangkat beberapa contoh keberhasilan berkat jerih payah belajar, untuk memberi semangat kepada para pembaca agar rajin belajar, kelak di suatu saat bisa meraih prestasi. Jika pembaca masih berusia kecil, cukup dengan menghafal pelajaran saja. Tunggu sampai tingkat pendidikannya sudah agak memadai, baru perlahan-lahan belajar memahami makna pelajaran, terus sampai mengerti sepenuhnya.
Cerita ‘Kitab Tiga Huruf’ : Ibu Meng Tiga Kali Pindah Rumah

Meng Zhi, pemikir dan pendidik terkenal Tiongkok lahir di propinsi Shan Dong kota Zou. Ayahnya telah meninggal sewaktu Meng Zhi berusia tiga tahun, dia dibesarkan oleh ibu.

Disekitar rumah keluarga Meng ada sebidang lahan kuburan, barisan pengantar penguburan sering lewat di depan rumahnya. Meng Zhi lalu mencontoh perilaku tangis dari pengantar penguburan. Ibu Meng sangat marah terhadap permainan Meng Zhi semacam ini, menganggap tidak bermanfaat bagi dia belajar, kemudian mereka pindah rumah ke dalam kota.

Sampai dikota, rumah mereka berada ditengah keramaian pasar, suara gaduh menyembelih babi, suara hiruk pikuk penjualan selalu tidak putus setiap hari, Meng Zhi lalu membuat permainan jual beli dengan anak tetangga.

Ibu Meng merasa tempat ini sangat sulit memfokuskan diri untuk belajar, kemudian pindah lagi ke seberang sebuah kuil. Setiap bulan tanggal satu kalender lunar, para pejabat datang ke kuil melakukan penyembahan dan penghormatan, Meng Zhi setelah melihat, diingatnya semua itu. Ibu Meng berpikir: “Ini baru layak sebagai tempat tinggal untuk anak.” Kemudian memutuskan tinggal disini.

Satu hari, karena Meng Zhi tidak rajin belajar dan minggat dari sekolah pulang ke rumah. Ibu Meng segera mengambil gunting, lalu menggunting putus kain yang sedang ditenun di atas mesin tenun, dan berkata terhadap Meng Zhi: “Aturan menuntut ilmu adalah sama dengan aturan saya menenun kain, harus satu per satu benang ditenun, baru bisa berhasil ditenun menjadi kain yang berguna. Kamu sekolah juga sama, melalui akumulasi ilmu dalam jangka panjang, baru akan ada hasilnya. Jika tidak rajin belajar seperti kamu ini, bagaimana bisa mengukir prestasi dalam pekerjaan besar?”

Meng Zhi setelah mendengarnya sangat malu, mulai saat itu ia antusias belajar, akhirnya telah menjadi seorang maha bijaksana yang penuh dengan pengetahuan dan moral tinggi.

Karena ibu Meng sangat memperhatikan pendidikan anak pada masa kecil, maka baru dapat mengamati anak sendiri terpengaruh oleh lingkungan yang tidak baik, terdapat penyimpangan dalam tingkah laku. Demi Meng Zhi yang masih kecil bisa memfokuskan pikiran pada pelajaran, dia pernah pindah rumah sampai tiga kali, sehingga meninggalkan sebuah kisah “Dahulu ibu Meng memilih lingkungan tempat tinggal: karena anak tidak belajar, ia memutuskan benang mesin tenun” yang mana berupa cerita pendidikan anak kecil yang bermanfaat. (Clasik Tiongkok)

0 comments