Apakah Piramida Giza Produk Peradaban Prasejarah?

Piramida Giza, tiga piramida terbesar yang dibangun pada dinasti ke-4

Menguak misteri Piramida Giza dari Dinasti ke-4


LIN CHUAN

Robert Bauval dahulunya adalah seorang insinyur konstruksi, sukses dalam pekerjaan di Timur Tengah dan Afrika Utara. Penghasilannya cukup banyak. Pada 1982, ia kembali ke Kairo untuk menengok sang ibunda, dengan sambil lalu sekali lagi ia mengunjungi Museum Kairo.

Ketika ia melihat foto piramida yang diambil dari atas (perspektif burung), ia selalu merasa bahwa ada sesuatu yang salah. Tiga buah piramida, dua besar dan satu kecil, lagi pula tiga piramida ini tidak dalam sebuah garis lurus, melainkan agak melengkung. Sebagai seorang insinyur konstruksi, Bauval sangat sensitif terhadap keselarasan visual, dengan katakatanya sendiri, jika ia duduk di meja makan, dan melihat lukisan dinding yang digantung miring, maka ia tak kuasa menahan diri untuk tidak meluruskannya.
Dalam tiga piramida dari Dinasti ke-4, tidak ditemukan tulisan padabatu nisan atau prasasti, di dalamnya juga tidak pernah ditemukanmumi apapun.
Sungai Nil adalah sumber peradaban Mesir, tanpa keberadaan sungai Nil, Mesir hanyalah gurun yang tandus. Setiap tahun pada sekitar titik balik matahari musim panas, tingkat air sungai Nil mulai naik. Dalam puncak banjir, hamparan seluruh lembah Sungai Nil bagaikan lautan, menjadi Venice (Venesia) di Afrika Utara.

Lumpur yang dibawa dari dataran tinggi Afrika tengah, mengandung banyak pupuk organik dari guguran dedaunan dan cabang-cabang pohon dan lain sebagainya, yang tersimpan dan mengendap di Delta Nil. Setelah banjir selama empat bulan berakhir, petani lokal tidak perlu banyak berjerih payah, tanaman bisa tumbuh dengan sendirinya. Situasi ini bertahan sampai selesainya pembangunan Bendungan Aswan pada 1970-an, yang memblokir kedatangan tanah subur.

Karena saat titik balik matahari musim panas merupakan awal banjir, masa-masa ini dalam astronomi Mesir kuno, memainkan peran penting. Setiap tahun pada musim panas solstice, sebelum fajar menyingsing, konstelasi Orion bergantung tinggi di langit malam sebelah Timur, seolah berperan sebagai pertanda kedatangan musim banjir. Mungkin karena alasan ini, konstelasi Orion yang timbul tenggelam bagaikan seutas tipis meridian yang terkait erat dengan budaya Mesir.

Para ahli Mesir Kuno beranggapan bahwa Piramida Giza (tiga piramida terbesar dibangun pada dinasti ke-4). Piramida lainnya, dibangun oleh dinasti ke-5. Meskipun piramida Dinasti ke-4 berusia lebih lama, namun baik dari segi ukuran maupun kualitas konstruksi, sangat jauh berbeda dengan yang lain, perbedaannya seperti Bumi dan Langit. Di dalam piramida dinasti ke-5, penuh dengan tulisan yang memuji-muji Firaun. Namun, dalam tiga piramida dari Dinasti ke-4, tidak ditemukan tulisan pada batu nisan atau prasasti, di dalamnya juga tidak pernah ditemukan mumi apapun. Orang tidak habis berpikir, proyek besar seperti ini, tetapi tidak ada prasasti yang memuliakan prestasi Firaun yang bersangkutan, praktik seperti ini benar-benar membingungkan.

Proyek yang Tidak bisa Dijelaskan Ilmu Pengetahuan Modern

Karena Firaun Mesir Khufu bertahta selama 23 tahun, maka para ahli Mesir Kuno bersikeras menyatakan bahwa Piramida Khufu dibangun dalam kurun waktu 20 tahun. Volume piramida ini hampir mencapai 2,6 juta meter³, dengan berat total 6,5 juta ton. Jika diasumsikan bahwa proyek itu memakan waktu 20 tahun, setiap tahun bekerja 360 hari, bekerja 8 jam sehari, pembangunan piramida tersebut perlu menata 1,9 ton batu per menit. Hal mana belum termasuk waktu yang diperlukan untuk desain dan perencanaan.

Batu-batuan piramida tidak menggunakan semen apapun. Benar-benar hanya mengandalkan penggabungan yang mulus antarabatu-batuan. Lagi pula ukuran dan bentuk dari batu-batuan semuanya tidak beraturan, dengan demikian baru dapat memastikanbahwa seluruh struktur tidak memiliki bagian yang lemah. Sampai pada hari ini, di antara batu-batuan piramida masih tertata rapat,bahkan sebuah pisau cukurpun tidak dapat diselipkan masuk

Batu-batuan piramida tidak menggunakan semen apapun. Benar-benar hanya mengandalkan penggabungan yang mulus antara batu-batuan. Lagi pula ukuran dan bentuk dari batubatuansemuanya tidak beraturan, dengan demikian baru dapat memastikan bahwa seluruh struktur tidak memiliki bagian yang lemah. Sebagai contoh, ketika membangun dinding bata modern, dua lapis bata yang bertetangga, celahnya akan menjadi suatu kelemahan. Meski begitu, celah bata pada lapisan yang berbeda (misalnya lapisan pertama dan lapisan ke-3) yang masih pada baris yang sama. Garis ini, akan menjadi titik lemah. Hanya susunan batu yang tidak teratur baru dapat memastikan tidak ada sambungan lemah. Sampai pada hari ini, di antara batu-batuan piramida masih tertata rapat, bahkan sebuah pisau cukurpun tidak dapat diselipkan masuk. Dalam sejumlah kuil, pada batuan di kedua sisi dindingnya, masing-masing sisi menggunakan batu-batuan yang tidak teratur. Namun, bentuk dan ukuran batu pada kedua sisi adalah simetris, hal ini menunjukkan, pembangunan dua dinding telah dirancang dengan sangat cermat.

Struktur batu yang tidak teratur, bukan hanya dipakai dalam piramida, di benua Amerika Selatan, Pulau Paskah (Easter) dan begitu banyak bangunan kuno lainnya telah mengadopsi struktur yang serupa. Apabila pada masa itu umat manusia masih merupakan masyarakat primitif, maka pada benua yang berbeda tentunya tidak dapat berkomunikasi, para pengrajin ini bagaimana mungkin bisa secara kebetulan menggunakan metode pembangunan yang sangat mirip?

Di kaki piramida, terdapat ba-nyak batu yang berserakan. Pada beberapa batu masih tertinggal tanda-tanda pemotongan pada masa itu. Tanda pemotongan ini sa-ngat lurus dan panjang serta halus rapi, semuanya adalah tanda-tanda pemotongan dengan mesin. 

Dalam salah satu sudut Museum Mesir, terdapat sebuah kotak batu granit. Di atasnya terdapat celah hasil pemotongan separuh. Celah ini bukan saja sempit bahkan dalam, alat pahat dari tembaga tidak mungkin dapat dimasukkan. Celah potongannya sangat halus presisi, seakan dipotong oleh mesin. Bahkan pada bagian yang belum selesai dipotong masih meninggalkan garis yang digambar oleh pengra-jin pada saat merencanakan pemotongan. Garis ini, kira-kira selebar jari, tidak sepenuhnya datar, tapi pada permukaan batu menunjukkan sedikit lekukan. Seolah-olah pada saat itu batuan ini berupa lumpur lunak, sehingga pengrajin dapat dengan bebas membuat garis ini dengan jari tangannya. 


Wajah patung Ramses di Memphis, Mesir, dipahat sangat halus dan simetris, gambar dibawah hasil screenshot dari video youtube yang membuktikan kesimetrisan baik secara dua dimensi maupun 3 dimensi, bahkan dalam skala raksasa sekalipun

Patung Ramses di Memphis Mesir, bukan saja wajahnya halus rapi, bahkan kedua sisi pipinya simetris sempurna. Simetris tersebut bukanlah sekedar simetris dalam suatu bidang, melainkan dalam tiga dimensi, semua kurva pipi yang bersesuaian adalah simetris. Untuk mencapai kepresisian ini dengan teknologi modern harus mengguna-kan peralatan mesin CNC. Pengrajin kuno, hanya bergantung pada pahat tembaga dan palu dari batu, bagaimana mungkin dapat mencapai hasil pekerjaan semacam ini?

Setelah memasuki piramida, harus melalui 28 meter lorong yang menurun, diikuti dengan 39 meter lorong yang menanjak. Ketinggian dua buah lorong panjang ini hanya 1,2 meter. Di dalamnya orang harus berjalan membungkuk.

Setelah melewati lorong panjang yang menanjak, akan memasuki lorong besar (the grand gallery). Lorong besar panjangnya kurang dari 48 meter, tapi dengan ketinggian mencapai 8,7 meter, sangat kontras dengan lorong yang rendah. Jika saluran ini adalah untuk mengangkut mumi Firaun, untuk melalui lorong yang tingginya 1,2 meter, memang sangat tidak mudah. Sedangkan ketinggian lorong besar 8,7 meter, sesuatu yang sepertinya berlebihan dan tidak perlu. Baik lorong besar ataupun kamar-kamar lain, semua dindingnya halus dan lurus, akurasinya sangat mengesankan, sama sekali tidak seperti pahatan tangan.

Hari ini, untuk kemudahan wisatawan, bagian dalam piramida dilengkapi dengan lampu listrik. Tapi pada waktu baru selesainya pembangunan piramida, bagaimanakah pencahayaan dalam transportasi mumi Firaun? Di dalam piramida sama sekali tidak ada bekas jelaga, jelaslah pada waktu itu tidak menggunakan pencahayaan obor.

Gambar di atas menampakkan bentuk bola lampu (pada foto atas, ada dalam garis kotak putih) yang terpahat dalam Kuil Dewi Hathor di Dendera. Banyak ahli yang memperkirakan bahwa orang Mesir saat itu telah menggunakan lampu listrik nirkabel, seperti yang ditemukan oleh Nikola Tesla. Hal ini ditunjang dengan tidak ditemukannya bekas jelaga pada dinding-dinding kuil.

Dalam Kuil Dewi Hathor di Dendera terdapat relief orang yang memegang bola lampu besar yang tidak terhubung kabel listrik. Orang itu miripdengan Nikola Tesla, seorang penemu Amerika, pernah memegang benda seperti lampu besar, dalam kondisi tidak ada koneksi kabel listrik, telahmenyal- akan lampu secara nirkabel. (INTERNET)

Dalam Kuil Dewi Hathor di Dendera terdapat ukiran orang yang memegang bola lampu besar, lagi pula bola lampu tidak terhubung kabel listrik. Nikola Tesla seorang penemu Amerika adalah penemu arus bolak-balik. Untuk menunjukkan transfer nirkabel tenaga listrik, ia pernah memegang lampu, dalam kondisi tidak ada koneksi kabel listrik, telah menyalakan lampu secara nirkabel. Ini adalah adegan yang terdapat kemiripan dengan yang ditunjukkan pada relief.

Kebetulan yang sama dengan gejala astronomi

Bauval melalui perangkat lunak komputer menggeser waktu kembali ke tahun 10.450 SM
dan ternyata sudut tiga bintang dan sudut 3 piramida itu menjadi bertepatan. (INTERNET)

Pada bulan November 1983, Bauval sedang menangani sebuah proyek di Riyadh Arab Saudi. Pada akhir pekan, dia sekeluarga bersama dua keluarga lain datang berkemah ke bukit pasir di pinggiran Riyadh. Pada musim kala itu, iklim setempat cerah. Jauh dari lampu-lampu kota, setelah malam tiba, langit sangat jernih.

Pierre, teman sejawatnya juga adalah seorang penggemar astronomi. Pengalamannya berlayar selama bertahun-tahun, membuatnya terlatih untuk mampu menggunakan atlas bintang dalam bernavigasi. Ketika ia memperkenalkan pada Bauval posisi bintang Sirius waktu menyingsing, dengan sepintas lalu menyinggung, sabuk konstelasi Orion, sebenarnya bukan garis lurus tapi sedikit melengkung. Kalimat ini, membuat hati Bauval terguncang. Sepulangnya ke rumah, dia membandingkan peta pandangan udara dari piramida dan peta konstelasi Orion, tingkat kelengkungannya ternyata sesuai, bahkan tiga bintang pada sabuk, juga dua bercahaya, satu gelap.

Namun, sudut pada sabuk, dan sudut piramida masih tetap tidak sesuai. Ternyata sumbu rotasi bumi, mengandung ayunan lambat, dengan siklus 26 ribu tahun. Karena fenomena ini, jika mengamati bintang-bintang dari atas Bumi, akan merasakan posisi konstelasi bintang berubah perlahan-lahan. Bauval menemukan perangkat lunak komputer yang mampu menunjukkan sejarah perubahan grafik bintang. Sampai dia menggeser waktu kembali ke tahun 10450 SM, akhirnya sudut tiga bintang dan sudut piramida menjadi bertepatan. Ia juga menemukan bahwa, pada masa itu, ketika bintang Sirius berada pada posisi tertinggi, lorong selatan piramida Khufu sedang menunjuk ke bintang Sirius.

Para peneliti juga menemukan bahwa pada tembok penahan androsphinx (sphinx dengan kepala manusia) ada tanda-tanda erosi air. Namun dalam beberapa ribu tahun terakhir, wilayah ini adalah gurun yang kering, darimana pula datangnya air? Namun, jika waktu diputar kembali ke tahun 10.450 SM, di sini adalah sebuah oasis yang bertanah subur dengan air berlimpah.

Mungkin sekali, tiga piramida ini, bukanlah seperti yang dikatakan oleh para ahli Mesir Kuno dibangun pada 2.500 SM, melainkan dibangun pada masa yang lebih jauh, 10.450 tahun SM. Sedangkan pengrajin pada masa itu, tidak menggunakan pahat tembaga dan palu batu, melainkan dengan teknologi canggih.



Bagi manusia zaman sekarang piramida masih mengandung ba-nyak misteri. Piramida tampaknya ada di seluruh dunia, bukan hanya ada di Mesir, di Amerika Selatan, Tiongkok juga ada, hanya saja pada dasarnya belum dilakukan eksplorasi. Konon di Xi’an terdapat piramida Uighur, bila suatu hari nanti ada seseorang memasukinya, benda-benda galiannya mungkin saja dapat merevisi sejarah umat manusia! (Epochtimes/pur)

0 comments