Kisah Yue-yue Berkenalan dengan Falun Dafa (Disadur dari Kisah Nyata)

Ilustrasi

Adalah seorang anak bernama Yue-yue. Orangtuanya bercerai, hak asuh Yue-yue jatuh kepada ayahnya, kemudian Yue-yue kecil dibesarkan oleh kakeknya yang seorang pensiunan polisi. Sewaktu kecil Yue-yue masih mudah diurus, namun setelah tumbuh besar, berangsur-angsur ia terpengaruh oleh sifat buruk dari lingkungan sekitarnya. 

Menginjak bangku SMA, Yue-yue bahkan lebih sulit lagi untuk diatur. Ia sering menghabiskan waktunya seharian di warung internet bersama anak-anak nakal, bahkan terkadang semalaman tidak pulang ke rumah. Kakeknya melihat hal ini tidak tinggal diam, dan memarahinya dengan sangat keras, namun Yue-yue berkata, “kakek tidak perlu lagi mengaturku! Kau atur saja putramu sendiri! Ia tidak menginginkanku!”. 

Kakeknya mencari akal dengan cara membatasi keuangan si remaja bandel itu. Namun Yue-yue berkata, “kau tidak memberiku uang, saya akan pergi mencuri!” Sang kakek benar-benar kehilangan akal. Harus bagaimana menghadapi anak ini? Ia bermain game sepanjang hari, bermain game bunuh-bunuhan, kakek kuatir suatu saat ia akan benar-benar membunuh orang! Pada saat itu kakek teringat nenek Yue-yue dari pihak ibunya. Ia tahu, sang nenek adalah seorang praktisi Falun Dafa. Timbul harapan baru bahwa sang nenek akan dapat mendidik anak ini. 

Kakek Yue-yue kemudian menulis surat kepada nenek Yue-yue, “Saya bisa mengurus makannya, bisa mengurus pakaiannya, namun tidak bisa mendidiknya. Anak ini tidak boleh hancur di tangan saya!”

Setelah menerima surat tersebut, perasaan nenek Yue-yue menjadi sangat sedih. Ia menangis dan bertekad, meskipun hak asuh Yue-yue telah diberikan pada ayahnya, ia tidak boleh menyerah dan tidak akan membiarkan Yue-yue hancur di kebejatan dunia ini. Ia berpikir, akan lebih baik jika Yue-yue tinggal pindah bersamanya. 

Ajakan tinggal bersama dari nenek Yue-yue ternyata disambut oleh sang cucu. Hati kecil Yue-yue mungkin mengerti sendiri bahwa ia tidak sepantasnya terus-menerus bersikap seperti itu. Ia kemudian menelepon neneknya dan berkata, “Saya ingin tinggal bersamamu dan belajar darimu.” Sang nenek sangat gembira, menerjang salju menuju ke stasiun kereta untuk menjemput cucunya. 

Di rumah nenek, ada kelompok kecil belajar Falun Dafa. Yue-yue pun otomatis ikut serta dalam kelompok kecil tersebut. Ia berkenalan dengan latihan Gong dan buku Zhuan Falun dari Falun Dafa, bersama bibi dan pamannya. Saat itu tepat ujian tengah semester. Ketika ia hendak pergi, neneknya memberikan dukungan dengan berkata, “kali ini kamu pasti akan mendapat nilai yang baik dan masuk sepuluh besar.” Yue-yue berkata, “Apakah bisa?” Nenek menjawab, “Ya. Guru melihat bahwa kamu ingin berkultivasi, maka akan membantu membuka kebijakanmu.” Kecemasan Yue-yue ini bukan tanpa alasan, sebab sebelumnya ia sangat jarang mengerjakan pekerjaan sekolah. Namun saat hasil ujiannya keluar, ternyata benar, ia telah masuk sepuluh besar. 

Sejak itu, Yue-yue memperbaiki kondisi belajarnya, dan mendapat nilai terbaik di kelas maupun di sekolahnya. Pandangan para guru dan teman-teman sekelasnya terhadap Yue-yue menjadi berubah total. Banyak orangtua murid yang merasa aneh dan bertanya, dimana ia mengambil kursus. Ketika diberitahu oleh neneknya bahwa ia tidak kursus, kebanyakan orangtua tidak percaya. Nenek Yue-yue memberitahu bahwa dikarenakan berkultivasi Falun Dafa, Yue-yue telah mendapatkan manfaat luar biasa, sehingga prestasi sekolahnya naik dan diterima di salah satu sekolah menengah favorit di pusat kota, sesuai keinginannya. 

Suatu hari, Yue-yue merasa sangat bosan dan naik ke loteng sekolah untuk melihat pemandangan. Namun disana, ia mendapati seorang murid perempuan sedang menangis, sepertinya ia sangat sedih dan berniat bunuh diri. 

Yue-yue pun menghampirinya dan berkata, “Teman, ada apa dengan dirimu? Apa masalahmu, mungkin saya bisa membantu?” Murid tersebut berkata, “Orangtua saya akan bercerai setelah saya selesai ujian, mereka tidak menginginkan saya lagi, saya tidak ingin kehilangan ayah atau ibu, saya tidak ingin hidup lagi!”. Yue-yue menarik nafas panjang, lalu berkata “Teman, kita memiliki nasib yang sama!”. 

Yue-yue berkata, “Sejak kecil orang tua saya bercerai, saya dibesarkan oleh kakek. Saat masih kecil saya menginginkan seorang ibu, tapi tidak ada. Menginginkan ayah juga tidak tampak batang hidungnya. Perasaan semacam apa ini? Tapi bukankah saya telah berhasil melaluinya? Saya yang saat itu masih kecil pun bisa melaluinya, apalagi kamu yang sudah besar. Kita bukan lagi anak kecil, setelah mulai sekolah kita harus tinggal di asrama. Selesai sekolah, kita kuliah lalu mencari pekerjaan, membangun usaha dan membentuk lagi satu rumah tangga baru! Sejak mulai masuk SMA kita sudah meninggalkan orang tua, masalah mereka cerai atau tidak itu bukan urusan kita, kita jalankan saja kehidupan kita.” Murid perempuan tersebut diam mendengarkan. 

Yue-yue lanjut mengatakan, “Masih ada banyak orangtua yang telah meninggal dunia, tetapi anak-anak mereka tetap harus menjaga diri mereka sendiri. Saya bisa menerimanya. Urusan cerai itu urusan mereka, saya menjalankan kehidupan saya sendiri. Orangtua sering menjenguk saya, saya merasa cerai atau tidak, tidak ada lagi kaitannya dengan saya. Ada kala saya merasa lebih baik mereka menjauh dari saya, maka kehidupan saya akan lebih tenang. Jika tidak, mungkin setiap hari saya akan mengeluh tiada habisnya.”

Murid perempuan itu pun akhirnya berkata, “Ya benar juga! Saya sangat bodoh, mereka cerai atau tidak apa hubungannya dengan saya! Saya bahkan sampai ingin melalukan perbuatan bodoh ini. Setiap hari mereka memaksa saya untuk belajar ini dan itu, ini salah itu salah, sangat menjengkelkan! Menjauhlah dari saya sejauh mungkin, maka masalah saya akan berkurang banyak!”

Yue-yue berkata, “Nah, begitu juga tidak benar. Saya belajar Falun Dafa dengan nenek saya. Didalam buku “Zhuan Falun” dikatakan, jika manusia belum selesai menjalankan masa hidupnya, bunuh diri atau dibunuh, maka mereka akan menjadi roh sebatang kara atau arwah liar, tanpa makanan dan minuman, sangat menderita, menyesalpun tidak bisa kembali lagi, menunggu hingga berpuluh puluh tahun hingga masa kehidupan di dunia ini selesai. Oleh sebab itu, bunuh diri merupakan hal yang sangat mengerikan.”

Mendengar hal ini, murid perempuan itu menjadi gemetar, “Sangat menakutkan! Oh, rupanya Falun Gong tidak memperbolehkan orang untuk bunuh diri..” 

Yue-yue berkata, “Keahlian dari partai komunis adalah menutup mulut orang lalu melimpahkan kesalahan pada orang lain. Saya dirumah nenek bersama para bibi dan paman belajar berlatih Falun Dafa, semua mematut diri sesuai dengan “Sejati-baik-sabar”, menjadi manusia yang baik di dunia.”

Setelah Yue-yue pulang ke rumah, ia memberitahukan perihal ini kepada neneknya. Neneknya lalu berkata, “Bagaimana kamu membujuknya?” Yue-yue seraya tersenyum berkata, “Saya sudah lupa”. 

Yue-yue memang tidak suka pamer. Mendapatkan juara 1 matematika satu propinsi pun tidak ia beritahukan pada keluarganya. Ibunya bahkan mengetahui hal ini dari berita di internet. 

Nenek sering belajar bersamanya dan memberikan nasehat bahwa menjadi seorang siswa seyogyanya belajar dengan baik. Nenek tidak pernah menyalahkan Yue-yue jika hasil ujiannya tidak baik. Disekolah, Yue-yue juga sangat toleransi dan sering mengalah. Beberapa kali teman sekolahnya mengganggunya, namun ia tidak mempermasalahkan hal tersebut. Guru sekolah yang kuatir, menelpon nenek dan menanyakan apakah perlu memanggil orangtua murid yang mengganggunya, namun nenek berkata tidak perlu. 

Saat hasil ujian keluar, ibu Yue-yue berkata, “Kamu jadi guru saja”. Nenek berkata “atau kamu jadi dokter saja”. Yue-yue menolak kedua usul ini dan berkata, “Saat ini tingkat polusi begitu serius, saya hendak melakukan sesuatu, memberikan berkah dan manfaat untuk manusia.” Ibunya dengan bahagia berkata, “Anak saya memiliki cita-cita yang begitu luas, saya bahkan tidak mengetahuinya, sungguh luar biasa!”

Sejak itu ibu dan neneknya tidak mencampurinya lagi, memintanya untuk mendaftar sendiri universitas yang diinginkannya. Akhirnya Yue-yue berhasil diterima di universitas yang sesuai dengan cita-cita yang diidamkannya. 

Penutup: 

Mengapa tingkat bunuh diri di Tiongkok sangat tinggi? Ini terkait langsung dengan paham atheis yang diprogandakan oleh Marxisme. Mereka mengatakan bahwa orang tidak memiliki jiwa, tidak ada surga, neraka, alam baka, raja neraka, tidak ada pembalasan karma jika melakukan hal-hal buruk, dan jika manusia sudah meninggal maka segalanya selesai sudah. Maka orang tersebut berani melakukan kejahatan apapun. Pandangan dunia tentang kehidupan dan nilai-nilai yang dibentuk oleh pemikiran semacam ini membuat orang dewasa maupun anak-anak, jika menemukan kerunyaman langsung timbul niat bunuh diri. Marxisme-Leninisme merupakan ajaran sesat yang mencelakakan. Berapa banyak penderitaan yang timbulnya disebabkan oleh moral yang merosot di Tiongkok, tidak berkaitan dengan PKC? Penyebaran Falun Dafa telah mengharmoniskan entah berapa banyak kejadian buruk yang disebabkan oleh PKC.

Sumber : Zhengjian

0 comments