PKT Ralat Data Kematian Wuhan = Tampar Muka Sendiri

Ketika kalangan luar terus meragukan data korban pneumonia yang terus ditutupi PKT, mendadak PKT meralat jumlah kematian resmi dari pemerintah, jumlah kematian Wuhan bertambah 1.290 kasus, sehingga jumlah meninggal berubah menjadi 3.869 orang. Foto adalah sehari sebelum kota Wuhan dibuka kembali, warga antri semalaman menunggu tumpangan.

CHENG XIAORONG

Pada 17 April 2020 pagi hari, Pusat Komando Pencegahan Wabah Kota Wuhan merilis pengumuman, telah “menyesuaikan” jumlah kasus terjangkit virus PKT setempat, angka kematian naik menjadi 3.869 orang, dan bertambah 325 kasus terdiagnosa, sehingga data terkait secara nasional pun ikut mengalami perubahan. Pihak luar menilai, di bawah tekanan internasional yang meragukan kebenaran datanya PKT dipaksa membuat perubahan, tapi data yang baru masih terpaut jauh dari fakta yang sesungguhnya, sulit membuat orang percaya.

Tindakan PKT ini justru menampar muka sendiri. Dalam semalam, mendadak muncul 1.290 kasus meninggal dunia, dalam sekejap telah menyangkal sumpah sebelumnya yang kelihatannya tulus, yang mengatakan media massa milik pemerintah “adil dan transparan”, menjadi tidak bernilai sama sekali. Di sisi lain, kejadian ini menunjukkan efektifitas tekanan dan kecaman internasional. Terhadap rezim premanisme, semua kalangan tidak boleh mentolerirnya, harus diselidiki sampai tuntas, dan menghukum dalang yang mencelakakan kesehatan dan keselamatan masyarakat, maka keadilan harus ditegakkan.

Juru bicara Kemenlu PKT Zhao Lijian menyatakan, data awal terkait wabah yang terkumpul mungkin terdapat “kelemahan”, tapi atas prinsip “bertanggung jawab pada sejarah”, “bertanggung jawab pada rakyat”, dan “bertanggung jawab pada korban meninggal”, harus memastikan kebenaran informasi. Ia juga menyatakan, para pekerja medis akibat terlalu sibuk memberi pertolongan dan pengobatan, secara objektif eksis keterlambatan dan kelupaan melaporkan data, tapi “sama sekali tidak ada yang ditutupi”.

Pernyataan Zhao Lijian mengekspos lebih banyak lagi kecurigaan. Pertama, sejak awal pengumpulan data mengapa terdapat “kelemahan”, apa “kelemahan” itu? Dalam bidang medis yang menyangkut hidup dan mati, “kelemahan” pihak RRT ternyata telah merenggut 1.290 jiwa!

Seperti diketahui, pengawasan PKT terhadap setiap tingkatan Komisi Kesehatan dan Kebersihan, juga instansi medis, kelompok masyarakat serta media massa sangat ketat dan rapat, bagaimana mungkin bisa terjadi kasus “kelupaan” melaporkan data kematian? Siapakah yang percaya? Sekarang, dipaksa oleh keadaan, dengan sehelai pemberitahuan pemerintah, angka kematian melonjak sampai 50%! Pembengkakan begitu besarnya, apakah ini yang disebut “memastikan tingkat akurasi informasi”?

Pakar yang digaji pemerintah yakni Zhong Nanshan (pemimpin redaksi Jurnal Penyakit Thoracic dan mantan presiden Asosiasi Medis Tiongkok 2005 - 2009) bahkan pada 12 April lalu telah mengatakan pada media massa bahwa data pemerintah RRT “tidak bisa dipalsukan”, kalau dipalsukan berarti tidak bisa kembali masuk kerja lagi. Dan akhirnya, 5 hari kemudian, pernyataan Zhong Nanshan sendiri digulingkan oleh data baru dari PKT ini.

Kedua, untuk pertama kalinya PKT telah mengakui “keterlambatan” dan “kelupaan” melaporkan data, ini membuktikan kecurigaan pihak luar selama ini. Kunci permasalahannya sama sekali bukan pada “kelupaan”, melainkan pemerintah RRT dengan sengaja menutupi fakta, cara yang digunakan begitu licik dan jahat, termasuk menolak banyak pasien terjangkit, mengendalikan jumlah unit rapid test yang diedarkan, membatasi jumlah pasien terjangkit yang dilaporkan setiap harinya serta dengan sengaja tidak mendiagnosa, melarang pelaku medis menerima wawancara dari pihak luar dan lain sebagainya.

Kondisi sebenarnya adalah: Pekerja medis Wuhan kewalahan karena ledakan jumlah korban dan parahnya situasi, keluarga pasien meminta tolong, mayat dari rumah sakit menumpuk dengan cepat, krematorium di rumah duka 24 jam bekerja nonstop, korban meninggal tiga ribu orang itu sama sekali tidak cocok dengan fakta.

Ketiga, mengapa PKT mengubah data? Setelah wabah merebak, banyak warga Kota Wuhan telah terjangkit, PKT khawatir angka kematian yang terlalu tinggi akan semakin memalukan, maka PKT pun mati-matian menutupinya. Tapi kemudian PKT mendapati, angka yang dimanipulasi ditekan terlalu rendah, terutama setelah dibandingkan dengan kondisi wabah di Eropa dan AS, dan telah menjadi bahan tertawaan internasional. Kecurigaan dan kecaman para politisi dan media massa dari AS, Eropa, Jepang dan negara lain pun semakin kuat, PKT terpaksa menjilat kembali ludah sendiri.

Walaupun semakin memper-malukan dirinya sendiri, PKT tetap tidak bermuka merah di saat berbohong, dan masih berani mengatakan “bertanggung jawab pada sejarah, bertanggung jawab pada rakyat”, sungguh... karena data yang semula dikatakan “adil dan transparan” adalah palsu, siapa percaya permainan baru apa yang akan dimainkan oleh PKT?

Satu jam setelah pemerintah mengeluarkan data terbaru, corong PKT yakni surat kabar China Daily pada situs Mandarinnya menerbitkan artikel komentar yang menyebutkan penyesuaian data kali ini adalah “pasti dan juga perlu dilakukan”. Sebenarnya, bagi PKT, faktanya adalah: Memanipulasi itu sangat diperlukan, dan harus dilakukan. Karena setiap data milik PKT adalah untuk melayani kebutuhan rezim, berbagai data statistik termasuk angka pertumbuhan PDB, semua sangat fleksibel, bisa tinggi bisa rendah, bisa bertambah bisa berkurang, selamanya “adil transparan”.

Yang menyedihkan adalah, kebutuhan dan kewajaran penipuan seperti ini telah berlangsung selama 70 tahun lebih, mulai dari satu are tanah menghasilkan ribuan kilogram beras, hingga terjadi Kelaparan Besar (gerakan Lompatan Besar ke Depan pada akhir 1950-1n), mulai dari Revolusi Kebudayaan (1966-1976) sampai Pembantaian Tiananmen 4 Juni 1989, mulai dari penganiayaan Falun Gong (1999) sampai perampasan organ, hingga berbagai bencana akibat ulah manusia yang timbul dan wabah besar, entah berapa banyak fakta yang telah ditutupi PKT, entah berapa banyak jumlah korban meninggal di Tiongkok yang menjadi data terlarang.

Hingga kini, di tanah tempat terjadinya tragedi, rezim PKT tidak pernah mengumumkan jumlah kematian yang sebenarnya, tidak mengijinkan masyarakat membahas soal kelaparan besar, soal Tiananmen, soal Falun Gong, soal perampasan organ, tidak mengijinkan investigasi statistik yang normal. Banyak wartawan, akademisi dan aktivis HAM yang melakukan investigasi sendiri dan mengungkap kebenaran dicekal ke luar negeri, dipecat dari pekerjaan mereka, bahkan ditangkap secara ilegal, lalu dijebloskan ke penjara dengan tuduhan yang dibuat-buat.

Pada wabah kali ini, almarhum Dokter Li Wenliang ditangkap dan diperingatkan karena menyebarkan informasi kondisi wabah yang sebenarnya, Fang Bin, Chen Qiushi, dan Li Zehua juga diculik (hingga kini masih hilang) karena mengambil gambar sebenarnya di lokasi wabah Wuhan, penulis Fang Fang mengalami serangan internet ala Revolusi Kebudayaan, karena sebuah buku hariannya, Sebagian wartawan Tiongkok yang meliput di garis terdepan diblokir, karena yang mereka rekam dan beritakan adalah fakta yang membahayakan citra dan kredibilitas pemerintah PKT. Menindas warga yang menyuarakan fakta ini, adalah bukti langsung bahwa PKT menyembunyikan fakta wabah.

Komentar surat kabar China Daily juga menyebutkan, “Ada orang berpendapat bahwa penyesuaian data ini sepertinya tidak terhormat, tapi sebenarnya data statistik ini justru secara skala tinggi memperlihatkan sikap bertanggung jawab pemerintah RRT terhadap data dan meningkatkan kredibilitas pemerintah.”

Faktanya, PKT sejak awal tidak memiliki kredibilitas, wabah virus telah menghancurkan pencitraan yang selama ini dibuatnya dengan susah payah. Media massa partai terus berbohong, dan menutupi kelemahan yang dibuat pada dusta sebelumnya, PKT sendiri juga sadar diri sendiri “tidak terhormat”, tapi masih saja terus nekad berbohong sampai akhir zaman. Semakin PKT meronta, semakin dunia melihat jelas sifat dan karakter aslinya yang sudah terbiasa menipu.

Tapi di internet juga muncul sejumlah pernyataan yang keliru dan sembrono. Seperti ada yang mengatakan, “tidak ada maknanya membandingkan dan menganalisa data terjangkit dari setiap negara”: “Terakhir adalah siapa yang lebih dulu mengembalikan perekonomiannya maka dialah yang akan menguasai hak suara dan kemampuan memimpin, jika tidak apa pun yang dibahas sebelumnya hanyalah asap yang akan sirna”. Pernyataan seperti ini belum tentu berasal dari kaum 50 sen (Wumaodang), tapi menyiratkan logika yang menyimpang akibat pencucian otak dari budaya partai PKT yang dilakukan selama ini. Pneumonia Wuhan (virus PKT) adalah ulah bencana yang disebabkan oleh PKT, jumlah tertular merefleksikan nyawa dan kesehatan rakyat Tiongkok dan dunia, merefleksikan tanggung jawab yang belum dipenuhi oleh pemerintah RRT. Ratusan ribu bahkan jutaan yang tertular, bagaimana bisa disebut “hanya asap yang akan sirna”?

Apakah hak bersuara dan kepemimpinan hanya ditentukan oleh kekuatan ekonomi? Apakah demi membuka isolasi dan mengembalikan produksi, maka tanggung jawab pejabat yang menutupi data tidak perlu dituntut lagi, tidak perlu mempedulikan jumlah korban yang tewas lagi? Inilah sebenarnya bentuk interpretasi lain dari “kaya secara senyap” dari Jiang Zemin--- dengan pertumbuhan ekonomi, korupsi berjamaah dan kepentingan materi menutup mulut pejabat dan warga serta menutupi penganiayaan HAM. “Jangan makan nasi komunis tapi memecahkan periuk komunis”, ini adalah logika perompak ala PKT. (epochtimes/sud)

0 comments