Australia Serukan Usut Sumber Virus Bikin Malu & Marah PKT

Menlu Australia Marise Payne (kiri, di sebelah kanannya PM Scott Morrison) pada 27 April menyatakan, pihak Australia menuntut betapa pentingnya investigasi independen terhadap fakta di balik wabah dilakukan secara rasional, terbuka dan transparan serta jujur.

#AustraliaVirusCorona #SumberVirus #VirusPKT #CCPvirus #WHO #LeFigaro

YUAN BIN

Karena menutupi wabah dan membahayakan seluruh dunia, belakangan ini PKT mengalami hari-hari yang sulit di tengah kancah internasional dibandingkan sebelumnya, hal mengecewakan datang satu persatu, tapi yang paling menjengkelkan PKT adalah seruan dari pemerintah Australia untuk melakukan investigasi internasional yang independen.

Pada 23 April lalu, PM Australia Scott Morrison mengimbau seluruh anggota WHO agar mendukung investigasi independen terhadap wabah menular virus PKT (pneumonia Wuhan). Ia berkata, seluruh anggota WHO berkewajiban turut serta dalam investigasi, Australia mendesak agar investigasi ini dilakukan pada Majelis Kesehatan Dunia (WHA) pada 17 Mei mendatang.

Sehari sebelumnya, pada 22 April, Menlu Australia Marise Payne dalam artikel yang diterbitkan surat kabar The Australian mengatakan, Australia memainkan peran memimpin dalam investigasi internasional. Dia berkata, Australia berkompeten menuntut agar dilakukannya “investigasi internasional yang transparan” terhadap virus Corona baru (virus PKT), karena “Australia adalah sebuah negara demokrasi yang bebas, yang memiliki sejarah kerjasama global yang bersifat membangun.” Payne mengatakan, “Setiap negara tidak perlu merasakan bahwa investigasi ini ditujukan pada dirinya. Sebuah penyakit menular baru pasti berawal dari suatu tempat, wabah Corona baru ini berawal dari Wuhan, RRT”. Seruan pemerintah Australia ini pun membuat PKT berang.

Pada 26 April lalu, Dubes RRT untuk Australia Cheng Jingye saat diwawancarai surat kabar The Australian Financial Review dengan nada berapi-api mengancam: dorongan PM Australia Morrison untuk melakukan investigasi independen adalah “tindakan berbahaya”, “ini adalah gerakan politik terhadap RRT”. Cheng juga mengatakan, hal ini akan membuat “warga RRT menjadi marah, khawatir dan kecewa. Secara jangka panjang, jika luapan emosi ini terus memburuk di dalam negeri RRT, masyarakat akan berpikir “mengapa harus pergi ke negara yang tidak bersahabat dengan RRT”. Cheng Jingye juga menyebutkan, para orang tua di RRT akan berpikir untuk apa mengirim anak-anaknya bersekolah di “negara yang tidak bersahabat, bahkan memusuhi RRT”. “Ini akan ditentukan oleh warga (RRT), mungkin warga (RRT) akan berpikir, ‘mengapa harus minum anggur dari Australia? Mengapa harus makan daging sapi Australia’.” Maksud Cheng Jingye sangat jelas, jika pemerintah Australia bersikeras mendorong investigasi independen terhadap virus PKT, maka Australia akan diboikot oleh pelajar dan turis dari RRT, ekspor produk Australia ke RRT pun akan terkena dampaknya.

Berangnya PKT karena malu tak pelak mengundang tanda tanya: Mengapa PKT begitu sensitif dan menentang seruan pemerintah Australia untuk melakukan investigasi independen, sehingga tidak segan-segan mengancam Australia dengan kepentingan ekonomi?

Surat kabar Prancis Le Figaro edisi 28 April lalu memuat artikel yang ditulis reporter kolom bernama Renaud Girard, berjudul “Virus Corona: Mengapa Pemerintah RRT Menolak Keras Investigasi Internasional?” yang telah menganalisa masalah ini, bacaan ini menurut penulis sangat “inspiratif”.

Artikel secara singkat menjelaskan pemahaman sejumlah pakar saat ini terhadap sumber virus, lalu menuliskan, saat ini masyarakat belum tahu bagaimana dan kapan virus ini menular ke trenggiling, juga tak tahu bagaimana trenggiling menularkannya pada manusia. Bukankah seharusnya semua negara menyelidiki bagaimana wabah ini berawal di RRT? Jawaban penulis adalah, ini sudah seyogyanya, walau hanya untuk mencegah virus hewan seperti ini kembali menyebar lagi dari negara besar ini, sudah sepantasnya diselidiki. Apalagi ada satu hal yang tidak dimengerti kalangan politik Washington, yakni pada akhir tahun 2019, di berbagai tempat di RRT terdapat ratusan pasar hewan liar, tapi virus hanya muncul di Wuhan, bukankah sangat aneh? Karena di RRT hanya di kota Wuhan yang memiliki laboratorium yang meneliti virus Corona yang dibawa oleh kelelawar serta penularan virus tersebut. Oleh sebab itu, kecurigaan bahwa virus itu bocor dari laboratorium virologi bukan tidak beralasan. Hal seperti ini kemungkinan bisa terjadi, laboratorium di AS dan Eropa pun demikian halnya. Media massa PKT sendiri, yakni Global Times pada 18 Februari 2020 juga pernah mengemukakan kecurigaan terhadap laboratorium virologi Wuhan apakah bisa mengalami kondisi luputnya pengawasan.

Artikel mengemukakan, ini bukan bermaksud menyebarkan teori konspirasi di internet, untuk membayangkan senjata biokimia apa yang digunakan untuk maksud jahat, juga bukan untuk meragukan pengorbanan rakyat Tiongkok demi mengendalikan penyebaran wabah di dalam negeri, tidak ada yang secara serius menuding RRT memiliki perilaku dan niat jahat. Lalu mengapa RRT menolak transparansi? Mengapa menolak keras investigasi internasional? Apakah ada rahasia yang tidak boleh diketahui?

Artikel juga mengemukakan kecurigaan, pasca kebocoran pembangkit listrik tenaga nuklir di Fukushima pada 2011 silam, pemerintah Jepang langsung meminta pakar dari Biro Energi Nuklir Internasional (IAEA) untuk melakukan investigasi dan untuk mencegah pencemaran nuklir. Mengapa RRT tidak melakukan hal yang sama? Menggunakan peristiwa ini, mengajukan pada WHO untuk membentuk lembaga internasional yang mengendalikan risiko penyebaran wabah dari laboratorium, bukankah akan semakin menunjukkan kebesaran jiwa Beijing? Bukankah akan menurunkan hubungan tegang dengan AS dimana RRT selalu kalah?

Saya sepenuhnya sependapat dengan Analisa penulis, soal seruan investigasi independen, PKT marah kepada pemerintah Australia akibat malu, justru semakin membuktikan ada yang disembunyikan, dalam ungkapan kuno: Nyali menciut karena telah berbuat jahat? Jika tidak, apa yang perlu ditakutkan, bukankah dengan kesempatan ini justru bisa membuktikan tidak bersalah, apalagi menyelidiki sumber virus berguna dalam mencegah timbulnya kembali virus di Tiongkok!

Yang melegakan adalah, Australia tidak tunduk terhadap ancaman PKT. Pada 27 April Mendag Australia Simon Birmingham saat diwawancarai oleh radio Australia ABC mengatakan, “Australia tak akan mengubah kebijakan politik atas masalah kesehatan publik yang serius hanya karena ancaman ekonomi atau semacamnya, seperti halnya kami tidak akan mengubah sikap politik kami terhadap hal-hal yang menyangkut keamanan negara.” Ia juga menambahkan, “Australia tentunya berharap pemerintah telah memutuskan, kematian ratusan ribu jiwa di seluruh dunia ini harus diselidiki secara transparan, untuk mencegah terulangnya kembali hal yang sama.”

Pemimpin Partai Buruh Australia yang juga ketua oposisi federal yakni Anthony Albanese juga menyampaikan, sependapat dengan komentar Birmingham, dan mendukung pemerintah menuntut dilakukannya investigasi. Ia juga menekankan, “Australia berharap dapat membangun hubungan aktif dengan RRT, tapi harus didasari pada pondasi yang saling mempercayai dan transparan, serta tingkat transparansi adalah syarat mutlak untuk menilai virus semacam ini dan bagaimana terjadinya.” (epochtimes)

0 comments