Uskup Kardinal Emeritus dari Hong Kong: Vatikan Menuruti Apa Kata PKT

 

Uskup Kardinal Emeritus Gereja Katolik Hong Kong, Joseph Zen Ze-Kiun berpendapat bahwa Hong Kong telah kehilangan segalanya setelah Undang-Undang Keamanan Nasional versi Hong Kong itu diberlakukan. (WANG WEIMING | THE EPOCH TIMES)

HUANG CAIWEN & LIANG ZHEN
THE EPOCH TIMES

Vatikan belakangan ini telah memperbarui Perjanjian Sementara RRT-Vatikan dengan Beijing. Mengenai hal ini, Uskup Kardinal Emeritus (pensiunan, red.) Gereja Katolik Hong Kong yakni Joseph Zen Ze-Kiun, menerima wawancara The Epoch Times HK pada acara “Zhen Yan Zhen Yu (Precious Dialogues)” dan menyatakan bahwa dua tahun terakhir ini Partai Komunis Tiongkok (PKT) secara menyeluruh menindas agama, “Gereja bawah tanah menderita, Gereja di atas tanah juga sama, agama Buddha, agama Islam semua sama menderita. Itu sebabnya saya tidak mengerti mengapa Vatikan harus tunduk seperti ini.”

Khawatir Choy Wai Man yang pro-PKT menjadi uskup, menuruti apa kata PKT

Pada September tahun ini, Joseph Zen Ze-Kiun, demi masalah suksesi uskup Hong Kong, terbang ke Roma lagi untuk bertemu Paus. Di usianya yang menginjak 88 tahun, ia terbang ribuan mil dan berjalan sendirian di depan Vatican Square di Novosibirsk, sosoknya yang sendirian membuat pedih di hati sekaligus merasa kagum. Setelah menunggu selama 4 hari tanpa jawaban, ia kembali ke Hong Kong dengan kecewa.

“Saya telah mengatakan berkali-kali untuk terakhir kalinya (ke Vatikan), kali ini adalah yang terakhir dari paling akhir.” Zen Ze-Kiun berkata, sebelum pergi, ia sudah siap secara mental gagal menemui Paus. “Sebenarnya, itu bukan keputusannya, itu semua dikendalikan oleh Sekretaris Negara, dan Kardinal Parolin tidak memberinya peluang untuk bertemu. Tidak masalah, setidaknya saya telah menyerahkan sepucuk surat kepadanya.”

Perjalanan Joseph Zen kali ini adalah untuk memberi masukan kepada Paus agar tidak menunjuk Choy Wai Man yang pro komunis itu sebagai uskup Hong Kong. “Sekarang saya selalu khawatir, karena pada awalnya jelas-jelas adalah pastor Joseph Ha.” Joseph Ha Chi-shing, O.F.M. karena mendukung UU Anti-Ekstradisi ke Tiongkok, membuat Vatikan agak keberatan. “Sekarang mereka (keuskupan) malah mengatakan bahwa membutuhkan seseorang yang diberkati oleh Beijing, maka dicarilah Pastor Cai.”

Joseph Zen khawatir bahwa Choy Wai Man, yang awalnya memang pro-Komunis, akan semakin menaati PKT setelah Undang-Undang Keamanan Nasional versi Hong Kong diterapkan. Ia berkata bahwa ketika Carrie Lam mulai menjabat, orang-orang juga sulit memprediksi “Carrie Lam akan menjadi sedemikian rupa”, “Sekali Anda menyerah kepada mereka (PKT), ia akan mengendalikan Anda. Jadi, dalam situasi seperti saat ini, jika Pastor Choy yang menjadi uskup, kami sangat khawatir.”

Dia berpendapat bahwa Hong Kong telah kehilangan segalanya setelah Undang-Undang Keamanan Nasional versi Hong Kong diberlakukan. “Tidak ada apa-apa lagi, saya sering mengatakan, kebebasan beragama dan kebebasan rakyat tidak dapat dipisahkan, jika rakyat tidak memiliki kebebasan maka agama kita juga tidak lagi memiliki kebebasan, apakah Anda mengira bahwa agama kita adalah istimewa? Jadi setelah Undang-Undang Keamanan Nasional versi Hong Kong, tidak ada seorang pun orang di Hong Kong yang memiliki kebebasan, tentu saja, agama juga tidak memiliki kebebasan.”

“Begitu Hong Kong tiba-tiba berubah, semuanya telah berubah.” Joseph Zen berkata, “Apa yang Anda katakan sekarang, ia (PKT) dapat menangkap dan memasukkan Anda ke penjara, malahan menangkap Anda ke daratan, jadi sangat menakutkan sekali. Mereka anak-anak muda yang sangat berani semuanya telah bubar dan melarikan diri, karena sekarang tidak ada seorang pun yang dapat melindungi Anda. Pengacara tidak lagi dapat dipanggil, dan anggota keluarga juga tidak diperbolehkan menjenguk Anda, ini sangat mengerikan.”

Maka dari itu setiap kali ia dimintai pendapat, akan selalu menasihati orang-orang untuk meninggalkan Hong Kong, “Anda pergilah, terutama jika Anda mempunyai anak kecil, maka Anda cepatlah membawa pergi anak-anak itu, sekolah zaman sekarang sudah mulai mencuci otak.” Bahkan para pendeta/pastor, juga tidak dipaksa untuk tinggal. “Pada prinsipnya, pendeta seharusnya tidak boleh pergi, bukankah Anda bisa menjaga anggota gereja? Tetapi jika Anda benar-benar takut, maka apa gunanya Anda tinggal di sini?”

Dia sendiri juga mengakui dirinya takut, tetapi “Takut bukanlah semacam dosa, betul? Anda (pendeta) takut maka pergilah, Ada begitu banyak etnis Tionghoa di dunia, Anda dapat melayani mereka.”

Politik adalah urusan semua orang maka semua orang harus peduli

Menentang undang-undang no 23 yang kejam pada 2003, Gerakan Payung pada 2014, dan Anti-Ekstradisi ke Tiongkok pada 2019 hingga Hukum Keamanan Nasional versi Hong Kong yang berlaku sekarang, Joseph Zen telah berulang kali berbicara untuk rakyat Hong Kong. Dia mengatakan bahwa apa yang disebut “politik dan agama terpisah”itu merujuk pada personel/pejabat gereja yang tidak boleh memperoleh kekuasaan, tetapi politik itu sendiri adalah masalah masyarakat dan semua orang. “Sedangkan kita adalah warga, kita semua harus berpartisipasi. Sekarang dokumen di gereja ditulis dengan sangat jelas, setiap orang harus peduli dengan politik.”

“Masyarakat zaman sekarang adalah faktor yang tidak dapat dihindari, dan kami tidak boleh berhenti berbicara. Kami harus memimpin umat agar mereka mengerti dan jelas. Seperti yang kami katakan, ini benar dan itu salah.”

Joseph Zen berkata, seperti misalnya ada yang bertanya kepadanya, apakah Undang-Undang Keamanan Nasional versi Hong Kong itu benar? “Saya katakan itu tidak benar. Ia (Partai Komunis Tiongkok) berjanji bahwa Hong Kong adalah otonom tingkat tinggi, mereka sekarang juga tidak berani mengatakan menariknya kembali, tetapi kenyataannya adalah ditarik kembali, ini tentu saja tidak benar.”

Alasan penarikan itu juga sangat tidak masuk akal, “Dikatakan bahwa ada yang mengatakan bahwa Hong Kong akan merdeka, bukankah ini lelucon? Ada berapa banyak orang yang mengatakan itu? Sangat sedikit, sama sekali tidak ada bahaya ini. Lucu sekali jika mengatakan bahwa ada orang Hong Kong yang akan membahayakan negara kita? Apa tidak salah, sepucuk senjata pun kami tidak punya. Jika tentara RRT datang menyerbu maka kita semua akan mati, jika air dari Provinsi Guangdong tidak dikirim kemari, maka kami tidak akan punya air untuk diminum, bukankah begitu? Bagaimana mungkin kami orang Hong Kong memberontak? Itu hanyalah lelucon.”

Di Bawah penindasan, pasrah pada nasib, bertahan dengan teguh dan sabar

Begitu Undang-Undang Keamanan Nasional versi Hong Kong diberlakukan, “Berubah, semuanya telah berubah, dalam waktu sekejap Hong Kong telah berubah menjadi seperti kota di daratan.” Teror putih merajalela, setiap orang dalam bahaya, di jalanan sudah jarang ditemui para massa pengunjuk rasa seperti tempo hari. Carrie Lam pernah membual tanpa rasa kikuk bahwa pasca Undang-Undang Keamanan Nasional versi Hong Kong, “kerusuhan” di jalanan Hong Kong telah berkurang. Mendengar ucapan absurd ini, tak pelak Joseph Zen tertawa terbahak-bahak, “Hahaha, semua orang dijebloskan ke penjara, dan tidak ada perlawanan, bukan? Sungguh sakit jiwa.”

“Kami sangat damai, satu juta orang keluar dan 2 juta orang keluar, benar-benar damai, kekerasan itu bukan disebabkan oleh kami, kekerasan itu diprakarsai oleh polisi, bila dibandingkan kekerasan yang dilakukan oleh anak-anak muda itu sepele saja.” Joseph Zen berkata, polisi Hong Kong menindas dengan kejam, “Disebut kebrutalan dalam bahasa Inggris, persis seperti binatang.”

“Mereka yang bisa pergi, pergilah, kami yang tidak bisa pergi maka bertahanlah di sini, bagi kami yang tidak takut karena kami pasrah, ada Tuhan yang menjaga, bukankah begitu.” Pungkas Uskup Kardinal Emeritus Gereja Katolik Hong Kong, Joseph Zen Ze-Kiun. (et/lin/sun)

0 comments