Krisis Energi di Tiongkok Memicu Efek Berantai Berupa Harga Pangan Meroket

Pekerja di gudang penyimpanan biji-bijian di Kota Yushu, Provinsi Jilin, Tiongkok sedang melakukan pengukuran suhu tumpukan jagung pada 19 Desember 2008. (China Photos/Getty Images)

LI MING

Pemadaman listrik berskala besar yang terjadi di daratan Tiongkok baru-baru ini, menonjolkan terjadinya krisis energi yang parah, sehingga efek berantai yang dipicu olehnya juga mulai muncul. Seperti harga dari beberapa bahan baku domestik di daratan Tiongkok sudah mulai meroket. Pada saat yang sama, kebetulan harga pangan internasional juga telah memasuki siklus kenaikan yang tajam.

Para cendekiawan berpendapat bahwa harga pangan di daratan Tiongkok dapat mengalami kenaikan tajam akibat dari pengaruh timbal balik situasi internasional dan domestik.

Baru-baru ini, harga bahan-bahan bangunan dan bahan kimia di daratan Tiongkok mengalami kenaikan tajam. Harga natrium dikromat naik dua kali dalam 4 hari, dan harga Semen cap Keong Laut meningkat tiga kali lipat dalam 10 hari, naik dari semula RMB. 30,- per sak menjadi RMB. 100,-.

Beberapa ahli mengungkapkan bahwa fenomena ini terkait dengan pembatasan dan pemadaman listrik berskala besar yang terjadi di banyak wilayah di Tiongkok. Dengan kenaikan harga berbagai komoditas, pasokan pangan juga ikut terpengaruh.

Krisis pangan memang merupakan “penyakit lama” yang dihadapi pemerintah komunis Tiongkok, dan industri yang berhubungan dengan makanan pada dasarnya adalah industri yang mengkonsumsi energi tinggi. Baik itu penanaman, pemanenan atau pengolahan bahan baku makanan, listrik sangat dibutuhkan. Pembatasan penggunaan listrik yang terjadi belakangan ini tidak mungkin tidak berpengaruh terhadap produksi pangan.

Di sisi lain, pertanian dan peternakan Tiongkok sangat bergantung pada pupuk kimia, dan bahan baku utama untuk memproduksi pupuk kimia adalah batu bara dan gas alam.

Saat ini pemerintah komunis Tiongkok sedang menghadapi masalah kelangkaan batu bara, dan harga gas alam dunia juga terus melambung, sehingga sangat mungkin harga pupuk kimia melonjak.

Sejak awal tahun ini, harga gas alam TTF Belanda telah naik lebih dari 250%. Pada 15 September tahun ini, CF Industrial Holdings, perusahaan pupuk terkemuka AS telah mengumumkan bahwa karena kenaikan harga gas alam yang terus menerus, untuk sementara waktu perusahaan terpaksa menutup dua pabrik pupuk di Durham dan Cheshire di Inggris. Sampai kapan baru akan dipulihkan, perusahaan belum bisa menentukan. Dua hari kemudian, yakni 17 September, Norwegian Yara International Group juga menyatakan pengurangan 40% produksi keenam pabrik pupuk milik mereka yang berada di Eropa.

Bisa dibayangkan, dengan kelangkaan batu bara yang terus berlanjut, harga pupuk kimia pasti akan naik. Bahkan bisa terjadi kelangkaan. Begitu pupuk kimia kekurangan pasokan, produksi biji-bijian Tiongkok terancam. Jika stok biji-bijian terus menurun, itu pasti akan mendongkrak harganya.

Bahkan, sejak awal tahun ini, kecepatan mengimpor biji-bijian Tiongkok telah meningkat secara signifikan, dan jumlahnya juga naik secara substansial.

Laporan ‘Pasar dan Perdagangan Biji-bijian Global’ yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian AS pada Juli tahun ini menyebutkan bahwa, menurut data resmi bea cukai Tiongkok, dari Januari hingga Mei tahun ini, impor beras Tiongkok melebihi 2,2 juta ton, yang menyumbang 3/4 dari total impor tahun lalu. Kementerian Pertanian AS memperkirakan bahwa, impor beras Tiongkok tahun ini akan meningkat hampir 20%, mencapai 3,8 juta ton.

Menurut laporan Reuters pada 24 September, bahwa Tiongkok kini telah menjadi pembeli utama gandum Australia yang akan dipanen mendatang. Dari sekitar 5 juta ton gandum pra-penjualan di Australia untuk tahun panen 2021/22, pembeli dari Tiongkok telah membeli hampir 2 juta ton gandum yang akan dipanen pada akhir tahun ini.

Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa karena cuaca buruk di Rusia dan kekeringan di Amerika Serikat dan Kanada, maka ekspor makanan dari negara-negara ini diperkirakan akan berkurang secara drastis. Pada bulan Agustus tahun ini, harga gandum dunia telah naik ke level tertinggi sejak tahun 2013.

Informasi yang dirilis oleh China Grain and Oils Information Network pada 28 September telah menyebutkan: Akibat dari kekurangan batubara nasional, harga batubara yang tinggi, pengaruh harga listrik PLTB, sehingga beberapa provinsi saat ini mengalami kekurangan listrik, dan perusahaan penggilingan beras juga akan terpengaruh.

Analisis singkat pasar biji-bijian dan minyak yang dipublikasikan di situs web industri Tiongkok, juga menyinggung soal dampak pembatasan listrik, keterbatasan operasi pabrik pengolahan jagung, kedelai, dan beras karena terganggunya aliran listrik. Sehingga mengalami penurunan produksi, yang tentunya akan berdampak terhadap harga bahan pangan terkait. (ET/sin/sun)

0 comments