Muncul Lagi Varian Baru COVID-19 ‘IHU’ B.1.640.2 dengan 46 Mutasi di Prancis

Gambar komputer yang dibuat oleh Nexu Science Communication bersama dengan Trinity College di Dublin, menunjukkan model yang secara struktural mewakili betacoronavirus yang merupakan jenis virus yang terkait dengan COVID-19, lebih dikenal sebagai virus corona yang terkait dengan wabah Wuhan, dibagikan kepada Reuters di 18 Februari 2020. (NEXU Science Communication/via Reuters)

Varian baru coronavirus kembali diidentifikasi di Prancis dan diberi nama IHU B.1.640.2. Akan tetapi, masih terlalu dini untuk mengungkapkan lebih terperinci. Pasalnya, masih banyak yang belum diketahui. Apalagi masih rendah jumlah kasus yang diketahui.

Dikutip dari NewsWeek pada Selasa (4/1/2022), varian baru tersebut diuraikan dalam sebuah penelitian yang dirilis 29 Desember. Itu setelah sebanyak 12 kasus diidentifikasi di Tenggara Prancis pada akhir tahun lalu. Kasus ditemukan terhadap seorang pasien yang baru kembali dari Kamerun.

Pasien tersebut adalah seorang pria, mengalami gejala ringan sehari sebelum diagnosisnya pada pertengahan November 2021. Pengujian menunjukkan kombinasi “atipikal” dari mutasi genom lonjakan yang tidak sesuai dengan pola yang terlihat pada varian Delta pada saat itu.

Pengurutan genom dilakukan di the Méditerranée Infection University Hospital Institute dan mengungkapkan beberapa mutasi yang serupa dengan yang terlihat pada varian lain termasuk Omicron.

Analisis varian mengungkapkan temuan 46 mutasi. Inilah yang diyakini membuatnya lebih mudah menular dan resisten terhadap vaksin.

Laporan menjelaskan varian belum ditinjau peer review atau rekan sejawat, artinya belum dievaluasi secara ketat oleh ilmuwan lain. Jadi, temuan harus diambil secara hati-hati. Temuan ini dirilis di repositori pra-cetak medRxiv.

Perlu juga dicatat bahwa variannya tidak terlalu baru. Sequence pertama diunggah ke database urutan COVID GISAID pada 4 November, hampir tiga minggu sebelum urutan Omicron pertama diunggah, demikian yang diungkapkan oleh Tom Peacock, seorang virolog di Imperial College London, pada hari Senin 3 Januari.

Selain itu, baru-baru ini pada awal Desember proposal dibuat untuk memisahkan B.1.640.2 dari garis keturunan induknya yakni B.1.640 karena munculnya mutasi baru.

B.1.640 sendiri diidentifikasi pada bulan September dan ditempatkan pada Variant Under Monitoring atau di bawah pengawasan oleh European Centres for Disease Prevention and Control (ECDC), tetapi belum ditingkatkan ke level varian of concern. Setidaknya satu laporan berita tentang varian ini mengklaim lebih menular daripada Omicron, tetapi tidak jelas apakah benar-benar terjadi.

Studi pada 29 Desember menyatakan, belum mungkin untuk mengatakan seberapa cepatnya B.1.640.2 menular atau jenis penyakit apa saja yang mungkin ditimbulkannya.

Studi itu berbunyi: “Terlalu dini untuk berspekulasi tentang fitur virologi, epidemiologi, atau klinis dari varian IHU ini berdasarkan 12 kasus ini.”

Sejumlah ilmuwan menepis kekhawatiran tentang B.1.640.2—juga dijuluki varian “IHU” dalam studi 29 Desember—untuk pada tahap ini.

Virolog Peacock mendeskripsikan varian yang baru ini sebagai “jelas bukan yang perlu dikhawatirkan terlalu banyak pada saat ini,” ia mencatat jumlah genome squencing yang diidentifikasi masih relatif rendah — sekitar 20 kasus pada hari Senin — dibandingkan dengan Omicron.

Sementara itu, Francois Balloux, Direktur Institut Genetika di University College London, dalam cuitannya pada hari Senin bahwa B.1.640.2 “belum mengirim ratusan orang [ke] ICU di Prancis” dan menyarankan orang-orang untuk “bersantai untuk saat ini.” (ET/asr/sun)

0 comments