Jerman Tingkatkan Bantuan Militer ke Ukraina, AS dan Uni Eropa Siapkan Sanksi Minyak untuk Rusia dan Tiongkok
![]() |
Jerman Tambah Dana untuk Sistem Persenjataan Ukraina
Dalam kunjungan mendadak ke Kyiv pada Kamis (3 Juni), Menteri Pertahanan Jerman, Boris Pistorius mengumumkan rencana tambahan bantuan militer senilai €1,9 miliar untuk Ukraina. Bantuan ini difokuskan pada pengembangan sistem tembakan jarak jauh yang akan diproduksi langsung di Ukraina, dengan pengiriman pertama dijadwalkan dalam beberapa bulan mendatang.
"Jerman siap mendanai produksi sistem tembakan jarak jauh di Ukraina," tegas Pistorius.
Dengan langkah ini, Jerman semakin memperkuat posisinya sebagai penyumbang militer terbesar kedua untuk Ukraina setelah Amerika Serikat.
Rusia Lancarkan Serangan Drone ke Kharkiv
Kunjungan Pistorius dilakukan hanya beberapa jam setelah serangan drone Rusia mengguncang kota Kharkiv, menyebabkan sedikitnya 14 orang terluka dan kerusakan signifikan pada infrastruktur kota. Serangan ini menunjukkan bahwa konflik Rusia-Ukraina belum mereda dan masih terus menelan korban.
Zelensky Siap Temui Trump di KTT G7
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy dikabarkan akan menghadiri KTT G7 minggu depan, dengan harapan dapat bertemu langsung dengan Presiden AS, Donald Trump. Zelensky berharap pertemuan ini dapat memperkuat dukungan terhadap sanksi baru terhadap Rusia, terutama dalam hal energi dan perbankan.
"Keputusan akhir tetap ada di Gedung Putih. Namun kami sangat dekat dengan langkah penting berikutnya dalam sanksi terhadap Rusia," ujar Zelensky.
Sanksi Putaran ke-18: Putuskan Rantai Minyak Rusia–Tiongkok
Sementara itu, Uni Eropa bersama AS tengah memfinalisasi putaran ke-18 sanksi terhadap Rusia, yang mencakup pemutusan rantai perdagangan minyak antara Rusia dan Tiongkok. Langkah ini ditujukan untuk menghentikan aliran dana perang Kremlin yang selama ini ditopang oleh ekspor minyak murah ke Tiongkok.
Senator AS Lindsey Graham, salah satu penggagas utama rancangan sanksi baru, menyatakan bahwa tujuan utama dari sanksi ini adalah:
"Menghentikan pembelian minyak Rusia oleh Partai Komunis Tiongkok di bawah harga pasar—agar mesin perang Putin lumpuh total."
Pesan Kuat ke Beijing, Teheran, dan Dunia
Graham juga menegaskan bahwa dunia, khususnya Tiongkok, sedang mengamati bagaimana AS menangani agresi Rusia. Menurutnya, pesan yang ingin disampaikan adalah bahwa penggunaan kekuatan militer untuk menguasai wilayah—seperti ambisi Tiongkok terhadap Taiwan—bukanlah pilihan yang menguntungkan.
"Kita harus tunjukkan bahwa konsekuensi dari invasi adalah mahal. Itu akan menjadi sinyal bagi Iran dan negara agresor lain," kata Graham dalam wawancara dengan Fox News.
Dalam pernyataan terbaru di media sosial, Graham menyebut bahwa dukungan kongres terhadap sanksi baru ini terus meningkat. Ia berharap undang-undang ini bisa memberi presiden AS berikutnya kekuatan penuh untuk segera mengakhiri perang ini.
Kesimpulan
Konflik Ukraina-Rusia terus bergulir dengan dinamika baru. Langkah-langkah agresif dari Jerman dan rencana sanksi dari Barat menunjukkan bahwa tekanan terhadap Rusia tidak akan surut. Dunia kini menanti apakah strategi pemutusan rantai energi ini cukup efektif untuk melemahkan kekuatan militer Moskow—dan apakah Tiongkok akan tetap bertahan dalam posisinya sebagai mitra energi Kremlin.
0 comments