Lonjakan COVID-19 di Tiongkok Mencapai 160% pada Mei: Varian NB.1.8.1 Picu Kekhawatiran Global

 

Beijing, Juni 2025 — Tiongkok kembali mengalami lonjakan besar kasus COVID-19. Menurut data resmi dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok (CDC), infeksi COVID-19 melonjak 160% selama Mei 2025, mencapai lebih dari 440.000 kasus. Namun, laporan warga dan pakar independen menunjukkan bahwa kenyataan di lapangan bisa jauh lebih parah dari data yang disampaikan oleh rezim Komunis Tiongkok.

Data Resmi: Lonjakan Kasus dan Munculnya Varian Baru

Pada 5 Juni, CDC Tiongkok melaporkan 440.662 kasus baru, termasuk 606 kasus berat dan 7 kematian, meningkat signifikan dari 168.507 kasus pada April. Varian yang mendominasi adalah NB.1.8.1, subvarian generasi keenam dari Omicron XDV yang kini menjadi perhatian global.

Pihak otoritas mengklaim bahwa lonjakan kasus sudah mencapai puncaknya pada 26 Mei dan kini menurun di beberapa provinsi. Namun, banyak pihak meragukan klaim tersebut.

Pakar: Pemerintah Tiongkok Coba Redam Kepanikan

Tang Jingyuan, analis kesehatan dan dokter yang berbasis di AS, menyatakan bahwa pernyataan pemerintah mengenai penurunan kasus bertujuan menenangkan publik menjelang potensi lonjakan lebih besar di musim panas.

“Wabah ini belum selesai. Justru muncul saat musim panas—hal yang tidak biasa untuk virus semacam ini,” ujarnya.

Tang juga mempertanyakan klaim bahwa alat tes dan pengobatan saat ini efektif terhadap NB.1.8.1. Menurutnya, puncak infeksi yang masih terjadi menunjukkan bahwa pengobatan yang ada belum cukup mengendalikan penyebaran.

Kesaksian Warga: Situasi Nyata di Tiongkok Lebih Buruk

Beberapa warga Tiongkok memberi kesaksian kepada The Epoch Times, menggambarkan realitas yang kontras dengan data resmi:

  • Chen Yang, praktisi pengobatan tradisional dari Provinsi Hunan, mengatakan pasien yang datang ke kliniknya mengalami gejala COVID-19 berat dan berkepanjangan, seperti batuk, demam, dan sakit tenggorokan.
  • Di Shenzhen, warga melaporkan antrean panjang di klinik demam dan tingginya angka infeksi di kalangan anak-anak.
  • Banyak rumah sakit menolak menyebut penyebab kematian sebagai COVID-19, sebuah kebijakan yang disebut-sebut sebagai bagian dari penyangkalan sistematis oleh Partai Komunis Tiongkok.

Risiko Komplikasi: Serangan Jantung hingga Kematian Mendadak

Dr. Jonathan Liu, profesor dan direktur Liu’s Wisdom Healing Centre di Kanada, memperingatkan bahwa meskipun COVID-19 menyerang saluran pernapasan, beberapa pasien mengalami komplikasi serius seperti gangguan jantung dan kematian mendadak. Ia juga menyebut kemungkinan keberadaan patogen lain yang turut memperparah infeksi di Tiongkok saat ini.

Varian NB.1.8.1: Ancaman Baru yang Mendunia

WHO telah memasukkan NB.1.8.1 sebagai “varian dalam pemantauan.” Di AS, varian ini mulai menggantikan dominasi LP.8.1 karena:

  • Kemampuan tinggi menular
  • Efektivitas tinggi menghindari sistem kekebalan tubuh

Dr. James Lawler, dari University of Nebraska Medical Center, mengatakan bahwa NB.1.8.1 memiliki potensi besar menjadi varian dominan baru secara global.

Tang Jingyuan menambahkan bahwa ini adalah varian rekombinan, hasil mutasi dari dua atau lebih strain Omicron. Dampak jangka panjang dari mutasi ini masih belum diketahui, dan para ahli menyebut dunia saat ini masih dalam tahap observasi.


Kesimpulan: Dunia Perlu Waspada terhadap Gelombang Baru COVID-19

Lonjakan tajam kasus COVID-19 di Tiongkok bukan hanya masalah domestik. Penyebaran varian NB.1.8.1, data resmi yang diragukan, serta penutupan informasi oleh pemerintah membuat banyak pakar mendesak kewaspadaan global. Negara-negara lain perlu meningkatkan pemantauan dan memperbarui sistem respons pandemi mereka agar siap menghadapi potensi gelombang baru pada musim panas ini.

0 comments