Kondisi Wabah di Jerman Kenapa Paling Parah di Nordrhein Westfalen

Polisi berpatroli di jalan-jalan setelah Munich memberlakukan larangan perjalanan. Meskipun ada larangan bepergian, tapi masyarakat masih keluar rumah untuk jalan-jalan, berolahraga, bekerja, berbelanja, ke klinik/RS dll.

YU QINGXIN

Jerman telah terperosok menjadi wilayah epidemi virus PKT, pada peta distribusi epidemi baru-baru ini, warna paling gelap menunjukkan bahwa epidemi yang paling parah adalah negara bagian Nordrhein Westfalen (NRW), Jerman bagian barat, diikuti oleh negara bagian Bayern dan Baden-Württemberg di wilayah selatan.

Virus PKT menyebar ke Jerman, lebih dari setengah diagnosis yang dikonfirmasi Jerman secara resmi pada awal Maret adalah di Nordrhein Westfalen, tiga kematian pertama karena virus PKT juga terjadi di Nordrhein Westfalen. Dari sini dapat dilihat bahwa epidemi di sana memang parah. Mengapa Nordrhein Westfalen terbidik pertama oleh pneumonia Wuhan? Banyak orang tidak tahu dan juga tidak menganggapnya serius, tetapi banyak orang telah mendengarnya, dan lebih banyak orang memperhatikan tren kejadian NRW.

Nordrhein Westfalen memiliki 18 juta penduduk adalah negara bagian terpadat dan juga kapasitas ekonomi terbesar di Jerman. 19 dari 50 perusahaan Jerman terbesar memiliki kantor pusat di sini, dan volume perdagangan mereka mencapai 45% dari total seluruh negeri.

Tetapi ciri khas terbesar NRW bukanlah populasinya yang besar dan ekonominya yang maju, melainkan adalah “kemitraan erat”-nya dengan Partai Komunis Tiongkok. Taraf kedekatan pertukaran ekonomi dan perdagangan antara kedua belah pihak telah menempati peringkat pertama di antara negara-negara federal selama bertahun-tahun. Dalam beberapa tahun terakhir, Duisburg, sebuah kota industri tradisional di NRW, secara aktif merangkul inisiatif “One Belt One Road” dari PKT. Ada 19 Institut Konfusius di Jerman, diantaranya 4 di NRW. Nordrhein Westfalen terkenal dengan “pro-komunis” di Jerman, ini mungkin merupakan karakteristik NRW.

Menteri Ekonomi Negara Bagian NRW, Dr. Andreas Pinkwart, mengatakan dalam acara “Höhepunkte (sorotan)” terhadap NRW tentang Inventory (Bestandsaufnahme) 2019 bahwa dewasa ini terdapat lebih dari 1.100 perusahaan yang didanai orang Tiongkok yang menetap di NRW, bersamaan itu terdapat lebih dari 1.000 perusahaan NRW telah memasuki Tiongkok, jaringan hubungan yang erat telah terjalin antara NRW dengan Tiongkok. Menurut media resmi Partai Komunis Tiongkok, NRW adalah “juara ganda” se Jerman dalam bidang perdagangan dan investasi dua arah dengan pihak Tiongkok dalam beberapa tahun terakhir.

Menurut “Sorotan” jauh lebih dari itu. berdasarkan data 2020 dari NRW Investment Promotion Agency: Pada November 2019, China Railway Container Europe Logistics Co., Ltd. diluncurkan di Duisburg, NRW, telah semakin memperkuat keunggulan regional NRW dalam konstruksi “One Belt One Road” dari RRT; tahun lalu, perusahaan telekomunikasi terkemuka dari Tiongkok seperti Oppo, Vivo dan Xiaomi datang ke NRW untuk berinvestasi dan memulai berbisnis. Saat ini, empat dari produsen smartphone dalam urutan enam kedepan di pangsa pasar dunia (tiga perusahaan diatas ditambah Huawei) berlokasi di NRW.

Di antara “Sorotan” yang disebutkan di atas, peluncuran China Railway Container Europe Logistics Co., Ltd. di Duisburg terhitung paling mencolok. Masalah paling kritis dari proyek One Belt One Road di NRW adalah penggunaan pelabuhan Duisburg. Duisburg Port adalah pelabuhan darat terbesar di dunia, dengan throughput yang besar. Rute pedalaman sepanjang 720 kilometer memiliki 120 buah pelabuhan, yang memiliki akses langsung ke Laut Utara, Laut Baltik, Samudra Atlantik, Laut Mediterania dan Laut Hitam. Duisburg Port, sebagai pusat penting di jalur KA Tiongkok - Eropa, adalah pintu masuk “One Belt One Road” ke Eropa! Peresmian China Railway Logistics Co., Ltd. menunjukkan bahwa masalah kereta China-Eropa di “One Belt One Road” di Duisburg telah terpecahkan. Daripada mengatakan “peresmian/ peluncuran” merupakan penguatan dari keunggulan regional NRW di “One Belt One Road”, lebih cocok mengatakan telah memperkuat status “One Belt One Road” PKT di Nordrhein Westfalen.

Kini, “One Belt One Road” di Eropa - Asia telah menonjolkan pentingnya Pelabuhan Duisburg. Di sini, kereta barang “KA Tiongkok-Eropa” tiba langsung di tepi sungai Rhein, muatan kereta diturunkan atau dipindah muatannya ke kapal, dan kemudian ditransfer dengan kereta api atau truk ke Yunani, Spanyol, Belgia, Belanda atau Inggris dan negara-negara Eropa Barat dan Selatan lainnya.

Saat ini, ada 30 kereta api dari RRT dalam seminggu yang tiba di pusat distribusi pengiriman kereta api yang sangat besar di Duisburg, kereta kontainer penuh dengan pakaian, mainan dan produk elektronik berteknologi tinggi dari Suzhou, Chongqing, Wuhan dan Yiwu, dan kemudian kembali dengan dimuati penuh dengan mobil buatan Jerman, whisky scotch, anggur Prancis, dan tekstil Milan.

Pada September 2019, Gubernur NRW, Armin Laschet, menjanjikan kepada Duta Besar RRT Wu Ken yang waktu itu baru diangkat: NRW selalu mementingkan kerja sama dengan RRT dan secara aktif berpartisipasi dalam inisiatif “One Belt One Road”, kota Duisburg di negara bagian itu telah menjadi simpul kereta Eropa – RRT yang paling penting. Selain itu, NRW telah menjalin hubungan provinsi-negara bagian yang bersahabat dengan provinsi Jiangsu, Sichuan dan Shanxi di Tiongkok. Dia berharap untuk mengunjungi tiga provinsi ini pada tahun ini untuk lebih “memperdalam” hubungan provinsi-negara bagian.
Program O.B.O.R yang membentang di benua Eropa dan Asia telah menonjolkan pentingnya pelabuhan Duisburg. Di sini suasana kereta barang "KA Eropa-Tiongkok" ketika tiba langsung di tepi sungai Rhein.

Sangat menyedihkan melihat apa yang dikatakan Gubernur Laschet. NRW adalah jantung dari Eropa, dengan transportasi air dan darat yang mudah dan cepat, serta akses ke semua arah. Tempat Ini dapat dikatakan strategis. Partai Komunis Tiongkok telah lama mengincarnya dan menghabiskan bertahun-tahun untuk “mengolahnya”. Jika “One Belt One Road” hendak memasuki Eropa, dengan berbasis disini ia akan berkembang dengan cepat. Pelabuhan Duisburg di wilayah itu bahkan lebih krusial. PKT dapat memanfaatkan sepenuhnya pelabuhan ini, seolah-olah seperti telah membuka pintu gerbang untuk melanjutkan navigasinya di benua Eropa.

Dalam negosiasi kedua belah pihak akan ada banyak liku-liku dan cerita yang jarang diketahui orang. Saya tidak berani mengatakan berapa banyak pejabat Jerman yang telah ditaklukkan oleh duit dan wanita cantik dari PKT, tetapi saya yakin bahwa PKT akan menggunakan cara seperti itu untuk menjerat dan kemudian mengancam, memaksa pihak lain untuk bekerja sama dengan mereka. Ini adalah praktik yang konsisten dari PKT dalam menangani masalah-masalah utama, dan terbukti berulang kali berhasil.

Pada Maret 2014, Xi Jinping mengunjungi Pelabuhan Duisburg. Pada upacara penyambutannya, Gubernur Nordrhein Westfalen (NRW) saat itu, Kraft dan Walikota Duisburg Sören Link, keduanya menyatakan bahwa mereka akan merebut Inisiatif Sabuk Ekonomi Jalur Sutra (OBOR) dan membawa “peluang baru” ke pelabuhan NRW dan Duisburg, demi memperkokoh kerja sama antara kedua pihak.

Peluang baru apa saja yang telah dibawa kemitraan semacam ini?

Menurut pendapat Erich Staake, direktur utama Pelabuhan Duisburg, selain menyelesaikan beberapa masalah ketenagakerjaan, mereka memiliki kondisi untuk memodernisasi infrastruktur logistik mereka. Misalnya, gudang baru seluas 20.000 meter² telah dibangun untuk menampung 2.000 kontainer dari perusahaan kereta api RRT. Jelas, bisnis yang sibuk membuat Kota Duisburg telah memperoleh keuntungan besar.

Markas besar Huawei untuk Eropa sejak didirikan di NRW pada 2001 telah menjadi mitra asing terbesar dari Deutsche Telekom yang berbasis di Bonn, NRW. Slogan promosi “Huawei dan Kota Duisburg bergandengan tangan menciptakan model kota pintar” pernah tersebar di seluruh NRW, dan Huawei dianggap sebagai mitra dekat Negara Bagian NRW.

Universitas Essen - Duisburg yang tidak dikenal, berkat “One Belt One Road” juga telah mendapatkan popularitas di daratan Tiongkok, “sekarang ia adalah Universitas Jerman yang terbanyak menarik minat mahasiswa dari Tiongkok”. Tentu saja disana juga ada Institut Konfusius.

Sejarah hubungan baik selama 30 tahun antara NRW dan RRT telah membuktikan bahwa Partai Komunis Tiongkok telah menggunakan kepentingan ekonomi sebagai umpan di seluruh dunia, dengan iming-iming globalisasi, mempromosikan program “One Belt One Road”, di bawah kedok kerjasama win-win solution, mencuri rahasia perusahaan, menyusupkan konsepsi kejahatan dan menggaet pejabat serta politikus korup.

Negara bagian NRW telah berurusan dengan PKT selama bertahun-tahun, apakah benar-benar tidak mengetahui dengan jelas sosok PKT itu seperti apakah? Seberapa jauh hak asasi manusia dapat ditukar dengan profit? Bekerja sama dengan rezim seperti itu, bukankah seperti berteman dengan serigala! PKT tidak memiliki integritas sama sekali, hanya bisa merebut dengan akal busuk. Demi keuntungan, bisa mengambil organ manusia secara hidup untuk mengembangkan industri transplantasi, masih ada hal apa lagikah yang tidak berani dilakukan oleh PKT? PKT bukanlah mitra dan pesaing yang normal, PKT tidak memiliki kemanusiaan dan tidak memiliki garis dasar paling bawah dalam hal nilai universal umat manusia.

Demi memberi lampu hijau bagi inisiatif hegemoni “One Belt One Road” dari PKT, membiarkan PKT menyusup jauh ke dalam, sama saja dengan memasukkan serigala ke dalam rumah. Jika hanya demi keuntungan depan mata bagi negara bagian setempat lalu mengorbankan kepentingan besar generasi penerus Jerman dan bahkan Eropa, bukankah akan menjadi pendosa historis? Seperti kata pepatah, merugikan orang lain sekaligus tidak menguntungkan diri sendiri. Harga yang harus dibayar paling akhir oleh NRW akan jauh lebih besar daripada manfaat langsung yang didapatkan.

Epidemi Virus PKT yang telah menyebar ke seluruh dunia bakal mengubah tatanan politik dan ekonomi dalam lingkup dunia, pertanyaannya adalah, seberapa jauh hak asasi manusia dapat ditukar dengan profit? “Periode bulan madu” antara NRW dan Partai Komunis Tiongkok akan segera berakhir. Pemerintah NRW harus benar-benar mengamati dengan cermat, benar-salah dan untung-rugi dari haluan politik pro-komunis yang mereka anut. Tahun kemarin gegara Italia telah menandatangani perjanjian “One Belt One Road” dengan Partai Komunis Tiongkok, maka di tahun ini, Italia telah menjadi salah satu daerah yang terdampak pandemi paling parah.

Siapa saja yang berjalan erat dengan PKT dan melaksanakan haluan politik “pro-komunis”, ia akan mendapatkan kerunyaman. Ini sama sekali bukan mencari sensasi, melainkan adalah hal yang sedang terbukti. (epochtimes/lin)

0 comments