𝐀𝐤𝐢𝐛𝐚𝐭 𝐓𝐞𝐤𝐚𝐧𝐚𝐧 𝐁𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐓𝐚𝐧𝐠𝐠𝐮𝐧𝐠 𝐉𝐚𝐰𝐚𝐛 𝐖𝐚𝐛𝐚𝐡, 𝑷𝑲𝑻 𝑯𝒖𝒋𝒂𝒕 𝑨𝑺 𝑱𝒖𝒔𝒕𝒓𝒖 𝑴𝒂𝒍𝒂𝒉 𝑲𝒆𝒕𝒂𝒉𝒖𝒂𝒏 𝑩𝒆𝒍𝒂𝒏𝒈𝒏𝒚𝒂

Menlu AS Mike Pompeo menyebutkan, harus melawan informasi palsu terkait wabah yang disebarkan oleh PKT.
CHENG XIAORONG

Baru-baru ini, televisi corong PKT, CCTV mencecar Menlu AS dengan caci maki bergaya Revolusi Kebudayaan, dari 27 hingga 30 April, selama 4 hari berturut-turut memuat 6 komentar, dan 4 di antaranya langsung menyebut nama, intensitas dan penggunaan kata-katanya yang tidak pantas sungguh mencengangkan banyak orang.

Terhadap konten propaganda PKT, masyarakat harus melihatnya dari sisi berlawanan dan mendengar dari sisi sebaliknya, baru bisa melihat tembus fakta yang sesungguhnya. Di depan mata, wabah mengakibatkan PKT terjebak dalam ketidakberdayaan yang belum pernah mereka alami sebelumnya, kecaman masyarakat internasional, investigasi dan tuntutan ganti rugi telah menusuk titik paling menyakitkan bagi PKT. Tekanan seberat gunung, dari corong sampai Kemenlu serta duta “serigala perang” berbarengan ramai-ramai “membombardir”, menandakan PKT sudah benar-benar sangat panik.

Apa sesungguhnya yang dikatakan Pompeo?

Pada 29 April lalu, pada konferensi pers Kemenlu AS Pompeo berpidato, menyatakan dirinya mengkhawatirkan keamanan di laboratorium virologi RRT. Ia mengatakan, dunia ingin memahami bagaimana virus Corona baru (virus PKT) ini merebak di Wuhan, dan menjelaskan, ini bukan untuk kali pertama dunia mengalami penyebaran virus yang asalnya dari RRT. Di hari yang sama, saat diwawancarai oleh Fox News, Pompeo mengatakan, “AS akan membuat PKT bertanggung jawab”, “partai komunis melakukan itu (berbohong), rakyat Tiongkok pun telah dirugikannya, kami tahu, wartawan Tiongkok dan dokter yang memberikan tanda bahaya telah dibungkam. Cara-cara partai komunis seperti ini sudah kita ketahui sejak zaman Uni Soviet dulu, mereka (melakukannya) mengendalikan informasi di dalam negeri, juga agar dapat mengendalikan informasi di seluruh dunia.”

“Mereka (PKT) terus menyebarkan ancaman ke seluruh dunia, dan kami akan mengungkap fakta ini, tak hanya untuk saat ini (wabah), juga agar kelak kejadian ini tak terulang lagi.” Sebelumnya, pada 18 April lalu Pompeo telah mendesak RRT mengijinkan pakar memasuki laboratorium, “Agar semua bisa memastikan sumber virus itu”. Pada 22 April dirinya mengatakan pada wartawan, AS meyakini PKT tidak hanya tidak melaporkan wabah itu secara nyata, setelah Beijing melaporkan kondisi wabah pada WHO sekali pun, PKT tetap saja tak sepenuhnya berbagi informasi, masih saja menutupi tingkat bahaya virus ini.

Pandangan Pompeo seperti ini sama sekali tidak bersinggungan dengan berbagai kosa kata yang dihujatkan oleh PKT seperti “musuh bersama umat manusia”, “merusak batasan kemanusiaan”, “menantang seluruh dunia” dan lain sebagainya. Kuncinya adalah, corong PKT: CCTV tak berani mengutip konten pernyataan tajam Pompeo mengkritik PKT, hanya membombardir secara membabi-buta, di satu sisi melampiaskan kemarahan, di sisi lain menipu penonton di dalam negerinya sendiri. Menariknya adalah, yang paling awal “mengkambing-hitamkan” asal muasal virus, adalah juru bicara Kemenlu PKT yakni Zhao Lijian serta pasukan internet PKT yang dikoordinir untuk menebar desas desus. Tapi, ketika AS menyatakan akan melakukan penyelidikan, PKT justru balik menggigit, sangat memprihatinkan.

Sebenarnya, menyangkal dan klarifikasi yang terbaik adalah membuka gerbang lebar-lebar dan menyambut pihak luar melakukan investigasi. Bukankah selama ini PKT selalu menegaskan “terbuka dan transparan”, serta menyambut semua pihak “datang ke Tiongkok menikmati kebebasan”? Apa yang perlu ditakutkan? Akan tetapi, kenyataannya tidak demikian, dr. Li Wenliang diperingatkan, lalu Fang Bin (netizen) dan Chen Qiushi (reporter) masih belum diketahui keberadaannya, bagaimana pun tulusnya PKT “bersumpah” tidak akan mengubah keadaan. Yang benar tak bisa dipalsu, yang palsu tak bisa dibenarkan, semakin PKT berang dan mengamuk, semakin memperkuat kecurigaan dunia.

Hentikan sumbangan bagi WHO apa hubungannya dengan PKT?

CCTV mengatakan Pompeo akan menghentikan sumbangan bagi WHO, adalah tindakan yang “menginjak dan melecehkan organisasi dan peraturan internasional”, komentator tersebut mendukung WHO, mengulang pujian Tedros (sekjen WHO) terhadap langkah penanggulangan wabah PKT. Dengan penuh hormat PKT berlagak sebagai juru bicara bagi WHO, mewakili WHO menghujat dan melampiaskan kemarahan.

Tak pelak masyarakat pun bertanya-tanya: PKT hanya salah satu anggota WHO saja, AS yang selama ini memberi kontribusi terbesar bagi WHO untuk sementara menghentikan sumbangannya, apa kaitan-nya dengan PKT? PKT yang menguasai semua aset negara, sewaktu-waktu bisa memberikan bantuan dana bagi WHO, tanpa harus ada persetujuan dari seluruh wajib pajak. Amerika adalah pemerintahan yang dipilih rakyat, setahun mengeluarkan dana USD 400 juta lebih, lalu apa hasilnya? Saat wabah datang melanda, demi melayani PKT, WHO menunda dikeluarkannya alarm ke seluruh dunia, masih mengkritik negara yang memberlakukan larangan wisata, yang mengakibatkan warga di lebih dari 200 negara menjadi korban dan ekonomi dunia merosot. Terhadap tindakan yang tak bertanggung jawab seperti itu, apakah tidak pantas untuk diselidiki?

Pernyataan konyol editor Hu tak berdampak bagi Trump, justru ungkap kedok PKT

Beberapa hari lalu, jumlah korban terjangkit virus PKT di AS telah menembus angka jutaan, Presiden Trump menyatakan, “Metode pemeriksaan kita jauh lebih baik daripada banyak negara lain di dunia”. Editor surat kabar Global Times Hu Xijin menulis cuitan di Twitter dalam Bahasa Inggris yang menyebutkan, “Kami warga RRT menyebut cara seperti ini ‘kedukaan ibarat diacarakan pesta’, ini adalah hal yang paling dibenci orang Tiongkok. Orang AS sepertinya sangat sabar.” Ia juga menyindir, “Pemerintah AS bersalah pada warga AS dan seluruh dunia. Tapi para pemimpin AS sangat beruntung, karena warga AS bisa menerima hal ini, jika hal yang sama terjadi di RRT, rakyat sudah mengobarkan revolusi.” Hu Xijin harus tahu, tindakannya ini tak hanya tidak merugikan Trump tapi sebaliknya justru menunjukkan kebesaran AS, dan membuka kartu PKT.

Pertama, meningkatnya jumlah korban terjangkit di AS, terutama karena pemerintah melakukan pemeriksaan cepat dalam skala besar. Seperti diketahui, semakin luas ruang lingkup dan semakin cepat pemeriksaan, akan semakin menguntungkan untuk pengobatan, meningkatnya korban terjangkit adalah hal lumrah. Sebaliknya jika melihat di RRT, standar kesehatan dan medis di seluruh negeri rata-rata lebih rendah daripada AS, sedangkan jumlah warga 4 kali lipat lebih banyak daripada AS, dan jumlah terdiagnosa “hanya” 80.000 orang lebih, dan yang meninggal dunia “hanya” 4.000 orang lebih. Siapa yang percaya? Tidak ada yang percaya.

Kedua, “kedukaan diacarakan seperti pesta” justru adalah cara/kebiasaan PKT yang memalukan, yang lagi-lagi terungkap di tengah wabah Wuhan. Dari “cepatnya RRT” sampai “berkibar bendera partai”, dari “negara besar memerangi wabah” sampai “berterima kasih pada partai komunis”, sampai “jiwa yang bergelora”, lalu “energi positif” dari corong partai, semuanya membuat orang malah merasa mual. Hu Xijin ingin mengalungkan semua ini pada AS? Itu adalah aib yang merupakan hak paten milik PKT.

Ketiga, terdiagnosa satu juta orang, masyarakat AS tetap stabil, ini membuktikan keunggulan sistem Amerika dan keberhasilan kepemimpinan Trump. Bukan pemimpin Amerika “beruntung”, melainkan warga AS yang “beruntung” - presiden, anggota DPR, gubernur, yang dipilih dari lebih 300 juta warga AS berbagai etnis; media massa ketat menyoroti jalannya pemerintahan, presiden setiap hari menghadiri konferensi pers kondisi wabah dan langsung menghadapi berbagai pertanyaan tajam. Wartawan yang membongkar kelemahan pemimpin tidak takut akan diberi peringatan, atau menghilang, naskah beritanya juga tidak akan dihapus oleh kekuasaan; warga boleh berunjuk rasa, berdemonstrasi, tidak akan karena menuntut keadilan lalu “dihadang”, diancam, dianiaya atau ditahan.

Kesimpulan

Propaganda PKT menyerang secara membabi-buta, mengungkap sendiri keburukan PKT dan tidak berdayanya PKT, juga membuat masyarakat melihat jelas tidak berhati nuraninya para tukang pukul artikel. Media massa asing ada yang mengkritik PKT dan menyebutnya, “menang dari wabah tapi kalah dari dunia?” PKT memang telah kalah dari dunia, tapi PKT juga tidak, dan tidak mungkin menang melawan wabah. Masyarakat internasional menyelidiki PKT menutupi wabah, mengecam dan menuntut ganti rugi dari PKT, ini adalah tindakan penting kekuatan kebenaran memerangi kejahatan, pemerintah dan masyarakat semua negara akan mengenal sifat asli PKT lewat proses ini, melakukan berbagai pilihan bijak melepaskan kaitan dari PKT. (epochtimes/sud)

0 comments