Restart atau Restop? Kota-kota Mulai Buka Kembali di Tengah Kekhawatiran Gelombang Kedua

Orang-orang berolahraga di sebuah pusat kebugaran di Cologne, Jerman, pada 11 Mei 2020.

The Associated Press

Plastik penghalang jarak dan jutaan masker muncul di jalan-jalan di kota-kota Eropa yang baru dibuka kembali pada 11 Mei 2020, seperti Prancis dan Belgia yang telah meniadakan lockdown. Belanda mengirim anak-anak kembali ke sekolah dan Spanyol membiarkan orang-orang makan di luar.

Seperti dilaporkan The Associated Press, semuanya menghadapi ke-seimbangan yang sulit untuk berusaha memulai kembali ekonomi yang hancur tanpa menyebabkan gelombang kedua infeksi virus PKT (Partai Komunis Tiongkok) atau yang lebih dikenal dengan virus corona Wuhan.

Kekhawatiran akan lonjakan infeksi di negara-negara yang melonggarkan lockdown timbul selama beberapa hari terakhir di Jerman, dimana kluster infeksi baru dihubungkan dengan ketiga rumah jagal; di Wuhan, kota di Tiongkok tempat virus PKT berawal; dan di Korea Selatan, di mana seorang pelanggan klub malam dikaitkan dengan 85 kasus baru.

Para pejabat kesehatan di Amerika Serikat akan mengawasi dengan seksama hari-hari mendatang untuk kembali merebaknya virus PKT dua minggu, itu setelah negara-negara bagian mulai secara bertahap dibuka kembali.

Pihak berwenang memperingatkan bahwa virus PKT dapat muncul kembali bila tanpa pengujian dan pelacakan luas kontak orang yang terinfeksi. Kini upaya untuk merakit tim pelacak kontak sedang berlangsung di Eropa dan Amerika Serikat.

Sementara beberapa negara seperti Jerman telah membangun penelusuran kemampuan yang kuat, negara-negara lain jauh tertinggal. Inggris sempat menyepelekan upaya awal di pertengahan Maret saat penyebaran cepat virus PKT membuat mereka kewalahan. Kini Inggris merekrut 18.000 orang untuk melakukan pelacakan kontak.

Inggris dan negara-negara lain juga mengembangkan aplikasi telepon seluler pelacak kontak yang dapat menunjukkan apakah seseorang kontak dengan orang yang terinfeksi.

Di sudut yang paling parah di Amerika Serikat, pelacak kontak di New York memulai pelatihan online pada Senin (11/05). Tujuan tanggal 15 Mei untuk membuka kembali bagian-bagian negara bergantung pada kemampuan untuk melacak penyebaran virus PKT.

Gubernur Andrew Cuomo menetapkan persyaratan 30 pelacak kontak per 100.000 penduduk untuk daerah yang akan dibuka kembali. Itu berarti sekitar 6.000 pekerja di seluruh negara bagian.

Menelusuri kontrak di seluruh Amerika Serikat adalah tambalan pendekatan dan tingkat kesiapan.

Dalam melonggarkan lockdown, pihak berwenang Jerman menjabarkan tingkat infeksi tertentu yang dapat menyebabkan diberlakukannya kembali karantina di daerah setempat. Negara-negara lain, dan negara-negara bagian Amerika Serikat, tidak jelas mengenai apa akan cukup untuk memicu tindakan keras lainnya.

Dengan pembukaan kembali sebagian wilayah pada Senin, 11 Mei, Prancis tidak mengharuskan orang-orang untuk membawa formulir yang memungkinkan mereka meninggalkan rumahnya. Kerumunan terbentuk di beberapa stasiun metro di Paris, tetapi kemacetan lalu lintas Paris yang terkenal tidak ada. Hanya setengah dari toko-toko di Champs-Elysees yang buka kembali.

Penata rambut Paris berencana mengenakan biaya untuk alat pelindung diri sekali pakai yang harus dikenakan oleh pelanggan. “Pelanggan yang datang tiba-tiba akan menjadi bagian dari masa lalu,” kata Brigitte L’Hoste, manajer salon Hair de Beauté.

“Wajah dunia kecantikan akan berubah, artinya klien tidak akan datang ke sini untuk bersantai. Klien akan datang karena mereka perlu. Mereka datang dan bertujuan untuk mendapatkan hasil maksimal dalam waktu sesingkat mungkin,” kata Aurelie Bollini, ahli kecantikan di Salon Hair de Beauté.

Di Korea Selatan, pemerintah menekan lagi, batal membuka kembali sekolah yang direncanakan di minggu ini dan menerapkan kembali lockdown pada klub malam dan bar. Pemerintah Korea Selatan berusaha melacak 5.500 pelanggan dari distrik kehidupan malam Seoul dengan memeriksa transaksi kartu kredit, catatan telepon seluler, dan rekaman kamera keamanan.

Di Tiongkok, Shanghai Disneyland dibuka kembali tetapi dengan pengunjung terbatas yang harus mengenakan masker dan diperiksa suhu tubuhnya.

Kira-kira setengah dari 47 juta orang Spanyol beralih ke lockdown yang lebih longgar, mulai bersosialisasi, berbelanja di toko-toko kecil dan duduk di luar di restoran.

Kota-kota terbesar Spanyol, Madrid dan Barcelona, tetap menerapkan lockdown.

Hotel Spanyol diizinkan untuk dibuka dengan tindakan pencegahan, tetapi prospek keuangannya adalah suram karena orang-orang yang tidak diizinkan bepergian ke luar provinsi dan beberapa penerbangan dari luar negeri.

“Sayangnya bisnis tahun ini sudah hilang, yang akan mengakibatkan petaka,” kata Ma-nuel Domínguez, manager di Sevilla, Hotel Doña María kepada The Associated Press.

Di Belgia, pusat perbelanjaan Brussels City2 dibuka kembali, dan “semua orang tidak sabar untuk membuka tokonya, melihat pelanggannya, melegakan meskipun pekerjaan luar biasa yang mereka lakukan untuk mengadaptasi toko-nya, untuk membuat jalur masuk dan keluar untuk pelanggan,” kata manager Jurgen De Gelas.

Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson mengumumkan pelonggaran lockdown tetapi mendesak warga Inggris untuk tidak menyia-nyiakan kemajuan yang sudah dibuat.

Namun, beberapa orang bingung saat pemerintah menggeser slogannya dari “Di Rumah Saja” menjadi “Tetap Siaga”. Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara terjebak dengan motto lama.

Dengan risiko lebih banyak kebingungan, pemerintah Inggris melakukan hal yang sama untuk masker pada hari Senin lalu, memberitahu orang-orang untuk menutup mulut dan hidung mereka di toko serta di bus dan kereta bawah tanah.

“Orang-orang dalam pekerjaan yang tidak dapat dilakukan di rumah harus didorong secara aktif pergi bekerja minggu ini,” kata Boris Johnson.

Boris Johnson juga menetapkan tujuan tanggal 1 Juni untuk memulai membuka kembali sekolah dan toko, jika Inggris dapat mengendalikan kasus infeksi baru. Boris Johnson adalah satu-satunya pemimpin dunia yang menderita serangan serius COVID-19.

Di stasiun kereta Waterloo London, tidak semua orang yakin. “Saya gugup untuk kembali, karena saya memiliki keluarga dan mereka telah mengisolasi sejak awal. Kini saya merasa menempatkan mereka dalam risiko,” kata Peter Osu, berusia 45 tahun, yang kembali bekerja di lokasi konstruksi.

Di Amerika Serikat, pejabat pemerintahan Donald Trump berbicara dengan optimis mengenai rebound ekonomi yang relatif cepat akibat pandemi.

Di seluruh dunia, 4 juta orang dilaporkan terinfeksi virus dan lebih dari 280.000 orang meninggal, lebih dari 150.000 orang meninggal di antaranya di Eropa.

Dr. Christopher Murray, direktur institut Universitas Washington yang menciptakan model yang dikutip secara luas memproyeksikan jalannya wabah, mengatakan bahwa langkah oleh negara untuk membuka kembali bisnis “akan diterjemahkan ke dalam lebih banyak kasus dan kematian dalam 10 hari dari sekarang”. Kasus infeksi dan kematian semakin meningkat dari yang diharapkan di Illinois, Arizona, Florida, dan California.

India melaporkan peningkatan kasus harian terbesarnya pada hari saat India bersiap untuk melanjutkan layanan kereta api untuk melonggarkan lockdown, langkah ini telah menimpa pekerja migran dan keluarga mereka terkait kelaparan.

Di Afrika Selatan, pihak berwenang di Cape Town dan provinsi sekitarnya, menerapkan kembali karantina yang lebih ketat karena daerah tersebut menjadi pusat wabah virus Partai Komunis Tiongkok. Provinsi ini menyumbang sekitar setengah dari 200 kematian akibat virus Komunis Tiongkok di Afrika Selatan. (et/viv)

0 comments