Efektivitas Obat dan Perang Pilpres, Hydroxychloroquine Picu Kontroversi

Pada 7 Juli lalu, penasehat Gedung Putih, Peter Navarro menyatakan, India telah menyimpulkan bahwa penggunaan Hydroxychloroquine cukup efektif dalam mencegah pneumonia PKT. Foto tablet hydroxychloroquine (HCQ) yang ditunjukkan di sebuah apotek di India. Presiden Trump dipuji sebagai “Game Changer” melawan virus PKT.
Media massa yang dikuasai oleh kaum sayap kiri AS dengan sengaja mengatakan Hydroxychloroquine yang efektif melawan pandemi dikatakan tidak efektif, tujuannya hendak membuat kondisi pandemi menjadi begitu parah sehingga memaksa Presiden Trump mundur.
American’s Frontline Doctors: Sampai sejauh ini Hydroxychloroquine adalah obat yang paling efektif untuk menangani virus PKT. 

DR. XIE TIAN

Meluasnya pandemi virus PKT (virus corona Wuhan) telah membuktikan kejahatan PKT menutupi awal kejadiannya, dan terhadap efektivitas “Hydroxychloroquine” dalam pengobatan dan pencegahan virus PKT, terdapat pandangan yang berbeda antara media massa dan majalah kedokteran di AS. Tak sedikit dokter meragukan, dengan pertimbangan politik. Media massa yang dikuasai oleh kaum sayap kiri AS dengan sengaja mengatakan Hydroxychloroquine yang efektif melawan pandemi dikatakan tidak efektif, untuk memperbanyak jumlah orang terjangkit, tujuannya hendak membuat kondisi pandemi menjadi begitu parah sehingga memaksa Presiden Trump mundur.

Dari Rekomendasi Zhong Nanshan Sampai Keyakinan Majalah Medis Prancis

Sejak 19 Februari lalu, Komisi Kesehatan Nasional RRT dalam rencana pengobatan virus PKT versi ke-6 telah mengemukakan uji coba penggunaan dua jenis obat, salah satunya adalah “Chloroquine”. Pakar respirologi Tiongkok yakni Zhong Nanshan pada waktu itu mengatakan, Chloroquine bukanlah “obat mujarab”, tapi bisa dipastikan “cukup efektif”. Hydroxychloroquine adalah sejenis derivatif yang telah dimodifikasi dari Chloroquine, efektivitasnya lebih baik, dengan efek samping lebih kecil. Hydroxychloroquine (disingkat HCQ) dan di pasaran dikenal dengan sebutan Nivaquine atau Plaquenil, di Taiwan disebut juga Hydroxychloroquine. Selama lebih 60 tahun terakhir, obat ini terutama digunakan dalam pengobatan malaria, juga rheumatoid arthritis (radang sendi sejenis rematik), dan lupus eritematosus. Harga jual retail per butir di Taiwan sangat murah yakni kurang dari NTD 3 (1.493 rupiah), atau hanya sekitar HKD 0,79 saja.

Pada 19 Maret lalu, jurnal akademik terkemuka yakni Elsevier memuat sebuah hasil riset tim medis Prancis terhadap Chloroquine dan Hydroxychloroquine dalam mengobati virus PKT. Hasilnya menunjukkan, Chloroquine dapat menekan konsentrasi virus, dan jika ditambahkan dengan obat-obatan anti-mikoplasma (Azithromycin), maka di hari ke-5 dapat mencapai efek membersihkan virus secara tuntas.

Majalah Kedokteran Terkenal: Siapa Benar, Siapa Salah, dan FDA

Pada 18 Mei lalu, Presiden Trump secara terbuka menyatakan bahwa saat ini ia sedang mengonsumsi Hydroxychloroquine untuk mencegah virus PKT (virus corona Wuhan). Dokter Gedung Putih tidak merekomendasikan untuk mengkonsumsi obat tersebut, tapi tidak pula melarang. Ia berkata, setiap hari ia memakan satu tablet Hydroxychloroquine.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS pada April lalu pernah mengeluarkan peringatan terhadap Hydroxychloroquine (HCQ), alasannya karena riset menunjukkan obat tersebut mungkin akan menimbulkan efek samping terhadap penderita tertentu, termasuk pandangan mata kabur, timbul ruam pada kulit, mual, dan pusing, sangat dilarang bagi ibu hamil dan penderita alergi.

Efek samping lainnya adalah sakit perut, mencret, muntah, ruam ringan, sakit kepala, dan lain-lain, akan tetapi setelah beberapa lama mengonsumsi obat, efek samping tersebut akan lenyap secara perlahan.

Pada Juni lalu, FDA mencabut otorisasi penggunaan darurat terhadap Hydroxychloroquine dan Chloroquine. Tapi di bulan yang sama sebuah hasil riset yang menyatakan obat tersebut dapat mengakibatkan tingkat kematian yang lebih tinggi juga ikut dicabut. Termasuk artikel yang dipublikasikan oleh media cetak medis internasional yakni The Lancet yang menyebutkan bahwa “riset dan eksperimen” terhadap obat tersebut tidak cukup membuktikan khasiat pengobatannya. Ini membuat pasar membatasi pasokan terhadap obat jenis ini.

Pada 3 Juni lalu, sebuah majalah medis papan atas AS, New England Journal of Medicine (NEJM) merilis tesis dari University of Minnesota yang menyebutkan, dari eksperimen terhadap 821 orang penguji di AS dan Kanada menunjukkan, mengonsumsi Hydroxychloroquine untuk mencegah virus PKT, efektivitasnya hampir sama dengan plasebo atau obat kosong.

Tapi pada awal Juli, sebuah hasil riset terbaru menyebutkan, Hydroxychloroquine dapat menurunkan tingkat kematian akibat virus PKT. Menurut The Epoch Times versi Bahasa Inggris, Henry Ford Health System di Michigan telah menganalisa rekam medis lebih dari 2.500 penderita, didapati sebanyak 13% pasien yang diberi Hydroxychloroquine meninggal dunia, sedangkan bagi pasien yang hanya mendapat perawatan standar tingkat kematiannya adalah 26,4%.

Dokter Garis Depan: Obat Penangkal Virus Paling Efektif

Pada 7 Juli pagi hari, penasehat Gedung Putih Peter Navarro menyatakan, India telah menyimpulkan penggunaan Hydroxychloroquine cukup efektif, jika AS sesegera mungkin menggunakannya (Hydroxychloroquine) untuk pengobatan, akan dapat menurunkan rasio kematian akibat virus PKT hingga 50%, dan ini menyangkut nyawa puluhan ribu warga AS.

Pada 28 Juli, sebanyak 20 orang dokter di berbagai negara bagian yang tergabung dalam American’s Frontline Doctors terbang ke Washington DC, menggelar konferensi persi di depan Capitol Hill, mengumumkan informasi pertama yang mereka peroleh saat menolong pasien di garis terdepan: sampai sejauh ini Hydroxychloroquine adalah obat yang paling efektif untuk menangani virus PKT.

Para dokter itu menyatakan, berbagai informasi “data riset” yang terkait virus PKT yang diumumkan beberapa bulan terakhir ini oleh media massa arus utama maupun kalangan ilmiah, bahkan juga oleh NIH (National Institute of Health), adalah tidak benar, tidak menyeluruh dan mengandung konten yang menyesatkan masyarakat, dan ini merupakan “serangan propaganda dengan rekayasa data dalam skala besar” yang mengandung unsur politik.

Konferensi pers sipil kali ini kurang dari 8 jam setelah dipublikasikan serempak di Facebook, telah disaksikan oleh 1,7 juta kali lebih, tapi rekaman video ini dengan segera dihapus dan diblokir oleh Facebook, Twitter, dan juga YouTube di bawah naungan Google.

Oknum Mempolitisir Obat-Obatan, Hydroxychloroquine Dapat Turunkan Kematian

Pendiri American’s Frontline Doctors yakni Dr. Simone Gold yang berprofesi dokter sekaligus pengacara itu mengatakan, hanya menyoroti jumlah orang terjangkit saja tidak akan menyelesaikan masalah apa pun. Jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit dan rasio kematianlah masalah krusialnya.

Gold mengatakan, berdasarkan pengalaman para dokter di lapangan ini menunjukkan, pasien yang mengkonsumsi Hydroxychloroquine dua kali setiap minggu, dan setiap hari mengkonsumsi Zinc, akan mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik. Gold berkata, para politisi telah “mempolitisir” Hydroxychloroquine ini, sehingga menyebabkan lebih dari 100.000 orang warga AS yang bisa diobati meninggal dunia.

PhD Medis James Todaro adalah dokter pertama yang mempublikasikan artikel bahwa Hydroxychloroquine itu dapat mengobati virus PKT. Dia juga merupakan dokter yang paling awal mendapati majalah The Lancet telah mempublikasikan data yang bersifat menipu serta mengadakan investigasi terhadapnya. Akibat data “ilmiah” palsu inilah, Uni Eropa dan sejumlah organisasi internasional menghentikan riset terhadap Hydroxychloroquine.

Dokter Stella Immanuel pada saat menyampaikan hal ini sulit menahan luapan emosinya, dia mengatakan setelah menggunakan Hydroxychloroquine atau Zinc, dia telah menyembuhkan 350 orang pasien. “Sesudah menggunakan Hydroxychloroquine, mereka telah sehat kembali, tidak ada satu pun kasus meninggal dunia.”

Dokter Immanuel mengkritik para pakar dari NIH dan CDC AS yang mengatakan “terhadap Hydroxychloroquine belum ada penelitian yang cukup matang”. “Di saat begitu banyak pasien meninggal dunia, kalian semua justru bersikeras harus dilakukan riset double-blind? Ini sungguh tidak bermoral!” Sebagai tindakan pencegahan, dr. Immanuel dan rekan dokter lainnya juga mengkonsumsi Hydroxychloroquine. Pada saat ini, di antara para dokter itu tidak ada seorang pun yang terjangkit virus padahal mereka setiap hari terpapar di tengah virus, seperti pengaturan penggunaan mesin ventilator bagi pasien.

Yan Limeng: Semua Petinggi PKT Mengkonsumsi Hydroxychloroquine

Seruan dokter telah menimbulkan pengaruhnya, FDA mulai memberikan lampu hijau bagi Hydroxychloroquine. Pada 29 Juli lalu menurut media asing, perusahaan produsen film negatif ratusan tahun yakni Kodak telah memperoleh kredit senilai USD 765 Juta (11,3 triliun rupiah) dari pemerintah AS yang akan digunakan untuk memproduksi bahan baku obat, diantaranya termasuk Hydroxychloroquine untuk membantu menghadapi pandemi virus PKT.

Pada 31 Juli lalu, saluran CCTV PKT masih terus menyerang efek Hydroxychloroquine dalam mencegah pandemi, tapi di hari yang sama, ahli virologi Hong Kong yang melarikan diri ke Amerika yakni Yan Limeng, dalam siaran langsung bersamanya dengan komentator Luther dan mantan pakar strategi Gedung Putih mengungkapkan, para petinggi PKT sejak awal telah mengetahui efektivitas Hydroxychloroquine, dan terus mengkonsumsinya sebagai pencegahan.

Yan Limeng mengatakan, pada 2005 Hydroxychloroquine telah terbukti sangat efektif dalam mengobati SARS, adalah obat yang aman dikonsumsi dalam jangka waktu panjang, bahkan ibu hamil dan anak-anak pun boleh mengkonsumsinya dalam jangka waktu panjang, yang perlu diperhatikan hanyalah dosis aman yang boleh dikonsumsi saja. Yan sendiri setiap hari mengkonsumsinya. Dia juga mengatakan semua data klinis yang diberikan oleh perusahaan-perusahaan itu adalah data fiktif.

Yan Limeng juga mengungkap besar-besaran fakta pencegahan pandemi di kalangan pejabat tinggi PKT. Dia berkata, di Tiongkok, pejabat tinggi pada jenjang tertentu mengetahui bahwa Hydroxychloroquine sangat efektif mengobati virus PKT, para pejabat tinggi tersebut berikut para dokter di rumah sakit militer juga mengkonsumsinya. Tapi informasi penting seperti ini tidak diketahui oleh semua rakyat Tiongkok, para dokter dan perawat pada garis terdepan yang menghadapi risiko tinggi pun tidak tahu menahu akan hal ini.

Mengenai alasan PKT tidak mengumumkan informasi ini, Yan Limeng berkata, “PKT tidak ingin kita mengetahui tentang obat ini, PKT tidak mau manusia menang melawan virus ini, karena virus PKT dapat menghancurkan ekonomi dan kesehatan publik di seluruh dunia.” Ia berkata, ini menyangkut rantai kepentingan raksasa di balik penelitian dan pengembangan vaksinnya, jadi PKT berusaha keras menutupi segalanya demi menyesatkan masyarakat dunia, bahkan tidak segan-segan mengorbankan nyawa manusia untuk mewujudkan hal ini. (et/sud/sun)

0 comments