Tak Biasanya, PKT Respon Cepat Rencana Trump Copot TikTok dalam 90 Hari

Riset terbaru Pew Research Center: Sebanyak 78% responden Amerika menilai rezim PKT bertindak tidak wajar, dan telah menyebabkan pandemi di seluruh dunia; sebanyak 77% responden tidak percaya pada PKT dan Xi Jinping; bahkan sebanyak 73% responden menyatakan, walau merusak hubungan ekonomi, Amerika seharusnya mendorong penegakan HAM di Tiongkok.

ZHONG YUAN

Pada Jumat, 14 Agustus 2020 lalu, Presiden AS, Donald Trump telah menandatangani perintah eksekutif menuntut agar perusahaan ByteDance asal Tiongkok harus mencopot asetnya yang ada di Amerika dalam tempo 90 hari, yakni TikTok.

Pada Sabtu, 15 Agustus, media PKT (partai komunis Tiongkok), kantor berita Xinhua dengan cepat memberitakan dan merespon, berharap agar Amerika “berhenti menekan”. Mengingat beda waktu 12 jam antara Washingtong dengan Beijing, respon PKT ini tergolong super cepat, hal yang sangat jarang dijumpai.

Yang lebih langka lagi adalah, media PKT walaupun terus menggunakan kosakata yang melecehkan, namun pada dasarnya telah menahan sikap untuk tidak mencaci maki seperti biasanya. Perintah eksekutif terbaru Trump ini merupakan tindak lanjut larangan keras terhadap TikTok, tidak ada kompromi. Menghadapi pukulan berat dari Trump ini, respon cepat namun lemah PKT, semakin menunjukkan ketidakberdayaan mereka.

Seberapa Penting TikTok bagi PKT

Sebelumnya terdapat rumor, pada perundingan perwakilan dagang AS-RRT yang akan segera diselenggarakan, PKT berharap dapat mengajukan masalah larangan terhadap perusahaan Tiongkok di AS, mungkin termasuk TikTok dan WeChat, bahkan mungkin juga termasuk larangan teknologi seperti Huawei dan lain sebagainya. Perintah eksekutif terbaru Trump telah menyumbat kemungkinan ini.

Faktanya, walaupun Trump tidak bertindak, perwakilan dagang AS, Robert Lighthizer adalah orang yang sangat cermat dalam bertindak, ia seharusnya tidak akan menyetujui pembahasan masalah yang tidak berkenaan dengan kesepakatan perdagangan. Dialog kedua pihak ini adalah untuk meninjau kondisi pelaksanaan kesepakatan dagang, atau bisa dikatakan melihat apakah PKT telah melaksanakan kesepakatan atau tidak, pihak AS telah menurunkan tarif masuk, sisanya adalah konten yang harus dilaksanakan oleh PKT. Trump tidak membahas harapan akan kesepakatan tahap selanjutnya, hanya mengulas apakah kesepakatan tahap pertama sudah dilaksanakan atau tidak.

PKT jelas tidak secara serius menjalankan kesepakatan, sehingga terpaksa harus meminta agar dialog ditunda. Ini juga merefleksikan, PKT tidak ambil pusing terhadap kesepakatan dagang itu, bukan hanya tidak dijalankan, bahkan jadwal peninjauan pun diabaikan oleh PKT, sama sekali tidak ada persiapan.

Tentu, Rapat Beidaihe (rapat tahunan khusus elite partai di Beidaihe) pun sangat mungkin sudah macet, pembahasan tentang hubungan AS-RRT belum ada kesimpulan, juga tidak bisa dipastikan bagaimana menghadapi tindakan AS berikutnya yang tak terduga. Dari respon cepat PKT itu, larangan Trump terhadap TikTok menandakan pukulan bagi PKT jauh melampaui dugaan.

Hal ini juga dari sisi sebaliknya membuktikan, Trump benar-benar telah berhasil menghantam titik vital PKT, dan ancaman keamanan yang disebutkan Trump, jelas banyak sekali, jika hanya menyangkut sebuah piranti lunak biasa, tentu PKT tidak akan seberang ini, dari sudut pandang tertentu, reaksi bawah sadar PKT tidak kalah dengan saat Huawei dilarang.

WeChat Juga Sangat Berarti bagi PKT

Trump ingin membersihkan internet, maka langkah berikutnya adalah WeChat, baru-baru ini respon beberapa perusahaan besar AS sangat aneh.

Menurut informasi, Apple, Disney, dan sejumlah perusahaan besar yang baru saja mengikuti rapat telekonferensi dengan pejabat pemerintahan Trump, menyatakan bahwa akibat dari melarang WeChat mungkin akan “sangat serius”. Bahkan ada wartawan yang sengaja menanyakan ini pada Trump, seperti produk iPhone dari Apple jika tidak bisa menggunakan WeChat maka akan kehilangan pasar di Tiongkok.

Jawaban Trump sangat lugas, “Tak jadi soal, kami harus melakukan hal yang bermanfaat bagi keamanan nasional. PKT telah membuat kami sangat kecewa”.

Perusahaan AS yang berkepentingan di Tiongkok ini mencoba menghalangi Trump melarang WeChat, hal ini seharusnya sudah diduga oleh banyak pihak. Lebih banyak lagi orang akan berpendapat, melarang WeChat hanya akan berpengaruh terhadap etnis Tionghoa di Amerika saja, dampaknya di Amerika sepertinya jauh di bawah TikTok, tapi perusahaan AS tersebut justru lebih peduli terhadap WeChat, sungguh tidak bisa dipercaya. Ini juga seharusnya mengingatkan Trump, bahwa ancaman WeChat terhadap AS mungkin jauh lebih besar dari yang dibayangkan.

WeChat terang-terangan mencuri informasi pribadi dan setiap saat dikendalikan oleh PKT, begitu banyak perusahaan AS justru membela WeChat, seharusnya bukan sekedar ketidaknyamanan akibat tidak bisa menggunakan WeChat, sangat mungkin perusahaan-perusahaan yang berkepentingan di RRT tersebut mendapat tekanan dari rezim PKT, sehingga terpaksa bersuara.

Seberapa Dalam Penetrasi PKT

Dalam pidatonya pada Juli lalu Jaksa Agung Barr berkata, “Seiring dengan hilangnya reputasi pemerintah PKT di seluruh dunia, Kementerian Kehakiman telah melihat semakin banyak pejabat PKT dan perwakilannya berinteraksi dengan pemimpin perusahaan besar Amerika, serta membujuk mereka agar melindungi kebijakan dan tindakan yang disukai PKT, suara Amerika yang sembunyi di belakangnya dapat meningkatkan pengaruh pemerintah PKT, terlebih dapat memicu simpati pada para penegak hukum yang merupakan orang Amerika, dengan menutupi keterlibatan kemajuan politik kita, PKT telah menghindari pemaparan aktivitas lobinya.”

Pernyataan sikap perusahaan AS tersebut terhadap WeChat persis telah menorehkan catatan kaki yang terbaik bagi pernyataan Jaksa Agung. Perusahaan AS tersebut tengah bersuara untuk membela rezim PKT, berupaya melobi pemerintah AS, berupaya melobi Presiden Trump. Jika presiden AS tidak bisa menahan lobi-lobi seperti itu, lalu apa yang akan terjadi selanjutnya? Diperkirakan akan takluk sepenuhnya pada rezim PKT, bergabung dengan “komunitas bersama manusia senasib” yang digadang-gadang PKT.

Capres dari Partai Demokrat minggu lalu pernah menyatakan, begitu terpilih, dirinya akan menghapus tarif masuk tinggi terhadap produk dari RRT, kemudian asistennya buru-buru meralat dan mengatakan akan mempertimbangkan kembali hal itu. Ini tidak hanya pembenaran politik, melainkan juga menapaki jalan lama, meneruskan kebijakan interaksi yang telah gagal. Kebijakan seperti itu sangat bertentangan dengan survei masyarakat terbaru yang dilakukan oleh Pew Research Center.

Berdasarkan hasil riset terbaru oleh Pew Research Center, sebanyak 78% responden Amerika menilai rezim PKT bertindak tidak wajar, dan telah menyebabkan pandemi di seluruh dunia; sebanyak 77% responden tidak percaya pada PKT dan Xi Jinping; bahkan sebanyak 73% responden menyatakan, walau merusak hubungan ekonomi, Amerika seharusnya mendorong penegakan HAM di Tiongkok. Ini adalah aspirasi arus utama di Amerika, yang telah dilakukan Trump, sesuai aspirasi warga, sesuai dengan keamanan dan kepentingan AS.

AS Lepas Kaitan dengan Rezim PKT Tak Terbendung

Kebijakan Trump untuk melepaskan keterkaitan dengan rezim PKT sudah tak terbendung lagi, rezim PKT juga telah menyadari hal ini, tengah diam-diam mengerahkan berbagai cara berusaha mengulur waktu. Beralasan jika meyakini PKT mengharapkan Trump gagal menjabat kembali, lalu meneruskan berbagai cara penetrasi, melobi AS mengubah kebijakan interaksinya, ini akan sangat membahayakan bagi Amerika. Selama bertahun-tahun, PKT dengan skala tinggi memperlihatkan ambisi hegemoninya, karena beranggapan penetrasi seperti ini sudah nyaris berhasil.

Sejumlah perusahaan AS belum bersedia melepaskan kepentingannya di Tiongkok, tidak bersedia mengikuti tren melepaskan keterkaitan. Perusahaan tersebut terus dipaksa untuk menyerahkan kekayaan intelektualnya kepada PKT, di tengah pandemi ini juga mengalami kerugian besar, bisnis seperti ini apakah mungkin bertahan lama? Apple dan Samsung memproduksi ponsel dan membangun bisnis di Tiongkok, banyak teknologi mereka sudah dicuri sejak awal, ponsel seperti Huawei, Xiaomi, dan lain-lain setelah mendapatkan teknologi terkait itu, Samsung pun terdepak keluar dari pasar Tiongkok dengan cara non-pasar. Apple tengah mengalihkan rantai pasokannya ke India, masihkah berpikir bisa mempertahankan bisnis di Tiongkok? Setelah berhasil mencuri teknologi dari Apple, jika tidak bisa meraup keuntungan, apakah Apple masih bernilai bagi PKT?

Begitu pula dengan perusahaan AS lainnya, yang sekarang melobi pemerintah AS bgi PKT, di kemudian hari mungkin akan ditendang oleh PKT. Bahkan mata-matanya sendiri pun PKT dengan mudah mencampakkannya, dan pejabatnya pun sewaktu-waktu bisa dijebloskan ke penjara, bagaimana mungkin akan peduli terhadap orang AS atau perusahaan AS? Kisah tragis sekelompok pengusaha Taiwan apakah masih belum cukup?

Trump bertekad melepas kaitan AS dengan rezim PKT, ini adalah aspirasi arus utama warga AS. Status media massa PKT dan Institut Konfusius telah diubah menjadi tim negara asing, Kedubes AS di Tiongkok telah mengganti simbolnya, TikTok dan WeChat dilarang, lepas kaitan di sektor keamanan dilakukan lebih dulu, lepas kaitan secara politik juga sudah dimulai, lepas kaitan secara ekonomi tengah dilakukan.

Rezim PKT tengah berusaha bertahan hidup, secara bawah sadar berusaha mencari ruang untuk tetap eksis, tapi takdir sudah ditentukan, rontaan PKT hanya akan semakin mempercepat keruntuhannya. Baik perusahaan AS, warga AS, negara di dunia, atau lebih banyak orang Tiongkok, harus menentukan pilihan di antara kebenaran dan kejahatan, pilihan ini juga akan secara langsung menentukan masa depan setiap orang. (et/sud/sun)

0 comments