Diplomasi Vaksin PKT Melibatkan Kesehatan 2 Miliar Orang, Pakar menyarankan Pertimbangan Mendalam

Dalam kompetisi penemuan vaksin dan demi “menjadi yang terdepan”, vaksin corona baru yang diprakarsai oleh PKT, yang mengklaim mencapai 100% efek perlindungan, telah dipertanyakan klaim yang dibesar-besarkan tersebut. (DAVID GREEDY | GETTY IMAGES)
CHEN HAN & LIN CENXIN

Virus PKT (pneumonia Wuhan) menyebar secara global pada awal tahun ini, sedangkan “diplomasi masker” yang semula digulirkan oleh PKT (Partai Komunis Tiongkok) ternyata memperoleh kegagalan dalam menambah poin pada citranya, dan baru-baru ini PKT meluncurkan “diplomasi vaksin” serta berjanji kepada banyak negara untuk memprioritaskan penyediaan vaksin virus PKT (vaksin corona baru) tersebut.

Para ahli percaya bahwa PKT tidak menghiraukan segala konsekuensi demi menggalakkan diplomasi vaksin dengan tujuan menarik sejumlah negara untuk berpihak kepadanya. Bila tiba saatnya nanti dunia dibanjiri produk bermutu rendah, dikhawatirkan hal itu dapat menimbulkan bencana kedua.

”Diplomasi vaksin” yang digalakkan oleh PKT melibatkan sekitar 2 miliar orang

PKT baru-baru ini mengumumkan bahwa sebelum akhir tahun, vaksin yang dikembangkan oleh grup farmasi RRT akan dipasarkan. Pada saat yang sama, PKT mulai memberi jaminan ke mana-mana untuk memberikan “prioritas” kepada sejumlah negara dalam menggunakan vaksin buatan RRT itu.

Pada 15 Agustus The Wall Street Journal melaporkan, pejabat pemerintah Pakistan menyatakan bahwa Kelompok Medis RRT telah bekerja sama dengan Universitas Karachi di Pakistan untuk melakukan uji coba vaksin, begitu vaksin selesai diproduksi, mereka akan memberikan vaksin yang mencakup seperlima dari populasi negara itu. Pakistan memiliki populasi sekitar 212 juta, dan 44 juta dosis vaksin akan dipersiapkan.

Dalam wawancara dengan Afganistan Times pada pertengahan Agustus lalu, duta besar RRT untuk Afganistan, Wang Yu, mengatakan bahwa setelah pengembangan vaksin Tiongkok berhasil, maka akan diprioritaskan untuk Afganistan; ketika Wang Yi (Deplu RRT) berbicara dengan menteri luar negeri Maroko pada 18 Agustus, ia juga menyebutkan bahwa setelah pengembangan vaksin selesai akan memprioritaskan ketersediaannya untuk digunakan di negara-negara Afrika.

Pada 24 Agustus, ketua Dewan Negara RRT Li Keqiang menyebutkan bahwa setelah vaksin selesai, akan memprioritaskan ketersediaannya kepada lima negara yang dialiri Sungai Mekong yakni: Vietnam, Laos, Myanmar, Thailand dan Kamboja.

Distribusi vaksin juga melibatkan sengketa di Laut Tiongkok Selatan. Pada bulan lalu, Presiden Filipina Duterte, setelah berjanji untuk tidak mengizinkan pasukan AS kembali ke pangkalan Filipina lalu mengajukan permintaan vaksin kepada RRT dan mendapatkan persetujuan dari juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Wang Wenbin untuk “memprioritaskan kebutuhan Filipina” dalam hal vaksin.

Selain komitmen publik di atas, tim vaksin Beijing sedang melakukan uji coba pada manusia Tahap III di luar negeri, vaksin adenovirus CanSino Bio diuji bekerja sama dengan Arab Saudi; vaksin yang dikembangkan antara CanSino dan Watson Bio diuji di Meksiko; vaksin dilemahkan yang dikembangkan oleh Sinopharm Group sedang melakukan uji coba Tahap III di Indonesia, UEA, Argentina, Peru dan Maroko; bioteknologi Kexing Beijing diuji di Brasilia.

Setelah vaksin selesai, negara-negara yang ikut serta dalam pengujian vaksin ini juga akan diprioritaskan dalam pemasokan vaksin oleh RRT.

Li Linyi komentator kejadian aktual, menganalisa bahwa total populasi negaranegara yang terdaftar sebagai “prioritas” disediakan, hampir 2 miliar orang, jika ditambahkan Tiongkok, maka akan melibatkan sekitar 3,5 miliar orang di seluruh dunia. Beijing tidak mungkin dapat menghasilkan begitu banyak vaksin sekaligus. Tujuan mendasarnya adalah untuk menarik negara-negara ini agar berpihak kepadanya dan untuk mencegah negara-negara tersebut merapat ke kubu Barat dan Amerika Serikat dalam masa konfrontasi AS-RRT saat ini.

Dunia tidak mempercayai PKT yang pernah menerapkan “diplomasi masker”

Pada Januari tahun ini, lantaran otoritas Beijing menyembunyikan epidemi, telah menyebabkan wabah pneumonia Wuhan meletus lalu membawa bencana bagi seluruh dunia. Mulai Maret lalu, Beijing mengekspor masker, alat uji, dan respirator ke banyak negara di dunia dan memaksa negara-negara pengimpor itu memuji RRT. Prancis “Le Monde” pernah menerbitkan artikel yang menunjukkan bahwa “diplomasi masker” pemerintah Beijing dengan promosi diri tidak berhasil, dan dunia luar tidak mempercayai malahan mencurigainya.

Hingga Agustus lalu, epidemi global masih sangat parah, baru-baru ini jumlah infeksi baru serta kematian meningkat termasuk di Korea Selatan, Italia dan Vietnam.

Para sinolog: PKT dengan vaksinnya ingin menyingkirkan Isolasi diplomasi yang belum pernah terjadi sebelumnya

Chen Kuide, ketua eksekutif dari Princeton China Institute, menyatakan kepada The Epoch Times bahwa PKT di awal kejadian menyembunyikan epidemi dan telah dikecam secara global, di saat ini hubungan diplomatiknya sangat terisolasi. “Maka itu ia memperhitungkan jika vaksin dapat dikembangkan lebih awal tentu akan memperoleh sikap bersahabat dalam hubungan diplomatiknya dengan negara lain dan secara bertahap menyingkirkan dilema diplomatik.”

Menurut Chen, pertama-tama tergantung pada apakah PKT dapat memimpin dalam mengembangkan vaksin yang benar-benar efektif, dalam hal ini semua pihak merasa skeptis dan mencurigai bahwa sangat mungkin PKT tidak akan mengikuti prosedur medis dalam memproduksi vaksin demi merebut pasar dan menjadi pusat perhatian.

Pakar medis: Vaksin yang dikembangkan di bawah kebutuhan strategis PKT mungkin menjadi vaksin bermutu rendah

Mantan Peneliti Virologi Institut Penelitian Angkatan Darat AS Dr. Lin Xiaoxu menyatakan kepada The Epoch Times bahwa pengembangan vaksin harus disetujui sesuai dengan prosedur pengembangan produk ilmiah dan biologis yang ketat untuk memastikan keamanannya. “Ketika pemerintah (RRT) menyebutkan kebutuhan strategis, itu malah bakal menjadi masalah, menunjukkan pertimbangan politik akan jauh melebihi faktor lain.”

Lin Xiaoxu menunjukkan bahwa ketika PKT mengusung label “kebutuhan strategis”, malahan memberi label pada kualitas vaksin, yang menunjukkan bahwa ini kemungkinan besar adalah produk bermutu rendah. “Demi mempertimbangkan kebutuhan politik dan strategis yang harus diletakkan pada posisi pertama, ia tidak akan ragu untuk mengambil jalan pintas dan jalan menikung, meskipun kualitas produk tidak cukup baik, juga sangat mungkin secara sengaja menciptakan data palsu.”

Ia menyebutkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, dunia vaksin di Tiongkok terus bermunculan insiden vaksin beracun dan vaksin bermasalah. Kasus vaksin palsu di Provinsi Jiangsu pada 2004, insiden vaksin Hepatitis A di Provinsi Anhui pada 2005, kematian dan kecacatan hampir seratus siswa di Provinsi Shanxi pada 2007, vaksin rabies bermasalah pada 2009 di Dalian, vaksin ilegal di Weifang Provinsi Shandong pada 2012, dan pada 2018 sebanyak 400.000 dosis vaksin DPT (Diphtheria Tetanus Pertussis) bermasalah yang dikembangkan oleh Wuhan Biology, anak perusahaan dari China National Pharmaceutical Group.

Para ahli menghimbau kepada negara-negara yang terlibat dalam diplomasi vaksin PKT untuk berpikir dua kali

Menurut data WHO pada awal Agustus lalu, saat ini terdapat sekitar 165 macam vaksin dalam tahap uji coba di seluruh dunia, 26 macam dalam uji klinis, dan 6 macam dalam uji klinis fase III, 3 macam di antaranya berasal dari Tiongkok, Inggris dan Amerika Serikat masing-masing ada satu, serta satu unit dikembangkan bersama oleh Jerman dan Amerika Serikat.

“Inggris dan Amerika Serikat sedang memburu jadwal kemajuan penelitian dan pengembangan vaksin, termasuk vaksin yang dipimpin oleh Universitas Oxford ini juga telah memasuki tahap ketiga dari percobaan, tetapi mereka tidak perlu mengikuti diplomasi vaksin seperti ini,” kata Lin Xiaoxu.

Atas kebutuhan PKT sendiri, untuk mengikat beberapa negara sebagai kelompok yang mereka “prioritaskan” dalam penyediaan vaksin, Lin Xiaoxu menyarankan agar negara-negara ini sebaiknya berpikir dua kali, “Jika hasil produksi vaksin Tiongkok tidak begitu memuaskan, tetapi karena kedua negara telah menandatangani kontrak, bahkan ada yang sudah membayar uang muka, hal itu membuat masyarakat mau tidak mau harus menggunakan vaksin ini, sehingga begitu vaksin itu ternyata bermasalah, akan membawakan bencana kedua bagi masyarakat di negara tersebut.”

Pada saat ini, berbagai organisasi internasional dan negara Barat telah menginvestasikan sejumlah besar dana untuk mengembangkan vaksin, tetapi ada suara lain di komunitas ilmiah, yang menyarankan agar masyarakat dengan tenang menangani pengembangan vaksin dan jangan menaruh semua harapan pada vaksin.

“Banyak ilmuwan menganggap virus PKT ini sebagai ‘virus yang sempurna’, dan terlepas dari mutasinya pada virus atau kemampuannya untuk menghindari sistem kekebalan, dewasa ini masih cukup menantang bagi umat manusia, oleh karena itu, vaksin yang dikembangkan oleh berbagai negara mungkin tidak dapat mencapai efek perlindungan yang ideal, saya pikir orang-orang seharusnya memiliki persiapan mental seperti ini, ”pungkas Lin Xiaoxu. (et/lin/sun)

0 comments