Serangan Balik Trump Efektif, Terselip Ancaman dalam Candaan Obama

 

Presiden Trump mengatakan pada 21 November bahwa tantangan hukum untuk penipuan pemilu belum terselesaikan, dan Biden sangat ingin membentuk kabinet, yang membingungkan. (Foto oleh Tasos Katopodis / Getty Images)


ZHOU XIAOHUI

Ajang akbar pilpres AS telah lebih 20 hari berlalu, selama ini berita dari media massa arus utama yang menggila terus bermunculan, satu demi satu fraud alias kecurangan terkait pilpres menganjurkan agar Presiden Trump mengakui kekalahan dan banyak gugatan dicabut, mulai muncul ke permukaan.

Jika pada paruh awal kaum sayap kiri AS dan bayang-bayang Partai Komunis Tiongkok (PKT) di baliknya menggunakan media massa, mengobarkan perang propaganda dan politikus internasional mengirimkan ucapan selamat sebagai dukungan, agar membuat Joe Biden dari Partai Demokrat “terpilih menjadi presiden” menjadi kenyataan, dan mengarang berita palsu, tak lain membuat masyarakat tidak tahu apa yang harus diperbuat. Maka pada paruh akhir ini, tim sukses Trump membalas dengan serangan yang tak kalah kerasnya, dengan bukti yang melimpah mengungkap berbagai kecurangan yang sulit dipercaya telah terjadi di AS.

Awalnya, tim sukses Trump membentuk tim pengacara handal, antara lain termasuk mantan Walikota New York yang juga pengacara pribadi Trump, Rudy Giuliani, pengacara terkenal mantan jaksa, Sidney Powell, dan pengacara HAM terkenal AS, Lin Wood.

Mereka telah mengumpulkan banyak bukti, mengungkapkan berbagai metode kecurangan sayap kiri Partai Demokrat, melakukan pertarungan hukum dan perang yudisial di beberapa negara bagian krusial, serta meraih kemenangan awal secara hukum dan mendapat dukungan luas dari warga pemilih. Hal ini pun memaksa sejumlah negara bagian menghitung ulang perolehan suara.

Beberapa hari lalu saat Powell diwawancarai stasiun radio WMAL.FM mengatakan, timnya telah mengumpulkan berbagai bukti dan rekaman video, banyaknya bukti yang terkumpul membuat tim kewalahan mengikuti gugatan kecurangan di negara bagian yang menjadi ajang pertarungan pemilu. Dia berkata, “Warga Amerika telah muak dengan korupsi, mereka mulai melaporkan, dan tampil menyodorkan bukti.”

Pada 20 November lalu, saat Powell diwawancarai dalam “Triumph Radio & Glenn Beck’s Show” mengatakan, “Server Scytl yang berada di Jerman telah disita, saya dengar pihak militer kita telah mendapatkan server tersebut. Oleh karena itu, menurut saya, pemerintah sekarang sedang menyelidiki apa yang sebenarnya telah terjadi. Kami juga mempunyai bukti yang menunjukkan, terdapat empat negara asing yang terhubung dengan server tersebut, dan kepentingan keempat negara tersebut sangat berlawanan dengan Amerika. Kami telah menggali konspirasi kejahatan yang bersifat global. Sulit dipercaya, kami hanya mengungkap secuil dari puncak gunung es itu.”

Dan, sebelumnya pada 18 November 2020, seorang warganet yang menyatakan dirinya ahli komputer, menganalisa sub-domain dari Dominion, dan menemukan pusat data yang sangat tidak aman yang terletak di Kota Quanzhou di Provinsi Fujian. Bukti bahwa Komunis Tiongkok telah mengintervensi Pemilu AS telah diperoleh.

Pada 21 November lalu, dalam acara Howie Carr di stasiun TV Newsmax, Powell mengatakan, Presiden Trump telah kehilangan setidaknya 7 juta suara pada pilpres 2020 ini, dan Biden setidaknya telah bertambah 10 juta suara.

Di akun Twitter- nya dia juga memperingatkan “deep state” AS, “Kalian tidak tahu, tapi kalian akan segera tahu!” di saat yang sama cuitannya itu juga dikirimkan kepada Obama, mantan Direktur CIA John Brennan, mantan Direktur FBI McCabe.

Setelah itu ada warganet menuliskan:“Retweet, jika Anda menganggap Obama adalah tangan hitam di balik semua ini.” Lalu Powell membalas: “Oo… Ya, juga teman-temannya.”

Pada hari yang sama, pengacara tim kampanye Trump, Jordan Sekulow mengungkapkan, rencananya awal minggu berikutnya, akan diajukan gugatan pemilu yang baru di negara bagian Georgia, dan gugatan ini akan “menggemparkan”.

Sementara tim pengacara Trump terus bekerja, selain mengambil tindakan baru terhadap Komunis Tiongkok seperti memberi sanksi bagi perusahaan Tiongkok yang berlatar belakang militer, memutus sumber dana Komunis Tiongkok, memberi sanksi pada lebih banyak lagi pejabat Komunis Tiongkok, dan merilis laporan “The Elements of China Challenge”, Presiden Trump juga mulai menguras rawa, para pejabat “deep state” disingkirkan dari tim inti.

Seperti Menhan Mark Esper yang baru saja diberhentikan, lalu mengangkat pakar anti-teroris Christopher C. Miller sebagai penggantinya, dan beberapa asisten Esper pun mengundurkan diri setelahnya. Setelah Miller menjabat, langsung mengeluarkan nada keras terhadap PKT dan mengambil alih wewenang komando atas pasukan khusus AS.

Tindakan kedua itu menandakan aksi balasan Trump terhadap Komunis Tiongkok, bisa sepenuhnya dilakukan oleh pasukan khusus, termasuk dalam hal intelijen, dan hal ini jelas telah melangkahi wewenang eksekutif CIA dan juga FBI. Ini karena dari data yang terungkap menunjukkan bahwa CIA dan FBI berkonspirasi dengan kaum sayap kiri Partai Demokrat dan juga dengan Komunis Tiongkok. Ada berita menyebutkan, direktur kedua lembaga tersebut juga akan diberhentikan.

Di saat yang sama, Trump juga telah memberhentikan Christopher Krebs dari jabatan Direktur Cybersecurity & Infrastructure Security Agency (CISA), karena Krebs mengeluarkan pernyataan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan terjadinya kecurangan dalam pilpres, ia dengan terang-terangan mendukung Partai Demokrat.

Tindakan mengeringkan rawa (drain the swamp, red.) oleh Trump ini beserta tindakan efektif tim kampanyenya telah membuat kubu Biden, “deep state” AS, dan juga Komunis Tiongkok kewalahan, sepertinya mereka tidak menyangka kecurangan yang 90% akan berhasil itu, ternyata terungkap begitu banyak kebocoran, dan ini telah menyulut kemarahan warga AS.

Terlebih lagi mereka tidak menyangka daya tarung Trump yang begitu kuat, telah mendapatkan dukungan aspirasi rakyat dan para elit konvensional yang tidak terbayangkan sebelumnya.

Tak hanya itu, dukungan pemimpin Partai Republik di kedua kamar kongres dan senat, serta dua orang anggota senat Partai Republik yang beberapa hari lalu, mengumumkan akan terus mengusut rumor keluarga Biden, ditambah dengan laporan korupsi terkait keluarga Biden dan putranya setebal 87 halaman yang dirilis senat AS September lalu, semua itu membuat tangan hitam di balik kasus kecurangan pilpres AS terjebak dalam kepanikan.

Maka masyarakat melihat Dominion mulai memusnahkan barang bukti, melihat Komunis Tiongkok berharap bekerja sama dengan Rusia melawan AS, melihat Biden melontarkan sinyal meminta pertolongan pada Komunis Tiongkok.

Pada konferensi pers 19 November lalu diumumkan, Washington tidak perlu memperkuat sanksi terhadap Komunis Tiongkok dan memberlakukan tarif baru bagi produk Tiongkok, begitu dirinya menjabat nanti akan segera mengubah keputusan Trump, seperti mengaktifkan kembali “Paris Agreement”, segera menjalin kembali hubungan dengan WHO, dan lain sebagainya.

Tidak diragukan, Biden dan para sesepuh di belakangnya saat ini sedang mengisyaratkan, diperlukan bantuan dari Komunis Tiongkok untuk memutar situasi, karena hanya dengan dirinya menjabat baru akan bisa mewujudkan janji pada Komunis Tiongkok tersebut.

Akan tetapi, pemusnahan bukti oleh Dominion telah terungkap, ini menandakan tim kampanye Trump sejak awal telah menguasai bukti terkait, dan Rusia tidak memedulikan permintaan Komunis Tiongkok untuk bersama-sama melawan AS. Sedangkan para sesepuh sayap kiri AS mencari bantuan dari Komunis Tiongkok, kemungkinan besar juga tidak ada kabar baik, karena setiap tindakan Komunis Tiongkok selalu mendapat balasan keras dari Trump.

Namun bagi sayap kiri AS dan Komunis Tiongkok yang telah mempertaruhkan segalanya, tidak tertutup kemungkinan mereka akan melakukan aksi pamungkas terhadap Trump. Pada 21 November lalu, pada acara stasiun ABC TV, Obama bersikukuh mengatakan bahwa Biden adalah “presiden terpilih”, bahkan bergurau kepada Trump yang tak ingin meninggalkan Gedung Putih, akan bisa “disingkirkan” dengan pasukan US Navy Seals.

Jelas, ini bukan gurauan yang pantas dari seorang mantan Presiden AS. Warganet AS mengatakan, “Sepertinya ini adalah secara terang-terangan memberikan ancaman kepada Presiden AS.”

Mungkin ancaman yang terlihat seperti gurauan itu mengungkapkan pemikiran tidak terpuji yang sebenarnya dari kekuatan hitam tertentu, tapi Obama dan kawan-kawan yang berniat “menyingkirkan” Trump itu, apakah mengira akan berhasil? Perlu diketahui, Powell mengisyaratkan, Obama dan kawan-kawan di Twitter merupakan “tangan hitam” yang melakukan kecurangan, bukan sekedar asal bicara.

Tim sukses Trump yang telah tahu akan tangan hitam itu tidak akan lengah, juga pasti akan melakukan tindakan antisipasi, termasuk perlindungan bagi Trump dan keluarganya. Dan, apa akibat yang akan menanti tangan-tangan hitam tersebut? (et/lie)

0 comments