Kota-kota di Tiongkok Berjibaku untuk Memberantas Epidemi Di Tengah Munculnya Hasil Tes Negatif Palsu

Orang-orang menunggu dalam antrean panjang untuk tes COVID-19, di Shijiazhuang, Tiongkok, Januari 2021. (Tangkapan layar video online disediakan untuk The Epoch Times)

CHINA INSIDER – The Epoch Times

Shijiazhuang, ibu kota Provinsi Hebei di Tiongkok utara telah menjadi pusat wabah virus Komunis Tiongkok (COVID-19). Kasus-kasus yang baru-baru ini dipastikan pada minggu lalu melibatkan beberapa sekolah setempat dan sebuah Taman Kanak-Kanak.

The Epoch Times merujuk pada virus corona yang menyebabkan penyakit COVID-19, sebagai virus Komunis TIongkok, karena sensor berita dan kesalahan manajemen dari Partai Komunis Tiongkok, sehingga memungkinkan virus itu menyebar ke seluruh Tiongkok dan menciptakan pandemi global.

Tantangan terbesar untuk putaran wabah kali ini menurut Komisi Kesehatan setempat, adalah lebih dari 30 persen kasus-kasus yang dipastikan memiliki hasil negatif palsu tiga hingga lima kali sebelum akhirnya hasil uji penderita adalah positif.

Paling tidak 38 kasus yang dipastikan terkait dengan sekolah-sekolah setempat, yang mencakup 5 guru, 6 staf dan 27 murid. 38 Kasus tersebut memiliki gejala dan masih tetap belum diketahui berapa banyak penderita tanpa gejala di sekolah-sekolah ini. Karena, hasil-hasil uji terbukti tidak dapat diandalkan, seorang murid Sekolah Menengah Umum yang berusia 15 tahun ditegakkan diagnosisnya pada tanggal 15 Januari adalah kasus pertama yang dilaporkan dari Sekolah Menengah Pertama Gao Chung Nomor 7.

Segera setelah semakin banyak murid, guru dan staf kantin di sekolah ini didiagnosis menderita virus Komunis Tiongkok, beberapa murid terinfeksi di dua Sekolah Dasar yang dekat dengan Sekolah Menengah Pertama tersebut.

Di Sekolah Menengah Umum lainnya, seorang guru didiagnosis terinfeksi pada tanggal 7 Januari dan beberapa tetangga guru tersebut kemudian dipastikan terinfeksi virus tersebut.

Seorang warga menuturkan : “Guru yang didiagnosis terinfeksi virus tersebut telah dibawa pergi. Semua tetangga sang guru yang hasil uji baru-baru ini adalah negatif menjalani swa-karantina di rumah. Tidak seorang pun diizinkan untuk memasuki atau meninggalkan komunitas tersebut. Kami harus berada di rumah.”

Penderita yang paling muda adalah seorang anak berusia empat tahun yang duduk di Taman Kanak-Kanak yang didiagnosis terinfeksi pada tanggal 13 Januari.

Di samping itu, lima mahasiswa didiagnosis terinfeksi virus tersebut. Tiga dari lima mahasiswa tersebut kuliah di universitas-universitas di Provinsi Hubei. Dua dari lima mahasiswa tersebut baru saja pulang kampung di daerah selatan Tiongkok.

Sekitar 87 persen penderita yang dipastikan terinfeksi virus tersebut, tinggal di distrik Gao Chung yang baru-baru ini adalah satu-satunya distrik yang ditunjuk sebagai sebuah daerah yang berisiko-tinggi di Provinsi Hubei.

Menurut seorang warga desa setempat yang memposting sebuah video untuk menjelaskan keadaan, kelompok penderita pertama tidak terkait dengan gejala sedang dari virus Partai Komunis Tiongkok, karena seluruh Provinsi Hubei sesumbar bahwa tidak ada kasus domestik.

Akibatnya mereka ingin pergi ke klinik desa untuk memperoleh resep untuk mengobati flu atau demam dan tetap menyebarkan virus tersebut di dalam komunitas tersebut, sampai seorang wanita yang menunjukkan dingin yang sangat serius, di mana sang wanita tersebut harus pergi ke sebuah rumah sakit yang sebelumnya di mana para dokter menemukan virus Komunis Tiongkok telah menyebar di distrik Gauchon.

Wanita tersebut didiagnosis pada tanggal 2 Januari. Pihak berwenang di Hubei meminta konstruksi pemugaran rumah sakit di banyak kota.

Sebuah video yang direkam pada tanggal 13 Januari menunjukkan, bahwa para pekerja bekerja siang malam untuk membangun sebuah rumah sakit sementara, di mana ada tiga ribu bangsak isolasi di kota Shiajajung.

Komisi Kesehatan Hubei melaporkan bahwa ada merebaknya wabah virus baru adalah sangat menantang dan sangat rumit karena banyak penderita menerima hasil uji negatif palsu tiga hingga lima kali sebelum mereka didiagnosis terinfeksi virus tersebut.

Dua minggu yang lalu, kota Dalian di Provinsi Liaoning, pusat wabah virus yang lain melaporkan bahwa seorang penderita menerima hasil uji negatif palsu 10 kali, sebelum hasil uji klinik yang ke-11 kalinya adalah positif.

Pada bulan Maret tahun lalu, para peneliti di Spanyol, India dan Republik Czech menemukan bahwa kit uji yang diberi oleh Tiongkok memberi hasil yang tidak benar. Mereka memberitahukan kepada Radio Free Asia, bahwa mereka semua adalah prihatin atas masalah akurasi yang di mana uji buatan Tiongkok tersebut dan masalah ini belum terpecahkan. (ET/Vv/sun)

0 comments