Mike Pompeo: Suara 75 Juta Pemilih Tak Bisa Dibungkam, di Sini Bukan Partai Komunis Tiongkok

Pada 9 Desember, Menteri Luar Negeri AS Pompeo menyampaikan pidato di Atlanta, Georgia, berjudul "Tantangan Komunis Tiongkok terhadap Keamanan Nasional dan Kebebasan Akademik AS." (TAMI CHAPPELL / AFP melalui Getty Images)

LU YI

Menteri Luar Negeri AS Pompeo mentweet di akunnya pribadinya 9 Januari 2 mengungkapkan pandangannya tentang pembungkaman media sosial. Ia mengatakan kelompok kiri sudah bertahun-tahun melakukan upaya untuk membungkam oposisi di AS selama bertahun-tahun.

Menlu AS Mike Pompeo di akun Twitternya pada 9 Januari 2021 menulis : “Berbahaya melakukannya. Itu bukan gaya Amerika. Sayangnya, ini bukan trik baru dari sayap kiri. Mereka telah melakukan ini selama bertahun-tahun. Mereka mencoba untuk membungkam oposisi. Kami tidak bisa membiarkan mereka menekan suara 75 juta orang Amerika. Ini bukan Komunis Tiongkok,” tulis Pompeo.
Tanggapan atas insiden tersebut adalah penutupan permanen akun pribadi Trump @realDonaldTrump oleh Twitter pada 8 Januari (saat ini akun tersebut memiliki sekitar 88 juta pengikut).

Twitter mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa akun Twitter Trump @realDonaldTrump telah ditinjau dengan cermat dan telah ditutup secara permanen. Pasalnya, akun tersebut berisiko memunculkan kembali kekerasan. Pada 7 Januari, Twitter membekukan akun tersebut selama 12 jam karena kekerasan yang melanda Capitol pada 6 Januari.

Twitter secara khusus mengutip dua posting oleh Presiden Trump pada 8 Januari sebagai contoh untuk menggambarkan lebih lanjut alasan penutupan akunnya.

Dalam salah satu tweet, Trump mengatakan bahwa 75 juta orang yang memilihnya dalam pemilihan umum adalah “patriot hebat di Amerika Serikat” dan bahwa mereka juga akan membuat “suara yang kuat” di masa depan. Mereka tidak akan diremehkan atau Diperlakukan tidak adil dengan cara apa pun.

Di postingan lain, Trump mengumumkan tidak akan menghadiri upacara pelantikan Presiden terpilih Biden pada 20 Januari.

Twitter meyakini jika kedua postingan tersebut ditautkan, jelas poster tersebut menghasut orang untuk melakukan kekerasan dengan menyerang Capitol pada Rabu 6 Januari 2021.

Twitter juga percaya bahwa pernyataan Trump bahwa dia sendiri tidak akan berpartisipasi dalam upacara pelantikan dapat menjadi agitasi bagi mereka yang menganggap tindakan kekerasan, menjadikan upacara pelantikan sebagai “target yang pasti”.

Twitter juga menyatakan dalam pernyataannya bahwa telah ada postingan di Twitter dan platform online lainnya tentang rencana protes bersenjata di masa depan, termasuk saran untuk serangan lain di Capitol pada 17 Januari 2021.

Presiden Trump langsung mengutuk praktik Twitter yang menutup akun pribadinya. Dengan menggunakan akun resmi presiden, dia berkata, “Malam ini (malam tanggal 8), staf Twitter bekerja sama dengan Demokrat dan ekstrimis kiri. menghapus akun saya dari platformnya bertujuan untuk membungkam saya dan 75 juta patriot hebat yang memilih saya. ” (et/hui/sun)

0 comments