Keuntungan Sektor Industri di Tiongkok Melambat Saat Dihadang Krisis Listrik

Karyawan memproduksi mantel bulu di pabrik untuk perusahaan pakaian Tiongkok Bosideng di Nantong di provinsi Jiangsu timur, Tiongkok pada 24 September 2019. (STR/AFP via Getty Images)

Pertumbuhan laba dari sejumlah perusahaan dan sektor industri di Tiongkok melambat karena pabrik berjibaku melawan meningginya harga komoditas, wabah COVID-19, dan kekurangan suku cadang seperti semikonduktor. Ditambah lagi dengan krisis listrik yang sedang berlangsung menjadikan ancaman semakin besar terhadap produksi dan laba.

Firma riset dan Konsultan ekonomi, Nomura dalam sebuah catatan memperkirakan pertumbuhan laba industri di Tiongkok akan turun lebih jauh dalam beberapa bulan mendatang di tengah perlambatan pertumbuhan yang mencolok di semester kedua.

Melansir dari Reuters, harga komoditas yang tinggi dalam beberapa bulan terakhir merusak profitabilitas banyak pabrik sektor menengah dan hilir di Tiongkok.

Untuk meredam harga, Tiongkok akan melelang lebih banyak logam industri dari stok negaranya pada Oktober 2021 dalam rilis inventaris. Sebelum tahun ini, Beijing tidak menjual cadangan logam negara selama lebih dari satu dekade.

Awal September, Beijing juga melepas minyak mentah dari cadangan strategisnya untuk pertama kalinya.

Krisis Listrik

Tantangan terbaru juga meningkat dikarenakan meluasnya pembatasan penggunaan listrik, terutama terhadap sejumlah pabrik dan dunia usaha yang mengandalkan pasokan listrik.

Pemerintah daerah di provinsi Zhejiang, Jiangsu, Yunnan, dan Guangdong menyampaikan kepada pabrik setempat tentang pembatasan penggunaan listrik. Dalam seminggu terakhir, penjatahan listrik paling berdampak di timur laut Tiongkok.

“Kami memperkirakan dua bulan penjatahan listrik mulai pertengahan September di provinsi-provinsi terpilih akan memangkas 0,1 poin persentase dari pertumbuhan PDB 2021 dan 0,3 poin persentase dari pertumbuhan PDB 2022,” tulis Commonwealth Bank of Australia dalam sebuah catatan penelitian.

“Bagian gabungan dari sektor industri di provinsi yang terkena dampak dengan penjatahan listrik adalah sekitar 14 persen dari PDB Tiongkok,” tambah catatan itu.

Pasokan batubara yang ketat dan harga bahan bakar yang melonjak, juga mengikis keuntungan perusahaan listrik di Tiongkok. (ET/asr/sun)

0 comments