Studi Baru Covid-19 : Lebih dari 1/3 Pasien yang Terpapar Memiliki Gejala Jangka Panjang

Staf medis Prancis sedang mendorong seorang pasien terpapar virus komunis Tiongkok (COVID-19) menuju helikopter medis pada 17 Maret 2020. (Sebastian Bozon/AFP/Getty Images)

CHEN BEICHEN

Sebuah studi baru menemukan bahwa lebih dari sepertiga pasien akan memiliki gejala COVID-19 yang persisten atau berulang pada 3 sampai 6 bulan setelah didiagnosis. Dan sekarang jumlah pasien yang memiliki “gejala jangka panjang” telah melebihi angka perkiraan sebelumnya

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal medis internasional ‘PLOS Medicine’ pada 28 September menunjukkan bahwa, sekitar 36% responden melaporkan gejala yang mirip dengan Covid-19 dalam waktu 3 hingga 6 bulan setelah mereka diagnosis positif terinfeksi virus komunis Tiongkok. Angka tersebut telah melebihi sebagian besar penelitian sebelumnya yang memperkirakan hanya 10% hingga 30% penderita yang mengalami Sindrom Pasca-Covid (Post-Covid Syndrome).

Studi yang dipimpin oleh para ilmuwan dari Universitas Oxford di Inggris ini membandingkan catatan 273.618 orang pasien yang terinfeksi dan 11.449 orang pasien influenza. Data anonim terutama berasal dari Amerika Serikat dan diperoleh dari catatan kesehatan elektronik.

Dari tanpa gejala berubah menjadi bergejala

Meskipun definisi “gejala jangka panjang” pada dunia akademis belum jelas, tetapi para peneliti telah mengamati adanya gejala seperti nyeri dada/tenggorokan, kelainan pernapasan, gejala di bagian perut, kelelahan, depresi, sakit kepala, disfungsi kognitif, dan nyeri otot.

Penulis menyimpulkan: Studi ini menemukan bahwa lebih dari sepertiga jumlah pasien memiliki satu atau lebih catatan gejala Covid-19 jangka panjang dalam 3 hingga 6 bulan setelah didiagnosis terinfeksi Covid-19. Studi ini juga menemukan bahwa sekitar 40% dari pasien yang masuk definisi memiliki “gejala jangka panjang” itu tidak memiliki gejala tersebut dalam 3 bulan pertama.

Gejala COVID-19 jangka panjang bisa lebih sering terjadi daripada gejala flu

Beberapa bulan setelah COVID-19 mulai mewabah, Anthony Fauci, seorang ahli penyakit menular terkemuka di Amerika Serikat telah memberikan peringatan bahwa, para ahli telah menemukan sindrom pasca-COVID pada orang yang telah pulih. Hal ini menyebabkan beberapa orang mulai membandingkan pengalaman gejala pasca-COVID dengan pengalaman gejala pasca-flu.

Pejabat WHO Vismita Gupta-Smith mengatakan pada bulan Juli lalu, bahwa jika pasien yang dinyatakan sembuh dari gejala COVID-19, tetapi masih memiliki beberapa gejala, itu besar kemungkinannya adalah sindrom pasca-COVID. Terkadang kondisi ini juga disebut gejala Long COVID.

Penelitian baru menemukan bahwa peluang pasien mengalami gejala Covid-19 setelah fase akut penyakit, adalah lebih dari dua kali flu.

Tim juga menemukan bahwa pasien dengan Covid-19 yang lebih parah lebih cenderung memiliki gejala kronis jangka panjang. Pada saat yang sama, wanita dan dewasa muda juga memiliki risiko gejala jangka panjang yang lebih tinggi. Sedangkan, tidak terdapat perbedaan antara pasien kulit putih dan non-kulit putih dalam masalah ini. (ET/sin/sun)

0 comments