Tragedi Shanghai Adalah Ciptaan Komunis

Seorang pekerja dengan alat pelindung diri menjaga pintu masuk komunitas di bawah lock down saat ia menerima makanan dari seorang pengantar di distrik Jing'an Shanghai pada 29 Maret lalu. (Hector Retamal/AFP via Getty Images)


TIAN YUN

Kekacauan pencegahan epidemi Shanghai mengejutkan komunitas internasional. Di bawah komando partai, kota megapolitan dengan populasi 25 juta dan ekonomi yang mempesona itu tiba-tiba kembali ke zaman ekologi primitif. Warga yang terperangkap di dalam rumah mereka sibuk merampok makanan, dan bahkan terpaksa melakukan barter yakni menukar barang dengan barang; orang-orang yang terperangkap di tempat penampungan sementara saling berebut selimut, bantal dan nasi kotak, masih harus menghadapi dilema ratusan orang yang berbagi satu toilet tanpa akses air. Warganet berteriak memilukan: "Saya ingin menjual rumah saya di Pudong dan meninggalkan tempat yang tidak berperikemanusiaan ini."; "Saya berharap semua orang Shanghai esok hari dapat merebut sayuran dengan lancar, dan semua orang dapat makan daging."

Dari Wuhan ke Xi'an lalu ke Shanghai, seiring dengan berulang kali penutupan kota yang brutal oleh PKT, kekacauan muncul berulang-ulang. Apa yang disebut kebijakan pencegahan epidemi bertentangan dengan ilmu pengetahuan dan rasa kemanusiaan, serta puluhan juta orang telah menjadi korban, termasuk warga di daratan Tiongkok yang tidak diketahui jumlahnya kehilangan nyawa karena perawatan yang tertunda. Absurditas "mati bukan terinfeksi virus corona, melainkan mati gara-gara virus corona" menghancurkan kebohongan PKT tentang "rakyat dan jiwa di atas segalanya".

Beberapa hari yang lalu, Lang Xianping, seorang ekonom terkenal yang tinggal di Shanghai, membenarkan bahwa ibunya meninggal karena sakit tanpa perawatan tepat waktu, lantaran terpaksa menunggu hasil tes asam nukleat hingga empat jam, dan ia juga tidak dapat melihat orang tuanya untuk terakhir kalinya karena kota di-lockdown. Lang Xianping menyatakan, "tragedi itu sebenarnya bisa dihindari" dan berharap tragedi ini tidak akan terjadi lagi.

Wu Yingchuan, sekretaris komite lingkungan Shanghai, mengatakan bahwa perintah dari atasan adalah perintah mati dan harus dilaksanakan. Namun, orang-orang yang memberikan perintah mati tersebut adalah orang-orang yang belum pernah ke tempat pengujian asam nukleat. Gambar menunjukkan pada 10 April 2022, warga Distrik Jing'an, Shanghai menerima tes asam nukleat. (Hector Retamal/AFP)
 

Meskipun media di RRT masih terus menutupi kebenaran dengan pengalihan melalui konferensi pers, menangis bareng, paduan suara dan melebih-lebihkan epidemi di Amerika Serikat, tapi kali ini, partai benar-benar sangat dipermalukan.

Itu sebabnya, kekacauan pencegahan epidemi Shanghai sebenarnya adalah pengungkapan bencana buatan PKT paling gres. Jika kita tidak dapat mengenali hakikat serta tidak dapat mencampakkan PKT secara ideologis, maka sama saja dengan bertahan gigih di Rumah Sakit "Fang Cang" (harfiah: "rumah sakit kabin persegi", yang digerakkan dan dikenal karena dipakai saat pandemi COVID-19 di Wuhan, Hubei, Tiongkok) yang hanya pencitraan saja tanpa persediaan obat dan tanpa air, justru malah menjauhi Bahtera Penyelamatan. (ET/lin/sun)

0 comments