Brandon Biggs: Waktu Kita Hanya Tinggal 3 Bulan - Akankah Tsunami Dahsyat Terjadi Pada 2025? (2)
Dari edisi lalu:
Bila Anda masih sangsi apakah kartunis wanita bernama Ryo Tatsuki ini benar-benar telah melihat masa depan, atau dia cuma mengandalkan kisah-kisah sensasional untuk menarik penggemar, serta menghasilkan uang, dan memperoleh jumlah lalu lintas Internet?
Maka marilah kita dengarkan bagaimana para penggemar berat Ryo Tatsuki menanggapi hal ini:
Ryo langsung menghilang dari mata publik setelah dia membuat ramalan itu. Jika dia benar-benar ingin mendapatkan uang dari ramalannya, bagaimana mungkin dia tidak bersuara sedikit pun di tahun-tahun dimana angpao dari Internet begitu menawan?
Yang lebih penting, dia menulis dengan jelas dalam ramalannya bahwa dia sendiri juga akan mati dalam tsunami. Dia bahkan meninggalkan pesan yang terdengar seperti surat wasiat:
“Jika misi saya adalah membunyikan alarm untuk hari tersebut, maka misi saya akan berakhir pada tahun 2025.”
Begitu ucapannya keluar, semua terdiam, karena tak seorang pun yang mau bercanda tentang kehidupan dan kematian dirinya.
Mungkin dia tidak peduli apakah kita mau percaya atau tidak. Dia hanya memenuhi tanggung jawab terakhirnya dan menyampaikan apa yang dia “lihat.”
Jadi, apakah mereka bertiga melihat gambar yang sama?
Tunggu, ada satu sosok lagi yang muncul dengan pesan misterius bahwa masih terdapat orang keempat yang juga menyampaikan gambar ramalan yang dilihatnya!
Ramalan dalam Lukisan Terkenal
Lebih jauh lagi, ini bukanlah suatu gambar ramalan yang khusus, tetapi sebuah lukisan terkenal di dunia yang pasti pernah kita lihat.
Mari kita bicarakan dahulu mengenai mimpi yang dialami Ryo Tatsuki. Dia mengatakan bahwa setelah tsunami yang dahsyat itu, segalanya berubah. Dia melihat ada 3 buah kapal yang berada di bawah jembatan penyeberangan pejalan kaki di Yokohama.
Mengapa 3 buah kapal? Bukan 2, atau 4, tetapi 3?
Apa yang akan kita temukan jika kita mencari “tsunami, Yokohama, 3 buah kapal” di Internet?
Hasil pencarian akan membawa kita ke mahakarya Ukiyo-e Jepang: “The Great Wave off Kanagawa”, (Ombak Besar di Kanagawa) oleh pelukis legendaris zaman Edo: Katsushika Hokusai.
Gambar itu menunjukkan ada 3 buah kapal yang mengapung di perairan laut dekat Yokohama yang ombaknya besar, dan para pelautnya sedang mendayung dengan putus asa. Lukisan tersebut ditempatkan sebagai kekayaan bangsa Jepang, dan lukisan itu juga dicetak pada uang kertas 1.000 yen Jepang baru yang terbit pada 2024.
Tetapi yang mungkin tidak diketahui ialah bahwa ketika lukisan ini pertama kali diterbitkan di Jepang pada 1830-an, satu salinannya hanya seharga dua mangkuk ramen. Hal ini dikarenakan Ukiyo-e merupakan cetakan berwarna yang populer pada saat itu, mirip dengan lukisan cetakan masa kini, dan dapat diproduksi secara massal, sehingga harganya pun sangat murah.
Akan tetapi, ketika menyebar ke Eropa, ia menjadi sangat populer dan digemari oleh dunia seni Eropa. Banyak seniman yang menggantungkan gambar ini di rumah, dan mengaku bahwa mereka mendapat inspirasi dari lukisan tersebut. Pada tahun 2021, lukisan ini terjual di lelang New York dengan harga setinggi langit sebesar USD 1,59 juta (25,9 miliar rupiah)! Mengubah sebuah cetakan menjadi harta seni kelas dunia dalam sekejap.
Lukisan itu menjadi populer dan orang-orang mulai mempelajarinya. Seseorang mengajukan pertanyaan: “Seberapa tinggi ombaknya?” Beberapa ilmuwan bahkan membuat perhitungan serius dan mengatakan bahwa berdasarkan ukuran kapal, tinggi gelombang itu bisa sekitar 10 hingga 12 meter. Ini sepenuhnya memenuhi kriteria tsunami!
Namun tak lama kemudian seseorang memverifikasi bahwa pada era Hokusai, tidak ada tsunami di dekat Yokohama, bahkan angin kencang dan gelombang laut tinggi pun tidak ada.
Hokusai sendiri dikenal sebagai pelukis realistis, bukan pelukis yang menyukai gaya fantasi. Jadi pertanyaannya adalah --- mengapa ia melukis gelombang yang tingginya berlebihan seperti itu? Dari manakah inspirasinya datang?
Sejauh ini, tak seorang pun dapat menjelaskan dengan pasti.
Tapi tahukah Anda? Sejak 1960-an, gelombang besar ini semakin ditafsirkan sebagai tsunami oleh banyak orang.
Berbicara tentang tsunami, tahukah Anda dari mana kata “tsunami” berasal? Sebenarnya, itu adalah transliterasi dari bahasa Jepang 津波(つなみ)yang berarti ombak besar di pelabuhan. Dalam Konferensi Ilmu Bumi Internasional pada 1963, istilah ini secara resmi didaftarkan sebagai istilah profesional internasional dan menjadi istilah khusus untuk tsunami.
Pada 2003, UNESCO bahkan menggunakan lukisan Hokusai sebagai model untuk menerbitkan tanda resmi “Zona Bahaya Tsunami”. Sejak saat itu, gelombang besar ini secara resmi menjadi simbol visual tsunami global.
Dengan lebih memperhatikan lukisan ini. Kita akan menemukan bahwa ia benar-benar menyembunyikan begitu banyak detail yang cukup menarik.
Pertama-tama, cuaca hari itu tampaknya tidak buruk. Dilihat dari cahaya dan nadanya, pagi itu tampak cerah, matahari baru saja terbit, dan tidak ada tanda-tanda badai di langit.
Namun pada suasana tenang itu, tiba-tiba datang gelombang besar dari laut yang menghantam daratan. Jadi, pertanyaan: dari mana gelombang besar itu berasal? Kalau bukan gempa bumi, lalu karena apa?
Lihatlah Gunung Fuji yang berada di kejauhan --- gunung tinggi yang dianggap suci dalam budaya Jepang dan digambarkan sangat megah dalam lukisan. Namun ukurannya begitu kecil hingga hampir “tertelan ombak”. Selain itu, dikelilingi oleh lapisan awan gelap. Apakah ini mengindikasikan bahwa “Gunung Suci” ini pun tidak luput dari ancaman?
Yang lebih mengejutkan adalah kenyataan bahwa dalam gambar tidak tampak ada daratan di antara ombak dan Gunung Fuji, kecuali 3 buah perahu kecil yang sedang berjuang untuk bertahan hidup di bawah terpaan ombak ganas. Apakah ini berarti Jepang akan menghadapi bencana dahsyat dan sebagian besar wilayahnya akan hilang dari peta?
Terakhir, mari kita lihat buih gelombangnya. Ia tidak seperti gelombang air biasa, tetapi berbentuk seperti cakar tajam yang seakan-akan ingin menerkam orang. Jenis gelombang ini memiliki istilah khusus dalam dunia seni, yang disebut “gelombang cakar harimau”. Kita tahu bahwa harimau adalah binatang yang sangat ganas. Apakah ini bukan sebuah peringatan? Benarkah krisis tak kasat mata tengah mendekat secara diam-diam?
Apakah semua ini hanya imajinasi Katsushika Hokusai yang tidak disengaja, atau, seperti dikatakan Ryo Tatsuka, misi sebenarnya dari lukisan ini adalah untuk memperingatkan kita tentang datangnya tsunami dahsyat lebih dari seratus tahun kemudian?
Jadi, apakah bencana ini benar-benar akan tiba?
Apa Kata Ilmuwan?
Jangan terburu-buru panik. Kalau prediksi sih ada yang akurat ada juga yang tidak, bukan? Mari kita ubah perspektif kita dan menyimak apa yang dikatakan oleh para ilmuwan.
Pada 8 Agustus 2024, gempa bumi berkekuatan 7,1 magnitudo terjadi di Prefektur Miyazaki, Jepang. Setelah gempa bumi, para ahli segera mengeluarkan peringatan: Berikan perhatian khusus terhadap pergerakan yang tidak biasa di Palung Laut Tiongkok Selatan.
Pada April tahun ini, Komite Investigasi Gempa Bumi Jepang mengeluarkan peringatan terbaru yang menyebutkan bahwa kemungkinan terjadinya gempa bumi besar di Palung Nanhai dapat mencapai 80%, dan jika hal itu terjadi, diperkirakan akan menyebabkan kematian 300.000 orang!
Di mana letak Palung Nanhai itu?
Itu adalah area retakan dasar laut yang dilihat oleh Ryo Tatsuka dalam mimpinya.
Jadi pertanyaannya adalah apakah gempa bumi seperti itu akan memicu terjadinya tsunami super?
Mari kita lihat kembali data historisnya.
Sejak adanya pendataan global, telah tercatat sekitar 260 kali tsunami yang merusak di seluruh dunia, rata-rata terjadi satu kali setiap 6 hingga 7 tahun.
Di antaranya, 80% tsunami terjadi di sabuk seismik Lingkar Pasifik yang baru saja diperkenalkan.
Mari kita tinjau beberapa peristiwa tsunami besar baru-baru ini:
——Pada 26 Desember 2004, gempa bumi berkekuatan 9,3 magnitudo terjadi di lepas pantai Sumatra, Indonesia, memicu tsunami besar yang menyapu 300.000 orang.
——Pada 11 Maret 2011, gempa bumi berkekuatan 9,1 magnitudo terjadi di lepas pantai timur laut Jepang. Tsunami besar tersebut menyebabkan lebih dari 18.000 orang meninggal atau hilang, dan memicu krisis kebocoran nuklir Fukushima yang menyebabkan kepanikan global.
——Pada 28 September 2018, gempa bumi besar lainnya terjadi di Pulau Sulawesi, Indonesia, yang memicu tsunami, dengan korban tewas dan hilang mencapai hampir 7.000 orang.
Apakah Anda menemukan ada jarak hampir 7 tahun antara kedua tsunami besar itu.
Jika ini adalah siklus alami, maka waktu berikutnya akan terjadi pada tahun 2025 ini.
Apakah Jepang akan mendapat giliran lagi?
Benarkah Jepang akan berhasil lolos dari bencana?
Belum tentu!
Ramalan Kunio Yasue
Saya tidak tahu sejak kapan sebuah “ramalan Jepang” yang misterius mulai menyebar luas di internet. Konon itu berasal dari seorang fisikawan yang sangat luar biasa, Kunio Yasue, yang terkenal dan pelopor dalam bidang “dinamika otak kuantum”. Namun setelah 2010, arah penelitiannya mengalami perubahan. Ia mulai menjelajahi dunia roh, alien, dan kesadaran manusia. Tidaklah mengherankan jika seorang ilmuwan “lintas batas” tiba-tiba membuat prediksi aneh.
Meskipun kita tidak memiliki cara untuk memverifikasi apakah ramalan ini benar-benar berasal dari Kunio Yasue, tetapi kontennya sangat menarik sebagai berikut:
Seorang pejabat NASA AS secara pribadi mengungkapkan kepada Kunio bahwa AS telah memiliki informasi akurat tentang “bencana besar” yang akan terjadi pada 5 Juli 2025. Bukan hanya waktunya yang cocok, tetapi bahkan lokasinya secara mengejutkan konsisten dengan prediksi Ryo Tatsuka.
Akan tetapi, Kunio Yasue menduga bahwa ini mungkin bukan gempa bumi, tetapi insiden asteroid menabrak bumi. Sebab menurut pengetahuan profesionalnya, gempa bumi tidak dapat diprediksi secara akurat. Namun jika benda langit itu benar-benar menabrak bumi, teknologi manusia kini dapat memperkirakannya secara akurat dua tahun sebelumnya, dan waktunya bahkan dapat dihitung secara akurat hingga mengetahui detiknya.
Nubuat itu kemudian menyebutkan bahwa Amerika Serikat telah meluncurkan rencana rahasia untuk menghadapi bencana besar. Namun rencana ini sekarang telah dibatalkan!
Pertanyaannya adalah: Apa sebenarnya yang dimaksud dengan pembatalan rencana? Apakah bencana yang semula diperkirakan akan terjadi akhirnya menjadi batal? Ataukah sistem untuk mencegah asteroid menabrak bumi itu yang dibatalkan?
Yang lebih kebetulan lagi adalah bahwa pada 5 Juli pagi hari waktu Jepang bertepatan dengan 4 Juli waktu AS yang merupakan Hari Nasional Amerika Serikat. Apakah ada “manipulasi manusia” di balik ini?
Kunio Yasue tidak memberikan penjelasan lebih lanjut, tetapi hanya mengajukan serangkaian pertanyaan ini dan membiarkan semua orang memikirkannya.
5 Juli 2025 sudah semakin dekat.
Jadi, menurut Anda apakah “bencana besar” ini akan benar-benar terjadi?
Namun, sekalipun bencana terjadi, kita pun tak perlu takut. Izinkan saya mengakhiri pembicaraan hari ini dengan membacakan sebuah petikan dari buku Ryo Tatsuka yang berbunyi:
"Hari di masa depan akan lebih cerah dan penuh harapan. Tidak perlu kita bimbang dan ragu. Seluruh bumi dan semua manusia akan berada dalam keadaan yang cerah, mulia, dan penuh vitalitas.”
“Pembersihan terhadap hati dan jiwa setiap manusia akan segera berlangsung.”
“Jika semua orang bersedia saling membantu dan bekerja sama, semuanya akan bergerak ke arah yang positif.”
TAMAT
0 comments