Eksperimen Baru Bertujuan untuk Menemukan Bagaimana Emosi Manusia Mempengaruhi Tanaman



Di sebuah halaman di Pallazo Strozzi, di pusat kota Florence, dua seluncuran, dengan ukuran tinggi 20 meter, menarik perhatian para turis dan pengunjung untuk meluncur dari bagian atas bangunan ke bawah.

Ini adalah istana bersejarah, di abad ke-15, disini ada banyak pertunjukan, dan proyek ini adalah unik.

Seluncuran adalah bagian dari proyek yang bernama “The Florence Experiment,” hasil karya dari seniman Jerman Carsten Holler dan Stefano Mancuso, profesor fisiologi tanaman di University of Florence.

Tujuan utama dari eksperimen ini adalah untuk menginvestigasi bagaimana tanaman merespon pengalaman para pengunjung.

Mereka harus memakai sebuah tali pinggang dengan tanaman kacang didalamnya ketika mereka meluncur ke bawah. Seorang asisten akan membantu mereka, memberi mereka sebuah matras sebagai alas duduk ketika mereka sampai di bawah.

Ketika mereka sampai di bawah, mereka akan menyerahkan tanaman ke peneliti untuk dianalisis.

Sebuah laboratorium disiapkan di “Strozzina” ruang bawah tanah di Palazzo Strozzi: Seluncuran berujung disini. Pengunjung menyerahkan tanaman ke peneliti dan mengisi kuesioner, yang menjelaskan bagaimana perasaan mereka selama peluncuran ke bawah (apakah mereka senang atau takut).

Seorang peneliti kemudian memberikan label pada tanaman, yang berisi informasi seperti usia dan jenis kelamin dari orang yang membawanya dan bagaimana emosi mereka.

Profesor Stefano Mancuso, pendiri dari Plant Neurobiology, menjelaskan bagaimana peneliti menentukan respon tanaman.

“Pengunjung yang berpartisipasi dalam eksperimen ini, mengambil tanaman, kemudian mereka membawanya turun sampai ke laboratorium Strozzina, dimana peneliti menganalisa hal pertama yaitu photosynthesis- yang merupakan mesin, detak jantung dari tanaman- dan kemudian mereka menganalisa VOCs (Volatile Organic Compounds), yaitu sebuah pesan yang dikirimkan oleh tanaman.

Peneliti menggunakan instrumen, yang disebut Licor 6800, untuk menganalisa parameter photosynthetic yang berbeda dari daun dan pertukaran gas untuk mengukur respon tanaman terhadap pengalaman eksperimen.

Ada juga ekperimen lain yang bertempat di ruang bawah tanah dari Palazzo Strozzi: disana ada dua sinema yang disiapkan dan peneliti akan mencoba mencari tahu apakah emosi pengunjung mempengaruhi pertumbuhan tanaman di bagian luar bangunan, sebagaimana yang dijelaskan Mancuso.

“Bagian kedua (dari eksperimen) memuat dua sinema yang juga berlokasi di Strozzina, bekas ruang tanah dari Palazzo Strozzi. Salah satu sinema disebut “Sinema Kebahagiaan,” sinema yang lain disebut “Sinema Ketakutan” karena ada film-film yang sangat berbeda yang diputar untuk masing-masing sinema: dalam satu sinema diputar film komedi dan sinema lain diputar film horror, kemudian udara, atmosfer yang diciptakan oleh pengunjung yang menonton film, diambil dan dikirimkan melalui pipa ke bagian luar Palazzo Strozzi, dimana seharusnya hal tersebut mempengaruhi pertumbuhan tanaman kacang.”

Eksperimen Florence memiliki tujuan ganda: Mancuso berkata tujuan pertama adalah untuk mengukur efek manusia dan emosinya terhadap tanaman, dan tujuan yang lain adalah untuk meningkatkan kesadaran orang-orang tentang seberapa besar kita bergantung pada tanaman.

“Ekperimen Florence pada dasarnya adalah dua eksperimen yang kita lakukan untuk melihat kemungkinan tanaman dapat merespon emosi manusia. Dan saya pikir bahwa hal ini tidak pernah dilakukan sebelumnya, setidaknya tidak untuk skala ini dan dengan jenis ekperimen seperti ini, sehingga hal ini, telah benar secara ilmiah dan menantang secara artistik dan saya ingin dua bagian ini ada saling berdampingan,” kata Carsten Holler.

Salah satu karya terkenal dari Holler adalah “The Double Club,” sebuah bar dan restoran di London yang dibuka pada tahun 2008 dan ditutup pada tahun 2009, yang menciptakan dialog antara kebudayaan barat dan Congo. Sebelum menjadi artis, Holler adalah seorang ilmuwan dalam bidang Phytophatology (ilmu yang mempelajari penyakit tanaman).

“Banyak dari pekerjaan saya, dengan apa yang saya sebut Double Clubs, karena kami juga mengerjakan sebuah klub malam dan pekerjaan lain yang terdiri dari dua atau lebih entitas yang berbeda yang hadir bersamaan di tempat yang sama tetapi mereka belum tentu sama, tidak ada yang benar-benar menyatu dan hal yang sama juga terjadi disini, ada bagian ilmiah dan ada bagian artistik tetapi tidak ada dua bentuk yang benar-benar sama, mereka saling berdampingan untuk apa yang saya sebut tampilan,“ kata Holler.

Ekperimen terbaru bukanlah yang pertama dalam sejarah bahwa seni dan ilmiah saling berkaitan. Arturo Galansino, direktur umum dari “Palazzo Strozzi Foundation” (“Fondazione Palazzo Strozzi” dalam bahasa Itali), menjelaskan bahwa kombinasi ini sangat umum di masa lalu, terutama di Florence pada masa Renaisans.

“Eksperimen Florence” adalah sebuah pertunjukan-eksperimen yang bertujuan memperkuat dua hal tradisional Florence, gabungan seni dan ilmiah,” kata Galansino. “Seni dan ilmiah telah berdampingan bersama sejak lama, mari kita lihat Florence di abad ke-15 (orang-orang seperti) Filippo Brunelleeschi, Leon Battista Alberti dan yang paling terkenal Leonardo Da Vinci, terlihat bagaimana seni dan ilmiah adalah hal yang tak terpisahkan.”

Sekitar 100 orang per jam dapat menuruni seluncuran, yang terbuat dari baja dan polikarbonat. Kecepatan rata-rata adalah 5 meter per detik, tetapi dalam kasus lain bahkan dapat mencapai 7 meter per detik.

Pada tahap ini, para peneliti mengumpulkan informasi. Hasilnya diharapkan untuk dipublikasikan setelah eksperimen berakhir pada tanggal 26 Agustus.

0 comments