Mimpi Seorang Dewa


Lu Tung Pin, sebenarnya adalah salah satu dari 8 dewa, yang sejak kecil sudah menunjukkan bahwa dia seorang yang cerdas dan bijak. Pada masa Tang Huichang, atas perintah orang tuanya, Lu Tungpin pergi ke Chang’an untuk mengikuti ujian.

Pada suatu hari ketika dia sedang berjalan-jalan di sekeliling hotel Chang’an, dia bertemu dengan dengan seseorang yang memakai baju hijau berjubah putih yaitu imam Tsing Yi. Dia melihat wajah Tsing Yi tampak luar biasa, lalu di berjalan ke hadapan Tsing Yi memberi hormat.

Tsing Yi berkata kepada Lu Tungpin, “Saya adalah imam, yang tinggal di daerah Zhongnan, apakah engkau bersedia mengikuti saya berkelana ke segala tempat di dunia ini?”

Lu Tungpin pada saat itu masih ingin mencari ilmu dan ketenaran, dia tidak bersedia. (Imam ini adalah guru dari Lu Tungpin yaitu Han Zhongli juga merupakan salah satu dari 8 dewa).

Han Zhongli akhirnya tinggal di hotel yang sama dengan Lu Tungpin, memasak nasi untuknya. Pada saat itu, ketika Lu Tungpin merasa sangat lelah, dia bersandar di bantal dan tertidur.

Di dalam tidurnya dia bermimpi, dirinya telah lulus ujian kenegaraan, dan menjadi pejabat tinggi, lalu menikahi putri dari seorang yang kaya sebagai istrinya. Ketika anak-anaknya telah dewasa dan menikah, cucunya sangat banyak, mereka sekeluarga hidup berbahagia, dan waktu berlalu selama 40 tahun.

Di dalam mimpinya itu, akhirnya dia menjadi perdana menteri yang menjabat selama 10 tahun. Tanpa sengaja dia melakukan kejahatan, seluruh harta kekayaannya disita negara, anggota keluarganya ditangkap dan dihukum pancung. Dia sendiri melarikan diri dan hidup terasing di sebuah hutan, dengan kondisi yang sangat menyedihkan. Dia berdiri di puncak gunung, hanya bisa mendesah atas ketidak-kekalan dalam hidup ini. Tiba-tiba dia terbangun dari mimpinya.

Pada saat itu, nasi di periuk masih belum masak.

Han Zhongli di sampingnya dengan tersenyum membaca sebuah syair, “Nasi belum matang, mimpi sudah berjalan puluhan tahun dan seumur hidup.”

Lu Tungpin sangat terkejut bertanya, “Apakah Tuan tahu tentang mimpi saya?”

Han Zhongli berkata, “Mimpi Anda tadi, seperti mengambang, berjalan dengan cepat, 50 tahun berlalu seperti sekejab. Mendapatkan sesuatu tidak harus bergembira, kehilangan juga tidak perlu disedihkan, hidup bagaikan sebuah mimpi.”

Lu Tungpin segera tersadar, akhirnya dia memutuskan meninggalkan cita-cita mengejar ilmu dan ketenaran, dan mengangkat Han Zhongli sebagai gurunya, dan berkultivasi mencapai dewa. (Minghuischool/ran)

0 comments