Kisah Walikota Kaohsiung yang Dilengserkan oleh Warganya Sendiri

(Central News Agency)
Pada 6 Juni, Han Kuo-Yu dilengserkan dari jabatannya sebagai Walikota Kaohsiung dan menjadi walikota kabupaten di Taiwan yang telah berhasil dijatuhkan untuk kali pertama dalam sejarah Taiwan.

YANG WEI

Han Kuo-Yu baru saja dilengserkan oleh warga pemilih kota Kaohsiung, Taiwan. Ini memang termasuk berita heboh, walikota sebuah kota dilengserkan oleh warga pemilihnya sendiri, bahkan di dalam demokrasi seluruh dunia pun, hal ini termasuk berita besar. Di Taiwan, pada Januari lalu Han Kuo-Yu baru saja mengalami kekalahan dalam Pilpres Taiwan, beberapa bulan setelah itu dilengserkan pula dari jabatan walikota Kaohsiung. Bagi rakyat Taiwan, tak hanya itu, dilengserkannya Han Kuo-Yu menandakan gagalnya kekuatan Merah di baliknya, juga merupakan kegagalan Kantor Urusan Taiwan RRT, sekaligus kegagalan Beijing.

PKT menutupi fakta pandemi mengakibatkan virus merebak ke seluruh dunia, situasi internasional dengan segera telah berubah, tampak rezim Beijing pun sempoyongan terancam runtuh, namun kejatuhan Han Kuo-Yu malah terjadi lebih dulu daripada rezim pendukungnya. Pemakzulan ini tidak terjadi mendadak sekarang ini, melainkan sudah dimulai sejak tahun lalu.

Han Kuo-Yu Mendadak Jadi Bintang Politik

Han Kuo-Yu yang selama bertahun-tahun tidak begitu dikenal, walaupun pernah berupaya memicu pergolakan di internal partai Kuo Min Tang (Taiwan Nationalist Party), namun selalu berjalan alot.

Pada September 2017, Han Kuo-Yu menjadi Ketua Komisi Partai Kuo Min Tang kota Kaohsiung, pada April 2018, Han pindah status kependudukan menjadi warga kota Kaohsiung. Pada Mei 2018, Han Kuo-Yu memenangkan pemilihan awal internal Kuo Min Tang, dan resmi mencalonkan diri dalam pemilu walikota Kaohsiung. Dan pada 24 November 2018, Han Kuo-Yu berhasil meraih 892.545 suara, dengan selisih sebanyak 150.000 suara, mengalahkan calon walikota dari Democratic Progressive Party (DPP) yakni Chen Chi-Mai, mengakhiri kekuasaan DPP selama 20 tahun di kota Kaohsiung. Bagaimana seorang Han Kuo-Yu dengan latar belakang pendatang yang penuh kegagalan dan bukan siapa-siapa, mendadak menjadi bintang politik, masih tersimpan banyak misteri. Namun pada masa kampanye, memang banyak warganet bayaran PKT yang ikut andil di dalamnya, Han Kuo-Yu pun mendadak memiliki begitu banyak “fans Han”.

Kota Kaohsiung terletak di barat daya Taiwan, dengan luas wilayah 2.952 km² dan penduduk sebanyak 2,773 juta jiwa, merupakan kota ketiga terpadat penduduknya di antara kotamadya dan kabupaten di Taiwan. Pada pertengahan abad ke-20, Kaohsiung menjadi sentra politik, ekonomi dan transportasi di selatan Taiwan, pada 2018 dalam daftar nama kota tingkat dunia yang dirilis oleh GaWC, kota Kaohsiung ditempatkan sebagai kota dengan predikat “kemandirian yang tinggi”, menduduki posisi kedua, hanya di bawah kota Taipei. Di bidang pariwisata, “Lonely Planet” menobatkan kota Kaohsiung sebagai kota ke-5 dari “10 Besar Kota Dunia Yang Paling Layak Dikunjungi 2018”.

Han Kuo-Yu Sangat Diminati oleh Media Massa PKT

Pada 5 Juni 2019, Han Kuo-Yu baru menjabat sebagai walikota Kaohsiung selama 162 hari, tiba-tiba mengumumkan mencalonkan diri dalam pemilihan capres internal Kuo Min Tang, mengingkari janjinya bahwa tidak akan meninggalkan jabatan sebagai walikota Kaohsiung di tengah masa jabatan. Setelah itu, Han Kuo-Yu tidak hanya mendapatkan dukungan penuh dari “media massa Merah (berafiliasi ke Beijing)” yang berada di Taiwan, juga berulang kali menjadi sorotan media massa RRT.

Sebelumnya media massa RRT selama ini menghindari atau jarang menyinggung soal pemilu Taiwan, karena takut rakyat Tiongkok memahami fakta demokrasi di Taiwan. Namun di tahun 2019, media massa Beijing tak seperti biasanya, mendadak banyak membahas tentang pilpres Taiwan di dalam negerinya, dan memuji Han Kuo-Yu, mati-matian mempromosikan dirinya akan terpilih menjadi presiden Taiwan berikutnya.

Sikap Han Kuo-Yu Diragukan

Pada 23 Juni 2019, puluhan ribu warga Taiwan melangsungkan pawai di Taipei yang bertajuk “tolak media massa merah, jaga demokrasi Taiwan”, menentang partai komunis Tiongkok dan menolak penetrasi media massa pro komunis, menjaga demokrasi dan kebebasan Taiwan, bersamaan itu juga menyatakan dukungan terhadap gerakan “anti UU ekstradisi” di Hong Kong.

Setelah itu, Han Kuo-Yu menyatakan, “Protes terhadap media massa kemarin, saya pribadi merasa sangat tidak tepat, sangat sangat tidak tepat, saya juga ingin menghimbau, jika ingin menodai rantai industri Han Kuo-Yu ini, bisakah dipertimbangkan seminggu istirahat dua hari, cukup Senin sampai Jumat saja menodai, Sabtu dan Minggu istirahat sejenak. Jika warga merasa media massa terlalu berat sebelah, seharusnya terhadap media massa yang menodai Han Kuo-Yu, diajukan juga protes keras”. Han Kuo-Yu sama sekali tidak keberatan dirinya dikaitkan dengan “media massa Merah”.

Setelah gerakan “anti UU ekstradisi” Hong Kong dimulai, media massa terus menerus mempertanyakan sikap Han Kuo-Yu, ia selalu mengelak tidak mau membahas, akhirnya hasil survei polling pun terus merosot, “Fans Han” banyak yang menghilang, situasi pilpres semakin tidak menguntungkan, “media massa Merah” di Taiwan dan media massa PKT juga ramai-ramai meninggalkannya. Terkait ambisi PKT menyusupi Taiwan, sampai debat pilpres tahap akhir di televisi, Han Kuo-Yu terpaksa mengatakan, tidak menginginkan “satu negara dua sistem” versi PKT. Di saat yang sama, PKT mengalami hantaman keras perang dagang, mau tidak mau harus menerima kesepakatan dagang dengan AS. PKT juga tidak kuasa menghadapi gerakan “anti UU ekstradisi” di Hong Kong tahun lalu, sehingga terpaksa mencabut kembali “UU Ekstradisi” tersebut. Langkah menuju kejatuhan Han Kuo-Yu itu, hampir berbarengan dengan PKT.

Han Kuo-Yu Gagal Berturut-Turut

Pada 16 Oktober 2019, Han Kuo-Yu resmi mengajukan cuti kepada pemerintah kota Kaohsiung, dan mencurahkan seluruh perhatiannya dalam pilpres 2020, warga kota Kaohsiung protes akan hal ini, dan memicu gerakan melengserkan Han. Pada 11 Januari 2020, sebanyak 5,52 juta suara yang diraih Han Kuo-Yu dalam pilpres, tidak mampu menandingi Tsai Ing-Wen yang berhasil mengantongi 8,17 juta suara. Pada 15 Januari lalu, PKT dipaksa menandatangani kesepakatan dagang tahap pertama dengan AS. Baik PKT maupun Han Kuo-Yu sama-sama gagal total.

Pada 17 April 2020, Komisi Pemilu kota Kaohsiung mengumumkan, surat petisi melengserkan Walikota Han Kuo-Yu mencapai 377.000 pucuk, pencopotan jabatan Han Kuo-Yu tahap kedua diloloskan. PKT juga baru mengakhiri lockdown kota Wuhan, karena menutupi pandemi, PKT dihujat oleh seluruh dunia.

Pada 6 Juni lalu, voting pencopotan jabatan kota Kaohsiung diloloskan, dengan sebanyak 939.090 suara mendukung jabatan Han dicopot. Suara pencopotan jabatan Han bahkan melampaui suara yang diraih Han Kuo-Yu pada saat dirinya terpilih sebagai walikota. Han Kuo-Yu menjadi walikota pertama di Taiwan yang dicopot dari jabatannya, dan menghadapi pemecatan.

Seminggu sebelumnya, yakni pada 29 Mei, Trump mengumumkan dicabutnya status istimewa Hong Kong, konflik AS-RRT pun berlanjut, banyak negara ramai-ramai memilih pihak, PKT dipaksa melunak, bahkan dipaksa tidak melakukan intervensi terhadap kegiatan peringatan Tiananmen 4 Juni lalu di Hong Kong. Begitulah nasib Han Kuo-Yu yang mengekor rezim PKT yang sedang limbung, malah kini ia terjatuh lebih awal. (et/sud/sun)

0 comments