Seberapa Parah Banjir di Tiongkok?

Badai hujan selama beberapa hari berturut-turut di Tiongkok selatan menyebabkan bencana, tingkat air di sekitar 148 sungai melebihi garis peringatan. Banyak tempat terendam banjir, banyak orang yang hanyut, dan banyak rumah yang roboh. FOTO ATAS: Kota Yangshuo, Guangxi, terendam banjir pada 7 Juni 2020. | STR / AFP / GETTY IMAGES)
Ini serangkaian pemandangan yang tak bisa disaksikan di CCTV News komunis Tiongkok

NTDTV

Menurut informasi dari Kementerian Manajemen Darurat Partai Komunis Tiongkok (PKT) pada 12 Juni 2020 lalu, hingga 12 Juni, banjir di Tiongkok selatan telah menyebabkan 5,8 juta orang terkena bencana. Tercatat 39 orang tewas dan hilang, lebih dari 400.000 orang dievakuasi, dan lebih dari 5.200 rumah ambruk di Jiangxi, Hunan, Guangxi dan 22 provinsi (daerah otonom dan kota).

Di media sosial, video dan foto yang dikirim oleh korban bencana di mana-mana tampak mengerikan. Laporan Partai Komunis TIongkok tentang bencana selalu bias, sehingga data situasi bencana yang sebenarnya menjadi tanda tanya.

Kementerian Sumber Daya Air PKT yang menggelar konferensi pers pada 11 Juni, mengatakan bahwa situasi pengendalian banjir tahun ini sangat parah, dan kepada warga masyarakat dihimbau untuk siap mencegah banjir besar.

Pejabat dari Kementerian Sumber Daya Air mengatakan bahwa hujan lebat yang dimulai pada 2 Juni berdampak pada area yang sangat luas.

148 sungai di seluruh negeri mengalami banjir di atas tingkat peringatan, dan terjadi banjir nomor 1 di Sungai Mutiara Xijiang dan Beijiang/Sungai Bei – anak sungai utara Sungai Pearl di Tiongkok selatan. Bencana banjir dan genangan air terjadi di beberapa wilayah Selatan Tiongkok.

Pejabat Kementerian Sumber Daya Air juga mengatakan bahwa 95% dari 98.000 waduk adalah waduk kecil, beberapa di antaranya tidak berfungsi dalam mengendalikan banjir. Fokus Kementerian Sumber Daya Air tahun ini adalah mencegah “kecelakaan waduk.”

Chen Yang, seorang warga desa di Liangjiang street, Kota Lipu, Provinsi Guangxi, yang dilanda bencana, mengatakan kepada media The Epoch Times bahasa Mandarin bahwa ada 2.000 hingga 3.000 orang di desanya yang terendam banjir. Setidaknya ada sekitar 2-3 meter tingginya saat puncak banjir. 90% rumah penduduk juga ambruk.

Chen Yang menuturkan, Kota Kabupaten Hualong dan Maling juga terendam banjir.

“Karena bendungan waduk hulu rusak, kami warga desa di sini melihat ada yang hanyut tersapu banjir, dan sulit untuk ditemukan karena derasnya arus,” kata Chen Yang.

Lebih parahnya lagi, musim hujan baru tiba, sementara situasi bencana terus meluas! Pemandangan demi pemandangan kota yang dikepung oleh banjir, rumah-rumah yang ambruk. Orang-orang yang hanyut tersapu banjir, mobil-mobil terbalik-balik dihantam derasnya arus banjir di jalan-an, dan kerumunan massa yang menyelamatkan diri tampak sangat mengerikan!

Namun, berita dari agensi media reguler dan otoritas PKT seakan tidak melihat tragedi itu sama sekali. Suasana tampak tenang seakan tidak terjadi sesuatu, dan sedang sibuk menyaksikan kerusuhan di Amerika Serikat!

Jika Bendungan Tiga Ngarai Jebol, Setengah Tiongkok Akan Binasa

Pada awal 1991, profesor fisika Tiongkok Qian Weichang menerbitkan sebuah artikel yang menyebutkan bahwa kerusakan Bendungan Tiga Ngarai akan menyebabkan enam provinsi dan kota-kota di hilir Sungai Yangtze menjadi negara binasa, dan ratusan juta orang akan berada dalam bahaya.

Oleh karena itu, Qian Weichang menyarankan agar Proyek Tiga Ngarai tidak boleh diluncurkan, jika tidak, akan menjadi langkah bodoh untuk membuat “pedang Damocles”.

Pada 23 Maret, seorang ekonom independen, Lengshan Times Review, merilis sebuah video yang mengatakan bahwa sebagian besar tanah longsor di hulu Bendungan Tiga Ngarai berpindah.

Pada Juli tahun lalu, Lengshan Times Review juga menggunakan metode perbandingan citra satelit untuk mengatakan bahwa Bendungan Tiga Ngarai telah cacat dan mungkin jebol. Juga diperingatkan bahwa begitu Bendungan Tiga Ngarai jebol, separuh dari warga Tiongkok akan binasa. (et/hui/sun)

Video Referensi:


2 comments

  1. Itu kena karma yang bertubi tubi karena mereka sukanya menggangu nagara orang lain

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, kita harus bisa mencermati segala kejadian di atas bumi ini. Baik perbuatan akan mendapatkan balasan kebaikan, kejahatan yang diperbuat akan mendapatkan ganjaran yang setimpal. Kalau semua negara dan masyarakatnya mempunyai pandangan yang lurus, kekacauan di muka bumi ini bisa diminimalisir dan bahkan tidak ada kekacauan. Tetapi tidaklah mutlak, kalau tidak ada yang berbuat buruk, kita tidak akan mengenal apa itu karma.

      Delete