Perdana Menteri Lebanon Mundur, Kabinet Dibubarkan

Puing-puing berserakan sepanjang beberapa kilometer akibat ledakan dahsyat di Beirut, Lebanon.
(ANWAR AMRO / AFP)
LIN YAN

Dalam pidato yang disiarkan lewat televisi pada hari Senin, 10 Agustus lalu, Perdana Menteri Lebanon, Hassan Diab mendukung seruan rakyat Lebanon untuk mendukung persidangan terhadap penyebab ledakan besar guna menemukan “penjahat”.

Selanjutnya, Presiden Lebanon, Michel Aoun menerima pengunduran diri pemerintahan Hassan Diab dan memintanya untuk terus menjabat sebagai caretaker hingga terbentuknya kabinet baru.

Sebelumnya, Associated Press mengutip ucapan Menteri Kesehatan Lebanon melaporkan bahwa Perdana Menteri Diab akan mengumumkan pengunduran dirinya pada hari Senin 10 Agustus. Dengan demikian, kabinet Hassan Diab hanya bertahan selama kurang dari tujuh bulan.

Ledakan dahsyat di ibu kota Beirut telah menewaskan lebih dari 160 orang dan memicu unjuk rasa dengan kekerasan selama beberapa hari.

Sebelumnya, seorang sumber yang merupakan menteri senior mengatakan kepada CNN bahwa dirinya yakin pemerintah akan diturunkan statusnya menjadi penjaga pada Senin malam, 10 Agustus.

Kabinet pada awalnya menjadwalkan pertemuan pada 10 Agustus lalu. Pihak luar menduga bahwa perdana menteri mungkin akan mengundurkan diri secara kolektif.

Lebanon sedang mengalami krisis ekonomi terparah yang berlangsung selama beberapa dekade. Ditambah dengan penyebaran virus PKT (virus corona Wuhan), sehingga pemerintahan saat ini terus dituduh melakukan korupsi dan salah urus. Sedangkan ledakan di ibu kota kali ini menghancurkan sebagian besar bangunan kota dan menjadi penyulut protes keras masyarakat terhadap pemerintahan saat ini.

Hassan Diab sebagai seorang reformis naik ke panggung kekuasaan sejak Desember tahun lalu, setelah 2 bulan rakyat Lebanon menggulingkan pemerintahan sebelumnya. Pemerintahan Hassan Diab memperoleh dukungan dari partai politik besar termasuk kelompok pro-Iran dan militan Hizbullah.

Sejak rakyat menggulingkan pemerintah lama Lebanon pada Oktober tahun lalu, mata uang Lebanon telah terdepresiasi hingga 70%. Bank Dunia memprediksikan bahwa pada 2020, lebih dari separuh warga negara itu akan berada dalam kemiskinan.

Selain itu, industri keuangan Lebanon juga mengalami krisis yang semakin serius. Cadangan devisa hampir habis.

Unjuk rasa pada akhir pekan ini merupakan unjuk rasa terbesar dan paling penuh kekerasan di Beirut dalam satu tahun terakhir. Para pengunjuk rasa menduduki beberapa departemen pemerintah dan melemparkan batu dan botol kaca ke arah pasukan keamanan. Polisi menembakkan ratusan peluru gas air mata dan peluru karet. Dalam beberapa kasus mereka menembaki pengunjuk rasa dengan peluru tajam. (et/sin/sun)

0 comments