Wanita Texas yang Diduga Terlibat Penipuan Pemilu Tertangkap, Ia Menghadapi Hukuman 20 Tahun Penjara

Rachel Rodriguez, seorang wanita yang diduga terlibat langsung dalam penipuan pemilihan umum 2020. (foto dari Kantor Jaksa Agung Negara Bagian Texas)

Pada Rabu 13 Januari 2021, Ken Paxton, Jaksa Agung Negara Bagian Texas mengumumkan bahwa pihaknya telah menangkap Rachel Rodriguez, seorang wanita yang diduga terlibat langsung dalam penipuan pemilihan umum 2020. Ia akan menghadapi hukuman 20 tahun penjara.

XU JIAN

Seorang tersangka Rachel Rodriguez ditangkap pada hari Rabu 13 Januari 2021, karena dicurigai melakukan kecurangan pemilu, membantu pemilih ilegal untuk memberikan suara melalui pengiriman pos dan secara ilegal menahan surat suara resmi dan kejahatan serius lainnya yang berkaitan dengan pemilu. Menurut undang-undang pemilu Texas, Rachel menghadapi hukuman 20 tahun penjara.

Jaksa Agung Texas, Ken Paxton telah mengajukan banding ke Mahkamah Agung AS atas sejumlah kasus penipuan serius dalam pemilihan presiden 3 November lalu, tetapi mendapat penolakan dari Mahkamah Agung. Ken Paxton mengatakan bahwa penangkapan Rachel Rodriguez merupakan bukti adanya kecurangan pemilu.

Banyak orang masih mengatakan bahwa kecurangan pemilu tidak ada. Demikian tulis Paxton dalam sebuah pernyataan. Kami tahu ini adalah pernyataan yang salah dan menyesatkan, dan (pada hari Rabu) kami masih memiliki bukti konklusif lainnya.

“(Penangkapan) kali ini adalah kemenangan bagi integritas pemilu, dan mengirimkan sinyal yang kuat berupa : Siapa saja yang mencoba untuk menipu rakyat Texas, mencoba untuk merampas hak suara mereka atau merusak integritas pemilu akan dibawa ke pengadilan”, kata Ken Paxton.

‘Project Veritas’ yang digarap James O’Keefe, seorang aktivis konservatif Amerika Serikat sebelumnya, telah merilis sebuah video tentang kecurangan pemilu itu yang kemudian memicu dilakukannya penyelidikan terhadap Rachel Rodriguez.

Video pertama James O’Keefe tersebut telah ditonton oleh lebih dari 4,2 juta pemirsa. Dia mengkritik media sosial karena membantu penipuan pemilu: Jika Twitter tidak mati-matian memblokir penyebaran informasi, seberapa besar perhatian yang didapat dari video ini ? Penipuan itu nyata terjadi. (et/sin/asr/sun)

0 comments