Sumber Orang Dalam: AS Memiliki Banyak Intel yang Mendesak Biden Mengubah Perintahnya Terkait Penyelidikan Virus

Presiden AS Biden. (NICHOLAS KAMM: AFP melalui Getty Images)

Epidemi virus Komunis Tiongkok (COVID-19) menyebabkan lebih dari 3,5 juta kematian di seluruh dunia. Presiden AS, Joe Biden mengatakan penyelidikan tentang asal muasal virus agar dipublikasikan. Meski demikian, beberapa media AS mengungkapkan bahwa Biden telah mengesampingkan kemungkinan bahwa virus tersebut berasal dari laboratorium Wuhan. Selain itu, banyak hal membuktikan bahwa pejabat intelijen mendorong Biden untuk mengubah sikapnya.

VoA melaporkan pada 28 Mei 2021, bahwa Amerika Serikat akan membagikan laporan analisis intelijennya tentang asal mula pandemi virus yang kini melanda dunia.

Laporan itu mengatakan, Biden akan mengumumkan hasil temuan tinjauan dalam waktu 90 hari kepada publik dengan berkata : “kecuali ada sesuatu yang tidak saya sadari.”

Hal demikian disampaikan Biden sebelum menaiki pesawat kepresidenan Air Force One untuk mengunjungi Cleveland, Ohio pada Kamis 27 Mei 2021.

Sehari sebelumnya, Biden memerintahkan kepada komunitas intelijen untuk mempertimbangkan kembali asal-usul virus yang sedang terjadi.

Kini, semakin banyak orang-orang berspekulasi bahwa virus tersebut mungkin bocor dari laboratorium Wuhan di Tiongkok.

Gedung Putih berjanji meningkatkan sumber dayanya termasuk bantuan dari laboratorium nasionalnya.

The New York Times melaporkan pada 27 Mei, bahwa sebelum Biden mengeluarkan perintahnya, pejabat intelijen kepada Gedung Putih mengatakan bahwa mereka memiliki sejumlah besar bukti tanpa sensor. Isinya membutuhkan analisis komputer lebih lanjut untuk mengungkapkan misteri tersebut.

Laporan tersebut mengatakan, sebelum Komunis Tiongkok menolak untuk mengizinkan penyelidikan lebih lanjut dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Biden disebut mengesampingkan kemungkinan bahwa virus tersebut berasal dari laboratorium, bukti yang dimiliki oleh pejabat intelijen membuatnya mengubah sikapnya.

Para pejabat ini menolak untuk menjelaskan bukti baru yang mereka miliki. Akan tetapi, berharap dapat menggunakan banyak sumber daya komputer untuk menyelidiki apakah virus tersebut secara tak sengaja bocor dari laboratorium Wuhan di Tiongkok.

Seorang pejabat senior di pemerintahan Biden mengatakan, penyelidikan asal muasal virus belum berakhir. Penyelidikan baru akan mengaktifkan laboratorium pemerintah federal dan sumber daya ilmiah lainnya, yang mana belum pernah terlibat secara langsung dalam pekerjaan intelijen sebelumnya.

Pejabat pemerintah itu juga percaya, penyelidikan baru dan larangan Komunis Tiongkok terhadap Organisasi Kesehatan Dunia akan menciptakan peluang bagi AS untuk memperkuat kerjasama intelijen dengan sekutunya.

Virus Komunis Tiongkok dan Institut Virologi Wuhan

The Wall Street Journal menerbitkan 7 fakta utama pada 24 Mei lalu. Laporan itu menunjukkan bahwa virus Komunis Tiongkok terkait dengan Institut Virologi Wuhan.

Laporan terkait adanya virus bocor karena standar keamanan laboratorium yang lemah. Walau bagaimana pun, laboratorium Wuhan harus bertanggung jawab karena menghancurkan data kunci dan tidak membantu dunia memahami asal muasal virus tersebut.

Laporan mengutip intelijen AS yang mengatakan bahwa, seorang peneliti di laboratorium Wuhan jatuh sakit pada November 2019. Kejadian itu berlangsung sebulan sebelum Komunis Tiongkok memberitahukan kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tentang gelombang pertama kasus virus Komunis Tiongkok.

WHO akan meluncurkan penyelidikan sumber virus tahap kedua. Dua bulan lalu, Organisasi Kesehatan Dunia menyelesaikan laporan yang mengulangi dikatakan oleh pihak komunis Tiongkok. Laporan itu mengklaim, kebocoran virus dari laboratorium di Wuhan “sangat tidak mungkin.” Klaim tersebut dipertanyakan dan mendatangkan kritik dari berbagai lapisan masyarakat.

Presiden National Institutes of Health, Dr. Francis Collins, mengatakan kepada para senator bahwa laporan tersebut “tidak membuat semua orang tidak puas.” Ia mengatakan, pihaknya membutuhkan informasi yang benar-benar digerakkan oleh ahli dan tidak dibatasi. Tak lain, kemungkinan untuk menemukan apa yang terjadi.

Selama berbulan-bulan, pejabat AS menekankan bahwa kurangnya kerja sama Komunis Tiongkok telah menghambat upaya eksternal untuk lebih memahami asal muasal virus.

Pada malam hari 26 Mei, dalam sebuah wawancara dengan Fox News, jenderal militer AS dan Ketua Kepala Staf Gabungan, Jenderal Mark Milley, mengkritik penanganan Komunis Tiongkok terhadap wabah tersebut. Menurut dia, saat virus mulai muncul, sepertinya ada cukup banyak penutupan atau kurangnya transparansi.

Ketika Presiden Trump menjabat, dia menyebut “virus Tiongkok” berkali-kali. Dalam pidato perpisahannya, dia juga menyebutkan bahwa “kita dan seluruh dunia diserang oleh virus Tiongkok. Trump juga menyebutkan, “Virus Tiongkok” memengaruhi ekonomi Amerika Serikat dan “memaksa Kami berkembang ke arah yang berbeda.”

Trump juga telah menyatakan dalam banyak kesempatan, bahwa orang Amerika keturunan Asia tidak boleh disalahkan atas epidemi tersebut. Trump menegaskan, penyebaran virus sedikitpun bukanlah kesalahan mereka.

Setelah Biden berkuasa, masyarakat dan media tidak boleh menyebut “virus Tiongkok”. Agar akurat, untuk mengklarifikasi esensi, dan untuk menghindari ambiguitas, Epoch Times dan media lain menganjurkan agar lebih akurat menyebut “virus Komunis Tiongkok”.

Wabah virus Komunis Tiongkok dimulai di Wuhan pada akhir tahun 2019. Pasalnya, Komunis Tiongkok dengan sengaja menyembunyikan epidemi dan memblokir kebenarannya. Bahkan, berbohong bahwa epidemi dapat dicegah dan dikendalikan serta tidak akan menyebar dari orang ke orang.

Lebih parah lagi membungkam whistleblower seperti dokter Li Wenliang dan lainnya. Selain itu, Organisasi Kesehatan Dunia Mendukung Komunis Tiongkok. Akibatnya, epidemi benar-benar di luar kendali dan menyebar dengan cepat ke seluruh dunia. (ET/hui/sun)

0 comments