Hasil Penelitian: Efektivitas 2 Vaksin Amerika Serikat Berada di Bawah 50% Setelah 6 Bulan

Pada 3 November 2021, Emily Cole, seorang perawat di Pusat Kesehatan Yahudi Nasional di Kota Denver, AS sedang memegang suntikan vaksin Pfizer yang sudah disiapkan. (Michael Ciaglo/Getty Images)

ZACHARY STIEBER

Penelitian baru bahwa 2 dari 3 vaksin COVID-19 buatan Amerika Serikat yang penggunaannya telah disetujui oleh pihak berwenang mengalami penurunan efektivitas yang signifikan hingga di bawah 50% setelah 6 bulan.

Para peneliti menemukan bahwa efektivitas vaksin Moderna telah turun dari 89,2% pada Maret tahun ini menjadi 58% pada September. Pada periode waktu yang sama, tingkat efektif vaksin Pfizer turun dari 86,9% menjadi 43,3%, dan tingkat efektif vaksin Johnson & Johnson turun dari 86,4% menjadi 13,1%.

Tahun lalu, Dr. Stephen Hahn, Direktur FDA pada era pemerintahan Trump, mengatakan bahwa FDA tidak akan menyetujui vaksin COVID-19 yang efektivitas dalam perlindungan terhadap infeksi kurang dari 50%.

Para peneliti juga menemukan bahwa setelah enam bulan, efek perlindungan vaksin terhadap kematian juga sangat berkurang, terutama pada orang tua. Namun, mereka tidak membandingkan efektivitas dari Maret hingga September, tetapi menggunakan data untuk menentukan efektivitas dari Juli hingga Oktober tahun ini.

Untuk pasien di atas usia 65 tahun, tingkat efektif vaksin Moderna adalah 75,5%, tingkat efektif vaksin Pfizer adalah 70,1%, dan tingkat efektif vaksin Johnson & Johnson adalah 52,2%.

Bagi kaum muda, vaksin ini lebih efektif: Efektivitas vaksin Pfizer adalah 84,3%, efektivitas vaksin Moderna adalah 81,5%, dan efektivitas vaksin Johnson & Johnson adalah 73%.

Meskipun data menunjukkan bahwa di tahap awal vaksin memiliki efek melindungi yang tinggi terhadap infeksi dan kematian, tetapi para peneliti menulis: “Hasil penelitian kita menunjukkan bahwa vaksin tersebut kurang efektif dalam mencegah infeksi yang terkait dengan varian Delta.

Mereka mengatakan bahwa meskipun orang yang telah divaksinasi berisiko lebih tinggi tertular COVID-19 atau meninggal seiring berjalannya waktu, tetapi orang yang belum divaksinasi masih relatif lebih tinggi kemungkinannya tertular atau meninggal karena penyakit tersebut.

Para peneliti dari Institut Kesehatan Masyarakat (Public Health Institute), Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Texas (University of Texas School of Public Health), dan Pusat Medis Urusan Veteran (Veterans Affairs Medical Center) melakukan penelitian ini, dan hasilnya dipublikasikan di majalah ‘Science’.

Dari 1 Februari hingga 1 Oktober, para peneliti menyelidiki kasus infeksi dan kematian akibat COVID-19 dari 780.225 orang veteran. Mereka menggunakan data dari Departemen Urusan Veteran dan memperoleh informasi dari Mercatus Center di Universitas George Mason dan Kantor Presiden Universitas California.

Penulis utama penelitian tersebut, Dr. Barbara Cohn mengatakan dalam sebuah pernyataan: Penelitian yang kami lakukan memberi para peneliti, pembuat kebijakan, dan lainnya dengan dasar yang kuat untuk membandingkan efektivitas jangka panjang dari vaksin COVID, dan Ini memberikan perspektif untuk membuat keputusan berdasarkan informasi tentang primer vaksinasi, suntikan yang ditingkatkan dan perlindungan ganda lainnya (termasuk syarat penggunaan masker, menjaga jarak sosial dan melakukan pengujian), Dan intervensi kesehatan masyarakat lainnya. (ET/sin/sun)

0 comments