Waspada! Varian Virus Baru Terdeteksi Hingga Inggris dan Israel Terbitkan Larangan Perjalanan ke Afrika Selatan, Lebih Ganas dari Delta?

Sebuah studi baru menimbulkan kekhawatiran tentang antibodi yang dipicu oleh COVID-19 dan vaksin. (Lightspring/Shutterstock)

Menteri Kesehatan Afrika Selatan, Joe Phaahla, pada Kamis 25 November 2021 mengumumkan varian baru virus COVID-19 terdeteksi di Afrika Selatan.

Temuan varian baru tersebut menjadi perhatian karena memiliki jumlah mutasi yang tinggi dan menular dengan cepat di kalangan anak muda di Gauteng, provinsi terpadat di Afrika Selatan.

“Selama empat atau lima hari terakhir, ada peningkatan eksponensial (dalam infeksi baru),” katanya tentang jumlah kasus virus COVID-19 di Afrika Selatan yang dikutip oleh The Associated Press.

Lonjakan kasus yang tampaknya merupakan wabah kluster dari pertemuan pelajar di Pretoria dan Tshwane, mendorong para ilmuwan untuk mempelajari pengurutan genom dan kemudian menemukan varian baru.

Para ilmuwan di Afrika Selatan sedang bekerja untuk menentukan berapa persentase kasus baru yang disebabkan oleh varian baru tersebut yang diidentifikasi sebagai B.1.1.529.

10 Kasus Terkonfirmasi Hingga Saat Ini

Hingga saat ini, 10 kasus varian baru telah dikonfirmasi melalui sequensing genom, dengan tiga kasus di Botswana, tempat pertama kali terdeteksi. Selain itu, terdapat enam kasus di Afrika Selatan dan satu kasus di Hong Kong dari seorang pelancong dari Afrika Selatan.

Selama seminggu terakhir, kasus baru harian di Afrika Selatan meningkat tajam dari sekitar lebih dari 200 kasus menjadi lebih dari 1.200 kasus pada Rabu 24 November. Pada Kamis 25 November, jumlahnya hampir dua kali lipat menjadi 2.465 kasus.

The National Institute for Communicable Diseases -NICD- atau Institut Nasional untuk Penyakit Menular yang dikelola pemerintah, tidak mengaitkan kebangkitan terbaru dengan varian baru, tetapi sejumlah ilmuwan lokal terkemuka menduga sebagai penyebabnya.

“Meskipun datanya terbatas, para ahli bekerja lembur dengan semua sistem pengawasan yang ada untuk memahami varian baru dan apa implikasi potensialnya,” kata NICD dalam sebuah pernyataan.

Menanggapi munculnya varian baru, Israel dan Inggris mulai memberlakukan larangan perjalanan dari Afrika Selatan, Lesotho, Botswana, Zimbabwe, Mozambik, Namibia, dan Eswatini.

Konstelasi Mutasi Baru

Varian baru memiliki “konstelasi” mutasi baru, kata Tulio de Oliveira, dari Jaringan Pengawasan Genomik di Afrika Selatan.

Dia menambahkan, tingginya jumlah mutasi menimbulkan “kekhawatiran”. Pasalnya, dapat membuat virus mampu menghindari kekebalan.

“Varian baru ini lebih banyak bermutasi,” termasuk lebih dari 30 protein lonjakan yang memengaruhi penularan.

“Kita bisa melihat bahwa varian ini berpotensi menyebar sangat cepat. Kami berharap untuk mulai melihat tekanan dalam sistem perawatan kesehatan dalam beberapa hari dan minggu ke depan,” ujarnya.

De Oliveira mengatakan bahwa tim ilmuwan dari tujuh universitas Afrika Selatan, sedang mempelajari varian tersebut. Mereka memiliki 100 genom utuh.

Menteri Kesehatan Inggris, Sajid Javid mengatakan ada kekhawatiran varian baru “mungkin lebih menular” daripada strain delta, dan “vaksin yang dimiliki saat ini mungkin kurang efektif”.

Kelompok kerja teknis Organisasi Kesehatan Dunia tentang evolusi virus akan bertemu pada Jumat 26 November, untuk membahas varian baru dalam pertemuan mendesak yang diminta oleh Afrika Selatan. Kelompok kerja dapat memutuskan apakah akan memberi nama varian baru tersebut dengan alfabet Yunani. (ET/asr/sun)

0 comments