Amerika Siapkan Undang-Undang Baru untuk Cegah Penyelundupan Chip ke Tiongkok


SHANGHAI/NEW YORK
— Di tengah gemuruh slogan “Gunakan Chip Tiongkok” pada pameran elektronik di Shanghai, kenyataan pahit menghantui industri semikonduktor Tiongkok. Di balik kepercayaan diri para insinyur yang mengklaim bahwa chip buatan lokal sudah bisa menggantikan produk Amerika, data dan fakta menunjukkan bahwa negeri Tirai Bambu masih sangat tergantung pada komponen teknologi dari Barat.
 
Tiongkok Masih Bergantung pada Chip AS dan Eropa

Meski Beijing mendorong kampanye “kemandirian teknologi”, data bea cukai Tiongkok mencatat total impor semikonduktor pada tahun 2024 mencapai US$412 miliar, meningkat 10% dari tahun sebelumnya. Ini menjadi bukti nyata bahwa dalam sektor-sektor penting seperti otomotif, industri, dan energi, perusahaan-perusahaan Tiongkok belum mampu melepaskan diri dari ketergantungan pada chip buatan Amerika, Eropa, dan Jepang.

Pada akhir April, pemerintah Tiongkok bahkan memutuskan untuk mengecualikan delapan jenis chip buatan AS dari bea masuk tambahan sebesar 125%. Keputusan ini dikabarkan sebagai hasil lobi perusahaan otomotif dalam negeri yang kesulitan mendapatkan chip pengendali utama—produk yang selama ini didominasi oleh perusahaan global seperti Texas Instruments (AS), NXP Semiconductors (Belanda), dan STMicroelectronics (Swiss).
 
Target Kemandirian Chip 2025 Dinilai Tidak Realistis

Meskipun Partai Komunis Tiongkok (PKT) menargetkan agar 25% chip otomotif digantikan oleh produk dalam negeri pada 2025, para pakar menyebut target tersebut terlalu ambisius. Pengembangan chip otomotif memerlukan proses panjang selama 5 tahun, termasuk 2 tahun desain dan 3 tahun pengujian serta sertifikasi. Belum lagi tantangan membangun kepercayaan pasar global, yang lebih memilih pemasok dengan paket produk lengkap—kemampuan yang belum dimiliki oleh produsen chip Tiongkok.
 
Amerika Perketat Kontrol Ekspor Chip

Sebaliknya, Amerika Serikat justru semakin agresif dalam menutup celah ekspor chip ke Tiongkok. Pemerintah Trump, seperti juga pendahulunya Biden, secara konsisten melarang pengiriman chip canggih, termasuk versi terbatas Nvidia H20, ke Tiongkok. Kini, langkah tersebut akan diperkuat dengan undang-undang baru yang sedang dirancang oleh Kongres AS.

RUU tersebut, yang diusulkan oleh anggota DPR Demokrat, Bill Foster (Illinois), akan:
  • Mewajibkan pelacakan distribusi chip AI pasca-penjualan, khususnya ke Tiongkok.
  • Memblokir aktivasi chip jika ditemukan digunakan oleh pihak yang melanggar aturan ekspor.

Menurut Foster, chip modern seperti buatan Nvidia sudah dilengkapi teknologi verifikasi lokasi, namun belum diterapkan secara wajib. Bila RUU ini disahkan, upaya penyelundupan dan pembelian lewat perantara (broker) akan semakin sulit dilakukan oleh pihak Tiongkok.
 
Kesimpulan: Waktu Bukan Sekutu Tiongkok

Dengan tekanan global yang semakin ketat dan kendala internal yang belum teratasi, pertanyaan besarnya kini adalah: "Bukan apakah Tiongkok mampu mandiri secara teknologi, melainkan apakah masih cukup waktu untuk mengejarnya."

0 comments