Putin Ajukan Kemenangan Militer Sebagai Syarat Damai, Trump Ultimatum Rusia Dua Minggu


Konflik Rusia-Ukraina kembali memanas, kali ini dengan perkembangan signifikan dari sisi diplomasi internasional. Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara terbuka memberikan ultimatum dua minggu kepada Presiden Rusia Vladimir Putin, guna membuktikan keseriusannya dalam mengakhiri perang.

Trump mengungkapkan bahwa saat ini komunikasi dengan Putin masih berlangsung, namun ia menyayangkan meningkatnya kekerasan di tengah upaya negosiasi.

Donald Trump: “Saya sangat kecewa atas apa yang terjadi beberapa malam terakhir. Di saat kita berbicara soal perdamaian, justru ada yang terbunuh.”

Sumber internal menyebutkan bahwa Putin menginginkan kesepakatan damai dengan syarat kemenangan militer di tangan, termasuk tuntutan agar NATO menghentikan ekspansi ke timur dan pencabutan sebagian sanksi Barat terhadap Moskow.
 
Putin Dinilai Sengaja Menunda Negosiasi, Trump Desak Aksi Nyata

Trump menyatakan bahwa dia akan memberikan kejelasan mengenai niat Putin dalam waktu sekitar dua minggu. Gedung Putih menekankan bahwa Presiden Trump mengharapkan pertemuan langsung antara Rusia dan Ukraina dapat terlaksana dalam waktu dekat, dengan harapan akan muncul terobosan diplomatik baru.

Namun, hingga kini Kremlin belum menunjukkan niat untuk melakukan pertemuan langsung dengan Trump, bahkan disebut belum mengirimkan draf nota perdamaian yang telah dijanjikan sebelumnya.
 
Serangan Rusia Masih Berlangsung, Ukraina Belum Terima Memorandum Perdamaian

Pada Kamis (29/5), militer Rusia kembali meluncurkan serangan drone ke wilayah Sumy, Ukraina. Serangan tersebut menewaskan setidaknya satu orang dan melukai satu lainnya. Pemerintah Ukraina memperingatkan bahwa Rusia telah mengerahkan 50.000 tentara di perbatasan Sumy, dengan tujuan membentuk zona buffer sejauh 10 kilometer.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menyatakan bahwa hingga kini Kyiv belum menerima dokumen perdamaian dari Moskow, termasuk dari negara mitra seperti Turki yang sebelumnya menjadi tuan rumah putaran perdamaian pertama.

Zelensky: “Kami belum menerima apa pun. Mitra kami juga belum. Bahkan Turki pun tidak.”
 
Putin Ajukan Syarat Damai, Termasuk Stop Ekspansi NATO dan Pencabutan Sanksi

Menurut laporan Reuters, Presiden Putin mengajukan syarat utama bagi perdamaian, yaitu:
  • Penghentian ekspansi NATO ke arah timur, serta
  • Penghapusan sebagian sanksi terhadap Rusia.

Namun, sumber tersebut juga menyebutkan bahwa jika Putin merasa tidak akan mendapatkan kesepakatan sesuai keinginannya, maka ia akan mendorong kemenangan militer sebagai cara untuk memaksakan syarat damai yang lebih berat di masa depan.

“Jika tidak ada solusi diplomatik yang menguntungkan, maka 'perdamaian besok' akan terasa lebih menyakitkan,” ujar sumber tersebut.
 
Putaran Baru Negosiasi Masih Tanda Tanya

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, sebelumnya mengusulkan pertemuan langsung putaran kedua pada 2 Juni di Istanbul dan berjanji akan menyerahkan dokumen solusi konflik kepada delegasi Ukraina. Namun sejauh ini, belum ada tanggapan resmi dari pihak Kyiv mengenai kesediaan mengikuti negosiasi tersebut.
 
Kesimpulan: Diplomasi di Ujung Tanduk, Dunia Menanti Jawaban Putin

Perang Rusia-Ukraina memasuki fase yang semakin kompleks, di mana Putin menggunakan strategi militer untuk mendesak kesepakatan damai, sementara Trump memberikan batas waktu dua minggu untuk membuktikan keseriusan Rusia. Namun, serangan terus terjadi dan dokumen damai yang dijanjikan belum juga diterima Ukraina.

Nasib negosiasi dan perdamaian kini berada di ujung tanduk, dan dunia menanti apakah akan ada terobosan diplomatik atau justru eskalasi militer yang lebih besar.


0 comments