Kematian Luo Shuaiyu dan Dugaan Perdagangan Organ di Tiongkok Picu Gelombang Protes Online: Netizen Tuntut Keadilan

Tiongkok – 14 Juni 2025 – Kasus kematian misterius Luo Shuaiyu, seorang dokter magang di Rumah Sakit Xiangya Kedua, kembali menjadi perbincangan hangat di media sosial Tiongkok. Peristiwa ini mencuat bertepatan dengan apa yang disebut rezim Tiongkok sebagai “Hari Donor Organ.” Laporan resmi pemerintah yang menyatakan kematian Luo sebagai "bunuh diri" mendapat sorotan luas dan menuai gelombang keraguan serta tuntutan transparansi dari publik.

Kronologi Singkat Kasus Luo Shuaiyu

Luo Shuaiyu, seorang dokter muda di Rumah Sakit Xiangya Kedua, diyakini meninggal dunia karena jatuh dari apartemennya pada 8 Mei 2024. Namun, sebelum kematiannya, ia sempat mengirim pesan kepada rekannya:
“Jika besok saya tidak masuk kerja, mohon serahkan file di laptop saya ke komisi disiplin.”

Setelah kematiannya, pihak rumah sakit menyetujui membayar kompensasi 853.000 yuan kepada keluarganya, dengan syarat mereka menandatangani surat pernyataan bahwa kematian tersebut adalah bunuh diri. Keluarga menyetujui demi mendapatkan kembali laptop dan ponsel Luo, lalu memulihkan data di dalamnya — yang ternyata berisi lebih dari 10.000 halaman bukti dugaan perdagangan organ ilegal.

Isi Bukti: Organ Anak-anak, Pemalsuan Data, dan Lokasi Mencurigakan

Data dari komputer Luo memuat dugaan transaksi ilegal, termasuk:

  • Pemalsuan rekam medis
  • Operasi medis berlebihan
  • Suap dan transaksi uang besar
  • Perdagangan organ anak-anak, dengan beberapa alamat keluarga donor yang ternyata tercatat sebagai kantor polisi

Selain itu, disebutkan bahwa "unit transplantasi darurat" di rumah sakit tersebut sebenarnya adalah kamar jenazah.

Reaksi Publik dan Penolakan Terhadap Laporan Resmi

Pemerintah Hunan pada 13 Juni merilis laporan sepanjang 4.000 kata yang tetap menyimpulkan kematian Luo sebagai "bunuh diri" dan menolak semua tuduhan terhadap rumah sakit. Namun, publik di Tiongkok merespons dengan kritik keras dan ketidakpercayaan, menuntut penyelidikan independen.

Orangtua Luo juga merilis pernyataan menolak laporan tersebut, menuduh tim investigasi pemerintah tidak netral, serta mengungkap bahwa mereka pernah ditawari kompensasi sebesar 15 juta yuan agar menghentikan tuntutan hukum — tawaran yang mereka tolak mentah-mentah.

Blokir dan Sensor Meluas di Media Sosial

Akun media sosial milik keluarga Luo di platform seperti Douyin (TikTok versi Tiongkok) telah diblokir lebih dari sepuluh kali. Namun demikian, netizen tetap menyebarkan ulang video dan bukti, menyerukan keadilan dan mengaitkan kasus ini dengan dugaan pelanggaran HAM berat oleh rezim Tiongkok.

Seorang dosen universitas di Tiongkok, yang diwawancarai oleh New Tang Dynasty Television, menyebut bahwa masyarakat sudah menyadari kenyataan pahit bahwa siapa pun bisa menjadi korban pengambilan organ ilegal.

Konfirmasi Dugaan Praktik Sistemik oleh LSM Internasional

Organisasi "World Organization to Investigate the Persecution of Falun Gong" (WOIPFG) menyebut bahwa kasus Luo Shuaiyu bukan insiden terisolasi. Bahkan sejak tahun 2007, RS Xiangya Kedua sudah diduga terlibat dalam pengambilan organ dari tahanan hati nurani, termasuk praktisi Falun Gong.

Ketua WOIPFG, Wang Zhiyuan, menyatakan bahwa pihaknya telah mengumpulkan bukti yang cukup untuk menuntut pelaku kejahatan ini di pengadilan internasional:

“Ini adalah kejahatan terhadap kemanusiaan dalam skala yang belum pernah ada sebelumnya dalam sejarah. Kami akan terus membongkar jaringan ini hingga tuntas.” 

0 comments