Peringatan 36 Tahun Tragedi Tiananmen: China Perketat Pengawasan terhadap Aktivis dan Warga
![]() |
BEIJING — Tahun 2025 menandai 36 tahun tragedi berdarah Tiananmen, yang terjadi pada 4 Juni 1989. Meski menghadapi kesulitan ekonomi dan defisit fiskal di berbagai daerah, rezim Tiongkok tetap meningkatkan kontrol terhadap masyarakat sipil, terutama menjelang peringatan insiden tersebut. Aparat keamanan melakukan pengawasan ketat terhadap aktivis dan warga, membatasi kebebasan berbicara, dan bahkan menahan mereka secara paksa.
Tragedi Tiananmen 1989: Luka yang Tak Pernah Sembuh
Pada 4 Juni 1989, pemerintah Tiongkok mengerahkan militer untuk menumpas aksi pro-demokrasi secara brutal di Lapangan Tiananmen, Beijing. Ribuan mahasiswa dan warga sipil yang menuntut reformasi politik dan kebebasan sipil menjadi korban. Hingga kini, jumlah korban tewas belum pernah diumumkan secara resmi.
Aparat Intensifkan Represi Menjelang 4 Juni
Menjelang tanggal peringatan, sejumlah aktivis dan warga dilaporkan mengalami pembatasan pergerakan. “Banyak teman saya dibawa pergi hari ini,” ungkap seorang warga Beijing bernama Liang Ming (nama samaran). “Biasanya mereka baru dibebaskan keesokan harinya. Ini sudah menjadi rutinitas setiap tahun.”
Liang juga mengungkap bahwa kendati kondisi keuangan pemerintah daerah sedang sulit, anggaran untuk operasi "pemeliharaan stabilitas" justru tetap digelontorkan. Pemerintah lokal bahkan menjadikan kegiatan ini sebagai sumber pemasukan melalui proyek pengamanan.
“Setiap tahun ada alokasi dana, dan yang penting orang-orang dikendalikan. Stabilitas di atas segalanya,” tambahnya.
Media Sosial Dibungkam, Aktivis Tak Bisa Bersuara
Wartawan senior Gao Yu menulis di platform X bahwa aparat keamanan dan polisi mulai melakukan langkah pencegahan ekstra ketat. “Media sosial sunyi senyap. Tidak boleh muncul satu kata pun soal peringatan Tiananmen,” tulisnya. Sehari kemudian, ia mengabarkan bahwa dirinya tidak lagi dapat mengakses platform tersebut dan mengucapkan selamat tinggal kepada para pengikutnya.
Pemeriksaan Ketat di Ibu Kota dan Sekitarnya
Seorang warga bernama Long, yang tinggal di Beijing, mengatakan bahwa pemeriksaan identitas di kota telah mencapai tingkat ekstrem. “Saya beberapa kali diperiksa identitas hanya karena melewati Tiananmen dan kawasan sekitarnya, terutama dalam jalur kereta bawah tanah di dalam lingkar kedua,” jelasnya.
Pengawasan ketat juga diperluas hingga ke daerah pinggiran dan pintu masuk ke Beijing. Setiap penumpang bus atau mobil pribadi yang masuk ke kota harus menjalani pemeriksaan identitas.
“Jika kamu ingin mengetahui kebenaran, itu dianggap tindakan kriminal,” kata Long, menyoroti kerasnya represi informasi di Tiongkok.
Kesimpulan
Tragedi Tiananmen terus menjadi luka terbuka dalam sejarah modern Tiongkok. Setiap tahunnya, pada tanggal 4 Juni, pemerintah memperketat pengawasan untuk mencegah publik mengenang atau membicarakan insiden tersebut. Sementara dunia memperingati perjuangan rakyat Tiongkok demi kebebasan, rezim di Beijing terus menekan kebenaran agar tetap terkubur.
0 comments