Banjir Parah Terjang Beijing, Ratusan Hilang; Topan dan Tsunami Ancam Shanghai

 


Beijing dan Shanghai sedang menghadapi bencana alam bertubi-tubi. Banjir besar di Beijing menyebabkan puluhan korban jiwa dan ratusan warga hilang, sementara topan “Zhu Jiecao” dan tsunami dari Rusia kini mengancam wilayah pesisir Shanghai.

Banjir di Beijing: Puluhan Tewas, Ratusan Hilang

Beijing dilanda hujan deras berhari-hari yang menyebabkan hampir semua bendungan dan waduk di ibu kota Tiongkok meluap. Salah satunya, Waduk Miyun, mencatat rekor sejarah dengan total volume pelepasan air mencapai 180 juta meter kubik hingga 29 Juli malam.

Sayangnya, pelepasan air ini dilakukan tanpa pemberitahuan resmi kepada warga, yang memperburuk situasi di banyak desa. Seorang warga desa di Distrik Pinggu, Wang, mengatakan:

“Sekitar jam 5 pagi, mereka mulai mengalirkan air. Tidak ada pemberitahuan. Warga tidak sempat bersiap. Banyak mobil dan orang tersapu air. Banyak yang hilang.”

Video yang tersebar di media sosial menunjukkan situasi mengerikan: Desa-desa seperti Miyun, Yanqing, dan Huairou terendam. Lansia di panti jompo terlihat duduk di jendela sambil berteriak minta tolong. Banyak warga terpaksa melompat keluar jendela di tengah malam untuk menyelamatkan diri.

330 Warga Terjebak, Banyak yang Belum Ditemukan

Di Desa Sunhugou, Distrik Huairou, lebih dari 300 warga dilaporkan masih terjebak dan belum bisa dievakuasi karena jalan dan jembatan rusak total. Seorang perempuan yang selamat mengatakan:

“Ada lebih dari 330 orang di desa kami belum bisa keluar. Kepala desa dan istrinya tersapu arus. Kalau sampai ada tanah longsor, tidak akan ada yang selamat.”

Sementara itu, media pemerintah awalnya mengklaim tidak ada korban jiwa. Namun, setelah adanya pernyataan dari petinggi Partai Komunis, media baru mengubah laporannya pada 29 Juli pagi, menyebutkan 30 orang tewas.

Pengamat media independen menyebut hal ini sebagai pola yang umum di sistem pemerintahan otoriter: jumlah korban baru diumumkan setelah perintah langsung dari pemimpin pusat.

Sensor Ketat dan Dugaan Jumlah Korban Sebenarnya Lebih Tinggi

Meski banjir mulai surut, warga setempat melaporkan kondisi daerah yang porak-poranda. Pemerintah disebut melarang publikasi korban sesungguhnya. Seorang relawan bernama Zhang mengatakan: 

“Airnya sangat besar, rumah-rumah roboh, mobil terendam. Banyak mobil terbawa arus dan nyangkut di jembatan. Korban meninggal lebih dari 30 orang, tapi tidak semua dilaporkan.”

Bahkan, seorang perempuan dari Distrik Miyun yang mengunggah video banjir ke media sosial langsung diblokir akunnya, menambah kecurigaan publik soal penyembunyian informasi oleh pemerintah.

Topan dan Tsunami Ancam Shanghai, Ratusan Ribu Dievakuasi

Sementara Beijing masih dilanda krisis, Topan ke-8 tahun ini, Zhu Jiecao (竹節草), mendarat di provinsi Zhejiang pada pukul 04.30 waktu setempat tanggal 30 Juli. Dampaknya mulai terasa di Shanghai.

Di saat yang sama, tsunami akibat gempa berkekuatan 8,8 magnitudo di Rusia diprediksi akan menghantam pesisir Zhejiang dan Shanghai. Pihak berwenang memperkirakan angin mencapai kecepatan 9-10 skala Beaufort di sekitar pusat badai.

Sebagai antisipasi, sebanyak 282.800 orang di Shanghai telah dievakuasi sejak 29 Juli. Dua bandara utama di Shanghai, yakni Bandara Pudong dan Hongqiao, membatalkan lebih dari 600 penerbangan.

Pemerintah Shanghai bahkan menetapkan status “siaga perang” di wilayah Pudong sejak Senin lalu, menunjukkan keseriusan dalam menghadapi bencana ganda ini.


Kesimpulan

Tiongkok saat ini menghadapi kombinasi bencana yang belum pernah terjadi sebelumnya: banjir besar di Beijing, topan kuat, dan ancaman tsunami di Shanghai. Banyak warga menuntut transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah, terutama atas minimnya sistem peringatan dini yang mengakibatkan ratusan nyawa dalam bahaya.


#BanjirBeijing #TopanShanghai #TsunamiRusia #ZhuJiecao #BencanaTiongkok #WadukMiyun #EvakuasiShanghai #SensorTiongkok #KorbanBanjirChina #CuacaEkstremTiongkok

0 comments