Trump Beri Tenggat 10 Hari ke Rusia untuk Gencatan Senjata: "Tak Ada Alasan untuk Menunggu Lagi"

 


Kyiv – Konflik bersenjata antara Rusia dan Ukraina terus berkecamuk tanpa tanda-tanda mereda. Dalam pernyataan tegas pada hari Senin, Presiden Amerika Serikat Donald Trump memperpendek tenggat waktu yang sebelumnya diberikan kepada Moskow untuk menghentikan serangan. Trump menegaskan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin hanya memiliki waktu 10 hingga 12 hari untuk mencapai kesepakatan damai — jika tidak, AS akan mempertimbangkan tindakan hukuman yang lebih berat.

“Saya sangat kecewa pada Presiden Putin. Tidak ada alasan lagi untuk menunggu,” kata Trump, yang saat ini sedang dalam kunjungan ke Skotlandia.

Gempuran Rusia Tak Henti, Warga Sipil Jadi Korban

Sementara itu, di ibu kota Ukraina, Kyiv, serangan udara besar-besaran pada Senin dini hari mengguncang permukiman warga. Halyna, seorang warga Kyiv, menceritakan detik-detik mengerikan saat roket menghantam gedung apartemennya.

"Kami mendengar ledakan keras dan suara kaca pecah. Kami langsung mengambil dokumen dan lari ke bawah," ujarnya.

Serangan itu menghancurkan jendela dari lantai 6 hingga 11 dan melukai delapan orang, termasuk seorang anak berusia tiga tahun. Militer Ukraina menyatakan bahwa pasukan pertahanan udara berhasil mencegat ratusan drone dan rudal Rusia sepanjang malam.

Di wilayah Pokrovsk, yang menjadi pusat logistik penting di timur Ukraina, baku tembak hebat juga berlangsung. Presiden Volodymyr Zelensky menyebut Pokrovsk sebagai wilayah paling kritis dalam laporan militernya.

“Kami memantau semua arah pertempuran, tetapi Pokrovsk menjadi perhatian utama,” ujarnya.

Ultimatum Trump: Kesepakatan atau Sanksi Baru

Trump sebelumnya memberikan tenggat waktu selama 50 hari kepada Moskow untuk mencapai perdamaian. Namun kini, ia menyatakan bahwa itu terlalu lama mengingat tidak ada tanda kemajuan dari Rusia.

“Saya memberi tenggat baru: hanya 10 atau 12 hari mulai hari ini. Jika tidak, kami akan bertindak,” tegasnya.

Banyak pihak menilai bahwa jika Putin gagal menyepakati gencatan senjata dalam waktu tersebut, AS kemungkinan besar akan memberlakukan sanksi tarif sekunder (tier-2) terhadap Rusia, yang bisa berdampak sangat besar pada ekonomi dan ekspor negeri tersebut.

Saat ditanya apakah pertemuan langsung antara dirinya dan Putin — seperti yang disarankan untuk digelar pada Agustus di Turki — akan membantu, Trump menepis ide tersebut.

“Saya tidak tertarik untuk berbicara lebih lanjut,” jawabnya singkat.

Serangan Siber Parah Guncang Rusia

Tak hanya medan perang yang panas, dalam negeri Rusia juga diguncang serangan siber besar-besaran. Jaringan sistem maskapai penerbangan Rusia menjadi sasaran serangan hacker, memaksa lebih dari 100 penerbangan dibatalkan, dan setidaknya 10 penerbangan tertunda.

Bandara Sheremetyevo di Moskow penuh sesak dengan penumpang yang terlantar. Bahkan eskalator dan lorong dipenuhi orang yang menunggu.

Kelompok hacker pro-Ukraina bernama Silent Crow, bekerja sama dengan Cyberpartisans BY dari Belarus, mengklaim bertanggung jawab atas serangan ini. Mereka mengaku berhasil:

  • Menjatuhkan sekitar 7.000 server milik maskapai Rusia
  • Mencuri lebih dari 20TB data penting

Titik Kritis dalam Perang Ukraina-Rusia

Dengan meningkatnya tekanan dari Amerika Serikat dan kerapuhan infrastruktur Rusia, banyak analis meyakini bahwa konflik ini telah mencapai titik kritis. Dunia kini menanti: Apakah Putin akan menyerah pada tekanan global atau memilih eskalasi lebih lanjut?


#TrumpUltimatum #PerangUkrainaRusia #Putin #GencatanSenjataRusia #SanksiEkonomiRusia #KyivDiserang #HackerProUkraina #BeritaInternasional #TrumpVsPutin #SilentCrow

0 comments