Siapa di Balik Kejatuhan Shi Yongxin? Sosok Pengganti Kepala Biara Shaolin Temple Jadi Sorotan

 


Beijing, 18 Agustus 2025 – Setelah Partai Komunis Tiongkok (PKT) resmi mengumumkan penyelidikan terhadap Shi Yongxin, Kepala Biara Shaolin Temple yang dikenal sebagai “biksu merah”, karier politiknya dinilai publik praktis berakhir. Namun, perhatian kini beralih pada sosok penggantinya, yakni Shi Yinle, yang ditunjuk sebagai kepala baru kuil legendaris tersebut.

Pertanyaannya, siapa sebenarnya Shi Yinle? Dan mengapa PKT mempercayakan posisi strategis ini kepadanya?


Karier Shi Yongxin dan “Kekuatan di Balik Layar”

Sepanjang hidupnya, Shi Yongxin dikenal memiliki “dukungan politik besar”. Menurut pengamat politik, kariernya menanjak berkat perlindungan dari tokoh-tokoh besar, mulai dari era Jiang Zemin, Hu Jintao, hingga Xi Jinping.

  • Era Jiang Zemin: Shi Yongxin diangkat sebagai anggota Kongres Rakyat Nasional dan Ketua Asosiasi Buddhis Provinsi Henan.
  • Era Hu Jintao: bisnis komersial Shaolin berkembang pesat. Ia juga ditetapkan sebagai pewaris resmi warisan budaya takbenda Kungfu Shaolin.
  • Era Xi Jinping: alih-alih terjerat kampanye anti-korupsi, kariernya justru semakin naik, menjadi anggota Komite CPPCC Henan dan Wakil Presiden Dewan Asosiasi Buddhis Tiongkok.

Namun, pada akhir Juli 2025, ia resmi diperiksa dan diberhentikan dari jabatannya.


Shaolin Temple Dikuasai Politik PKT

Menurut analis politik Heng He, kekuatan sebenarnya yang menopang Shi Yongxin bukan sekadar individu, melainkan kebijakan agama PKT.

PKT disebut menggunakan agama sebagai alat politik:

  • Mendorong komersialisasi kuil agar kehilangan makna spiritual.
  • Mengendalikan organisasi Buddhis nasional melalui Asosiasi Buddhis Tiongkok di bawah Departemen Urusan Agama dan Departemen Front Persatuan.
  • Menempatkan biksu sebagai pejabat pemerintah demi memastikan loyalitas terhadap partai.

“Di seluruh dunia, biksu tidak pernah menjadi pejabat negara. Hanya di bawah PKT hal ini menjadi wajar,” jelas Heng He.


Munculnya Shi Yinle: Biksu “Resmi” Versi PKT

Tak lama setelah Shi Yongxin diberhentikan, Shaolin Temple mengumumkan bahwa Shi Yinle, Kepala Biensi White Horse Temple (Luoyang), akan menjadi pengganti.

Shi Yinle lahir tahun 1982 sebagai biksu muda dan menempuh pendidikan formal di Akademi Buddhis Tiongkok selama empat tahun. Sejak itu ia menduduki berbagai posisi strategis:

  • Wakil Sekretaris Jenderal Asosiasi Buddhis Tiongkok
  • Wakil Ketua Asosiasi Buddhis Henan
  • Kepala Biensi White Horse Temple sejak 2003

Heng He menilai Shi Yinle sebagai “biksu merah murni”, hasil kaderisasi resmi PKT. Ia bahkan pernah membantu pemerintah melakukan “pembinaan ideologis” terhadap umat Buddha.

“Kalau Shi Yongxin disebut ‘liar’ karena membangun imperium bisnis, Shi Yinle justru adalah kader resmi partai. PKT lebih percaya pada figur yang dibentuk langsung oleh sistem,” ujar Heng He.


Analogi: Dari Bisnis Pribadi ke Perusahaan Negara

Pengangkatan Shi Yinle dipandang sebagai upaya PKT mengubah Shaolin Temple menjadi entitas sepenuhnya terkendali, layaknya sebuah perusahaan negara yang mengambil alih perusahaan swasta.

“Meski Shaolin di bawah Shi Yongxin sangat patuh, tetap saja partai tidak akan pernah sepenuhnya percaya. Karena itu, menempatkan orang dalam adalah cara paling aman bagi PKT,” tambah Heng He.


Kesimpulan

Kejatuhan Shi Yongxin menandai berakhirnya era “biksu pengusaha” yang membangun Shaolin Temple sebagai imperium komersial. Dengan naiknya Shi Yinle, PKT menegaskan kendali penuh atas salah satu simbol budaya Tiongkok paling terkenal di dunia.

Langkah ini sekaligus memperlihatkan bagaimana agama, budaya, dan politik di Tiongkok sepenuhnya berada di bawah kontrol PKT, tanpa ruang bagi independensi rohani maupun ekonomi.


#ShiYongxin #ShaolinTemple #PKT #BuddhismeTiongkok #ShiYinle #PolitikTiongkok #AgamaDanPolitik #Shaolin #KomersialisasiAgama #ChinaNews

0 comments